32

61 8 0
                                    

David hanya bisa mematung ketika Adrian menarik tangan Elisabeth, hingga akhirnya tubuh gadis itu berada di bawah payung yang sama dengan pria itu. Ada rasa panas yang bergolak di dada David, ia tahu jika ada sekelumit cemburu yang berada di hatinya.

Pria itu tahu, jika Elisabeth tak pernah peduli dengan perasaannya. Semua itu salahnya, karena ia sudah meninggalkan gadis itu beberapa tahun yang lalu tanpa kepastian. Dan kini, ketika ia kembali dipertemukan dengan gadis itu, ia tahu jika Elisabeth sudah terlanjur membencinya. Mengubur namanya dalam-dalam dan telah menggantinya dengan nama pria lain yaitu Adrian Smith. Seorang pria yang begitu dibencinya, bahkan ia mungkin tak akan pernah sudi memaafkannya.

Seandainya Elisabeth tahu, jika dua tahun ini hidupnya hampa tanpa sosok gadis itu. senyum Elisabeth sering muncul di mimpi malamnya. Pernah David ingin kembali ke Indonesia dan meminta maaf pada gadis itu, namun apa yang terjadi di hidupnya sangat berat. Ia harus menyelesaikan sebuah masalah, dan Elisabeth harus dilepaskannya.

Tapi, mungkin memang Tuhan sedang memberinya kesempatan. Tanpa David duga, ia akhirnya kembali dipertemukan dengan kisah masa lalunya itu. mungkin memang terlambat, namun ia rasa taka da salahnya mencoba lagi.

"Maafkan aku El. Aku terlalu takut kehilanganmu."

Kalimat itu berhasil membuat rahang David mengeras. Masihkan pria dengan kulit pucat ini berhak mendapatkan kebahagiaan? Dan kenapa dari sekian banyak perempuan di dunia ini, harus Elisabeth? Harus gadis yang selalu membuat jantungnya berdebar-debar.

Meskipun Elisabeth tak pernah menyadari, namun David selalu merasa nyaman ketika berada di samping gadis itu. Elisabeth itu unik. Dia adalah gadis pendiam, namun akan berubah menjadi seseorang yang sangat cerewet jika berbicara dengan orang yang tepat atau bahkan bisa menjadi sangat galak pada seseorang yang membuatnya kesal. Namun David mengenal gadis itu dengan baik, selain kesederhanaannya Elisabeth adalah seseorang yang hangat dan baik hati.

"Aku harus pergi Dav." Elisabeth membuyarkan monolog di kepala pria itu. "terimakasih sudah mengantarku."

Kembali tangan David terkepal melihat pemandangan itu. apalagi ketika lengan Adrian merangkul Elisabeth dengan protektif. Menegaskn secara tidak langsung jika gadis itu sekarang menjadi miliknya dan tak ada celah bagi David untuk memilikinya.

David mengangguk kecil, melepas Elisabeth yang berbalik dan berjalan bersama Adrian. Di bawah hujan yang semakin lebat, David melihat sosok itu dengan perasaan hampa.

Apa yang harus dilakukannya sekarang?

*****

Adrian POV.

"Apa Elisabeth sudah di rumah?" tanyaku ketika melihat Justin sedang membersihkan mobil di halaman depan. Aku bahkan tak menyapanya seperti biasa. Aku terlalu panik karena gadisku tiba-tiba pergi begitu saja dan bahkan sampai sekarang aku belum menemukannya. Bahkan aku memacu mobilku dengan kencang menuju rumah setelah tak menemukan Elisabeth di sekitaran gereja.

"Bukankah tadi dia pergi bersama anda tuan muda?" Justin balik bertanya. Ia menatapku dengan bingung.

Aku mengusap wajahku frustasi. Dimana sekarang dia berada? Malam hampir saja tiba dan diatas sana mendung juga menggantung pekat. Sebentar lagi turun hujan. Akh, dia tak membawa payung dan mantelnya terlalu tipis. Bagaimana kalau gadisku kedinginan?

"Baiklah." Aku berbalik namun kembali Justin menahanku dengan pertanyaannya.

"Mau kemana tuan muda?!"

"Bilang pada nenek aku tidak makan malam di rumah!" sahutku lalu masuk ke dalam mobil dan kembali memacunya membelah jalanan.

Aku tidak mengerti dengan apa yang Elisabeth pikirkan. Bukankah semua wanita menyukai sebuah lamaran? Bukankah semua wanita ingin menikah? Lantas apa maksudnya tiba-tiba ia main kabur begitu saja? Apa dia tidak mencintaiku?

Miracle You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang