19

94 5 0
                                    

Adrian POV.

Aku memarkir mobilku tepat di depan sebuah café berwarna coklat gelap itu. Café itu bertuliskan 'close' tapi di dalam sana, lewat jendela kaca yang lebar, aku melihat ada pesta yang begitu ramai dan berisik. Bahkan suara music yang menghentak-hentak itu terdengar sampai di telingaku. Akh, berisik sekali. Aku tidak suka.

Orang yang aku cintai berada di dalam. Entah kenapa membayangkan begitu banyak lelaki mabuk di dalam sana membuat hatiku cemburu. Orang mabuk bisa melakukan apa saja bukan? Bagaimana kalau Elisabeth juga ikut mabuk dan melakukan hal-hal bodoh.....dan....

Tidak!

Aku tidak boleh membiarkannya terjadi. Gadisku tidak boleh di sentuh oleh sembarangan orang. Bahkan ketika aku ingat bagaimana Kevin hampir memperkosanya tadi malam, hatiku kembali memuncak panas. Sebenarnya aku ingin sekali memukuli wajah pria itu sampai ia tidak sadar diri dan masuk ICU—seandainya saja, jika semalam Justin tidak meleraiku.

Aku mengambil ponsel dari dalam saku mantelku. Perasaanku sedikit lega ketika mendengar suaranya yang baik-baik saja. Aku yakin Elisabeth tidak mabuk, karena ia memang terlihat tidak suka dengan alcohol dan sejenisnya. Suaranya masih merdu seperti biasa, membuat rindu yang ku tahan seharian ini semakin membuncah. Bagaimana aku tidak rindu dengan tubuh mungil, lucu, cantik dan lugu seperti itu? tubuh ringkas yang mudah sekali untuk aku peluk.

Tak berselang lama, aku melihatnya keluar dari pintu dan mengedarkan pandangannya kesana kemari mencariku. Aku sengaja untuk tak segera memanggilnya, karena melihatnya secara diam-diam seprti ini adalah hal yang sangat mengasyikkan.

"El....!" Panggilku kemudian, setelah ia cukup lama menungguku.

Dia lantas menoleh, tersenyum dan langsung menghambur ke arahku.

*****

Aku membantunya turun dari mobil dan langsung menautkan jemariku di antara jemarinya. Cuaca cukup dingin dan melakukan hal ini adalah salah satu cara agar membuatnya tetap hangat. Aku sempat menawarinya untuk memakai mantelku, tapi ia menolak.

"Aku tidak ingin kamu sakit Adrian." Itulah yang dikatakannya, dan aku hanya bisa menurut.

"Kita mau kemana Adrian?" tanyanya pelan ketika aku menariknya menuju halaman belakang. Sekitaran rumah sudah sepi. Nenek pasti sudah tidur, begitupun juga Margareth dan Justin. Deru angin malam menghembuskan nafasnya dan memainkan rambut Elisabeth yang tergerai. Di atas sana, bintang tengah memendarkan cahayanya yang berkelip-kelip dengan indah.

"Berpesta." Jawabku mengulas senyum sambil mengeratkan genggamanku.

"Berpesta?" Elisabeth menatapku bingung.

Aku menghentikan langkahku dan menoleh, lalu mengelus ujung hidungnya yang dingin. "Ya...pesta antara kamu dan aku." Sahutku kembali berjalan dan ia mengikutiku dengan patuh tanpa mengatakan apapun.

Elisabeth mungkin memang belum pernah ke tempat ini. Sebuah gudang anggur di halaman belakang. Karena setiap hari ia terus menjagaku dan pasti hanya sekitaran pavillium yang ia tahu. Padahal jauh di halaman belakang, kami memiliki sebuah gudang anggur bawah tanah. Aku masih ingat ketika kecil, aku suka bermain di tempat ini bersama papa.

"Kamu terkejut bukan?" tanyaku sambil membuka pintu. Sedetik kemudian, aku sudah membantunya untuk menuruni anak tangga di depan kami yang terbilang sempit.

"Iya....dan ini luar biasa." Aku melihatnya membuka mulut karena terkejut. Matanya mengitari ruangan yang dipenuhi dengan berbagai botol anggur, sedangkan kakinya dengan perlahan menyusuri satu per satu anak tangga dengan hati-hati.

Aku mengulas senyum. Senang membuat kejutanku sukses seperti ini. Aku lantas menuntunnya untuk duduk di lantai, setelah sebelumnya mengalasinya dengan selembar kain. Entah kenapa tak pernah terpikirkan untuk membuat satu set tempat duduk di tempat ini. Karena tak ada satupun orang yang berfikir bahwa duduk di tempat ini akan sangat menyenangkan. Namun faktanya, ketika jatuh cinta, gudang anggur ini menjadi tempat yang begitu romantis. Mungkin besok aku akan meminta Justin untuk memesankan satu set kursi beserta meja agar jika aku dan Elisabeth berpesta di sini, kami akan lebih nyaman.

Miracle You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang