bagian 32

37 10 12
                                    


;- tentang rasa yang tak dapat diungkap kata -;

_____

Kilas balik empat hari yang lalu, kejadian selama Kinar menghilang.

Gema menatap layar ponselnya dengan bimbang, berkali-kali pemuda itu mengetukan jarinya diatas meja kayu yang kini menjadi tempatnya bertumpu.

Napas berat seringkali berhembus dengan hangat, membuat pemuda dengan raut wajah yang bimbang itu semakin bingung dibuatnya.

Sebuah pesan singkat yang dia dapat dari nomer tidak dikenal membuat pikirannya gusar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah pesan singkat yang dia dapat dari nomer tidak dikenal membuat pikirannya gusar. Mengaku sebagai Septian yang mengatakan bahwa akan menjelaskan segala duduk permasalahannya membuat Gema ingin segera beranjak. Namun, satu kalimat yang Septian katakan pada pertemuan terakhir mereka, tentang Gema yang harus selalu mawas diri membuatnya mengurungkan niat.

"Kenapa, sayang? Kok kayak banyak pikiran banget?" tanya Arinda yang baru saja memasuki kamar anak lelakinya dengan semangkuk bakso serta es jeruk.

"Makan dulu," kata Arinda dengan meletakan yang dia bawa diatas meja, sesekali matanya melirik pada layar handphone Gema.

"Kamu sudah berhubungan sama om mu?"

Gema mengangguk. "Gema ketemu Om Ian beberapa hari lalu."

Sontak pengakuan ini membuat Arinda sedikit tercekat, pasalnya Septian sendiri yang melarang dirinya memberitahu Gema akan kehadirannya beberapa minggu yang lalu, tapi mengapa dia justru muncul dihadapan anaknya secara suka rela?

"Lalu, apa yang dia katakan?"

"Mantan pacar Gema iblis," jawab Gema datar dengan menyuapkan bakso itu kedalam mulutnya.

"Ibun tidak paham, maksudnya gimana, sayang?"

"Gema juga enggak paham, Bun. Semuanya masih abu-abu buat Gema. Hubungan Om Ian sama mantan pacar Gema itu apa? Kenapa Om Ian bisa mengatakan hal itu, Gema juga gak tau."

Bahu pemuda itu merosot. "Yang jelas Om Ian ingin menangkap siapa yang menabrak ayah," lanjutnya dengan menghadap Arinda.

"Itu sudah berbulan-bulan yang lalu, pihak kepolisian juga udah mengatakan bahwa pelakunya sudah di hukum, terus apalagi yang Om Ian cari?" Pertanyaan yang Gema ajukan membuat Arinda tak mampu berkata.

Benar adanya pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian tentang kasus yang menimpa suaminya beberapa waktu silam. Kejadian yang akhirnya merenggut nyawa seseorang, tidak hanya nyawa yang hilang, tapi juga bahagia dalam kehidupan keluarga kecilnya yang juga runtuh, bersamaan dengan jasad yang terkubur.

"Mungkin karena polisi tidak pernah menunjukan siapa pelakunya, jadi Om mu itu mau cari tau sendiri." Arinda menarik kesimpulan atas apa yang dia pahami, sejujurnya dia juga tidak mengerti mengapa Septian sebegitu gigih untuk mencari keadilan bagi suaminya.

SUARA GEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang