27

74 6 0
                                    

Samantha tidak bisa menyembunyikan rona bahagianya ketika pagi ini di meja makan, papanya—Jacob Clark mengatakan bahwa siang ini Samantha harus menggantikannya untuk bertemu dengan Adrian Smith.

Biasanya gadis bermata biru itu tidak begitu menyukai apa yang dikerjakan papanya di perusahaan. Ia memang suka dengan bisnis, tapi bukan berarti ia harus menggantikan papanya dan langsung mendapatkan posisi tinggi di perusahaan. Samantha adalah cerminan gadis pekerja keras. Ia pikir hidupnya akan biasa-biasa saja jika ia hanya menerima apa yang diwariskan orangtuanya tanpa usaha susah payah terlebih dahulu.

Namun hari ini, ketika ia mendengar nama Adrian Smith disebut di tengah-tengah percakapan saat sarapan, ia langsung girang dan berkata 'iya', padahal papanya belum selesai dengan kalimatnya.

Gadis itu tidak mau terlihat biasa saja di depan Adrian. Maka setelah sarapan, ia segera mengunci diri di kamar dan mengeluarkan semua bajunya dari dalam lemari. Mencoba satu persatu di depan cermin, sampai menemukan yang terbaik. Setelah puas memilah baju, ia kemudian bersolek di depan cermin. Memoles wajah cantiknya agar lebih cantik lagi. Itu semua demi satu orang pria yang bernama Adrian Smith. Pria yang mengubah cara pandangnya terhadap lelaki.

****

Diam-diam Samantha terus mencuri pandang pada wajah pria yang kini duduk bersebrangan dengannya itu. mereka kini berada di salah satu restoran di pusat kota, membicarakan tentang beberapa bisnis yang melibatkan antara keluarga Smith dan keluarga Clark.

Meskipun Samantha mencoba mati-matian menahan arah sudut matanya agar tak menatap pria itu, namun gagal. Pesona Adrian begitu memukaunya. Kulit Adrian yang terlihat putih pucat tampak berkilau ketika tertimpa cahaya matahari yang menyusup malu-malu lewat jendela. Rahang yang tegas beserta alis tebal itu benar-benar membuat jantung Samantha berpacu dengan cepat layaknya pelari marathon. Gadis itu berusaha menyembunyikan perasaannya, namun sepertinya gagal. Image gadis bangsawan yang lembut dan anggun yang melekat pada dirinya harus ia pertahankan sebaik mungkin. ia tak ingin Adrian kecewa jika melihatnya terlalu agresif.

"Bagaimana, apakah makanannya enak?" tanya Samantha ketika Adrian menyudahi makan siangnya dengan meminum air putih.

Pria itu mengangguk. "Kamu benar-benar pandai memilih restoran Samantha." Sahutnya dengan senyum.

Samantha menunduk dengan tersipu. Pujian Adrian kembali membuat jantungnya berdegup kencang.

"Bagaimana jika berjalan-jalan sebentar agar makanan yang kita makan bisa dicerna dengan baik." Sebenarnya itu adalah usaha Samantha agar bisa sedikit lebih lama dengan pria itu. bagaimanapun juga semua usahanya tadi pagi akan sia-sia jika mereka hanya makan siang bersama seperti ini lalu pulang ke rumah masing-masing. Setidaknya Adrian harus menatapnya, harus menyadari bahwa ia begitu cantik.

"Baiklah." Adrian mengangguk setuju. "Kemana tujuan kita?"

"Bagaimana kalau ke galeri lukis?" tawar Samantha lagi. "Di belakang restoran ini ada sebuah galeri lukis kecil. Jika kamu tak keberatan, bisakah kita berjalan-jalan di sana?"

"Tentu saja." Pria itu kembali mengisyaratkan persetujuannya.

Mereka lalu berjalan beriringan menuju galeri lukisan di belakang restoran.

Galeri itu tidak besar, namun begitu nyaman. Dengan konsep ala-ala Jepang, membuat Adrian merasa sedang berlibur ke negeri sakura tersebut. Pria itu tahu jika lukisan-lukisan yang dipajang di sana bukan lukisan dari para pelukis terkenal. Namun lukisan-lukisan itu begitu indah dinikmati oleh matanya. Beberapa bahkan membuatnya terpukau.

"Apa kamu kenal pemilik restoran ini?" tanya Adrian tanpa menoleh pada Samantha yang berjalan di sisinya. Pria itu berjalan perlahan, matanya awas menatap detail demi detail lukisan yang dipajang berderet di tembok berwarna abu-abu muda tersebut.

Miracle You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang