Adrian pov.
Sepertinya aku kembali hidup dari mati suri yang panjang. Untuk pertama kalinya setelah hidupku kehilangan jiwanya, aku merasakan sebuah semangat yang muncul dari dalam diriku. Begitumenggeloradanpanas.Sesuatu yang meletup-letup takterkendali.
Aku tak memungkiri jika gadis bernama Elisabeth itu sudah mengubah hidupku. Duniaku yang gelap dan tak berarti perlahan mulai terlihat terang karena ada dia di sisiku setiap hari. Dia mengajakku bicara, memelukku dengan hangat saat aku jatuh terpuruk dan selalu memberiku senyuman manisnya setiap pagi.Bibirmungilnyaituterusmenerusmemberikanakukekuatan, bahwahidupkutidakbolehberhentihanyakarenamasalalu. Masalalu yang pekat, yang akusebenarnyataktahu.
Jadi jika aku jatuh cintapadanya, apakah aku salah?
Aku memang belum mengingat bagian-bagian kecil di memoriku masa lalu. Namun tiba-tba aku tak berhasrat untuk mengingatnya lagi. Jikapun tak ingat, tak masalah. Mungkin memang tak ada yang penting, seperti kata nenek. Jadi mulai sekarang lebih baik aku hidup dengan membahagiakan diriku dengan bertemu Elisabeth sepanjang waktu.
"Baiklah tuan muda, acara minum coklat kita sudah selesai. mari kita pulang." Kata Elisabeth dari balik kemudi.
"Aku tak ingin pulang sekarang." tolakku lugas.
Elisabeth menoleh ke arahku dengan heran.
"Kenapa? Ini sudah jam empat sore!"protesnya. "Aku tidak mau kamu terlalu banyak terkena udara dingin di luar dan masuk angin."
"Aku tak selemah ini El."Proteskutidaksuka. Entahkenapasemua orang di rumahmenganggapkusebagaiseseorang yang lemah. Padahalakuingatdenganjelasbahwaakudulupandaibeladiri.
"Tapi kan...."
"Aku ingin berenang!" tegasku.
"Berenang?" aku tahu dia kaget. Terlihat dari bola matanya yang hampir keluar, dan aku pikir itu lucu. Dia begitu imut dengan penampilan kesal seperti itu. "Tidak....tidak...tidak.... aku tidak akan setuju dengan idemu Adrian. Udara sangat dingin, kau tau?
"Ya aku tau...." anggukku. "Tapi aku ingin berenang."
Dia hanya mendegus.
"Ayolah..." entahkenapaakusukasekalimerajuk di depannya. Melihatekspresiwajahnya yang bingungsepertiitusangatlucu.
"TapiakuakandimarahiMargarethjikamengijinkanmumenggunakankolamrenangpadahaludarabegitudingin Adrian!"
"Siapabilangakuinginberenang di rumah."
"Lalu?" keningnyaberkerut.
"Aku tahu kolam renang indoor di sini. Airnya hangat, jadi kamu tenang saja." lanjutku. "Dan bisadipastikanMargarethtidakakanpernahtahu."
"Adrian kamu....."
"Aku akan menciummu kalau kamu menolak keinginanku hari ini." dan otomatis kalimatku mampu membuat mulutnya bungkam dengan sempurna. Kulirik pipinya yang memerah mirip tomat, dan aku tersenyum diam-diam.
******
Elisabeth pov.
Untuk kesekian kalinya dia berhasil membuat jantungku seakan mau meloncat keluar.
"Aku akan menciummu kalau kamu menolak keinginanku hari ini."
Akh....apa yang harus aku lakukan agar aku bisa mengendalikan degupku yang tak terkendali ini? karena aku tak ingin terbawa perasaan oleh sikapnya yang manis padaku. Benar kata Rebecca jika aku tak boleh jatuh cinta padanya jika tak ingin patah hati. Sakit hati ditinggal David tiga tahun yang lalu saja masih membekas jelas di hatiku, masa harus ditambah ini lagi?

KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle You (Tamat)
RomanceMungkin inilah yang tengah aku rasakan selama dua tahun terakhir ini. jika memang hidup selalu dipenuhi oleh berbagai macam keajaiban, mungkin aku sedangmenunggu hal itu. karena setelah semua kejadian itu, bagiku hidup adalah bencana. Aku selalu ber...