37

97 3 0
                                    

Adrian POV.

"Apa yang ingin kau bicarakan Samantha?" tanyaku.

Kami berdiri di taman merpati setelah ia mendatangiku dan ingin mengatakan sesuatu yang penting tadi.

Samantha belum menjawab. Ia malah asyik memperhatikan merpati-merpati yang berada di dalam kandangnya. Cuaca yang dingin rupanya membuat binatang-binatang itu urung melakukan aktifitas di luar kandang.

"Seharusnya kamu tahu apa tujuanku kemari Adrian." Sahutnya tanpa menatapku.

Aku menarik nafas panjang. sebenarnya aku tak ingin menyakiti hati wanita, karena mereka begitu lembut dan rapuh. Namun, dalam hal cinta bukankah kita tidak diperbolehkan memberi harapan?

"Samantha—"

"Aku mencintaimu." Gadis itu menatap kepadaku dengan cepat. Kilat matanya terlihat sendu sekaligus penuh harapan. "Aku akan mengatakan pada nenek jika bersedia menerima perjodohan kita."

Aku menunduk. Meskipun terlihat lembut, rupanya Samantha adalah seseorang yang berpendirian kuat. Ia bahkan tak memberiku ruang untuk menolaknya dengan benar dan malah ingin mengatakan kepada nenek bahwa ia bersedia dijodohkan denganku.

"Maafkan aku Samantha, tapi aku tidak bisa." Jawabku jujur. Aku tidak ingin memberinya harapan, aku ingin memperjelas perasaanku di depannya, bahwa aku tidak mencintainya. Selama ini aku memperlakukannya dengan baik karena dia adalah wanita yang lembut dan sopan dan juga karena papanya adalah rekan bisnis nenek.

Aku melihat wajah Samantha terkejut, namun sesaat kemudian ia tersenyum.

"Kamu bisa mencoba mencintaiku." Sahutnya. "Kamu bisa memulainya pelan-pelan. Aku tidak peduli."

Aku membuang pandanganku ke sembarang tempat. Cuaca semakin dingin, aku tidak ingin kami berdua membeku di sini karena kedinginan.

"Mari kita masuk Samantha, cuaca semakin dingin." Aku berniat mengajaknya masuk, namun tangannya mencekalku.

"Tidak Adrian!" sahutnya. "Aku ingin meminta kepastianmu."

"Aku sudah menjelaskannya bukan Samantha. Aku tidak bisa."

"Kenapa?!"

"Ada orang lain." Tegasku. "Ada orang lain yang aku cintai."

Aku melihat mata gadis itu berkaca-kaca. Sebenarnya aku tidak tega melihatnya seperti itu. namun inilah kenyataannya, bahwa aku memang tidak bisa mencintainya. Bahkan faktanya ada orang lain yang sudah membawa hatiku dan aku tidak bisa membaginya dengan orang lain.

"Siapa orang lain itu?"

Aku menggeleng. "Kamu tidak perlu tahu Samantha."

"Perlu!"

Aku mengusap wajahku frustasi. Benar apa dugaanku, meskipun terlihat lembut namun Samantha memang benar-benar keras kepala.

"Samantha, mari kita masuk. Kita bisa membeku di sini nanti." namun gadis itu tetap menggeleng.

"Siapa gadis itu Adrian? Apakah seseorang yang selalu menemanimu setiap hari? Elisabeth?"

Aku tidak terkejut jika Samantha mengetahui hubunganku dengan Elisabeth. Karena gadis di depanku ini cukup cerdas, apalagi melihatku begitu panik dengan keadaan Elisabeth tadi.

"Ya." Anggukku perlahan. "Aku mencintainya."

Samantha menarik nafas panjang. wajahnya seketika berubah, antara kecewa dan marah tentu saja. Aku tahu kalimatku memang menyakitinya, namun aku ingin memberinya kepastian.

"Apa kamu yakin jika benar-benar mencintainya Adrian?" gadis itu memicingkan matanya.

"Tentu saja?"

"Apa kamu yakin jika tak menjadikannya pelarian karena semua hal yang sudah kamu lalui?"

Miracle You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang