"Maaf menunggu lama......"
Adrian membalikkan badan ketika mendengar suara itu menyapa telinganya. Senyumnya mengembang tiba-tiba dan diam-diam mengangumi gadis yang kini terlihat cantik dengan dress warna brick diatas lutut itu. Wajahnya tampak semakin manis dengan make up tipis serta rambut panjangnya yang dibiarkan terurai.
"Kamu cantik!" pria itu tidak bisa menyembunyikan kekagumannya, membuat gadis yang berdiri di depannya itu tersipu malu.
"Jadi, kemana kita pergi tuan muda?" ia menyusupkan tangannya di lengan Adrian.
Bukannya menjawab, Adrian lebih memilih mengayunkan langkahnya meninggalkan pavillium. Elisabeth hanya mengangkat bahu, ia yakin jika ada sebuah kejutan yang disiapkan pria itu untuknya. Dan benar saja, di depan rumah tampak sebuah mobil limousine terparkir rapi di sisi jalan. Di depan mobil itu berdiri seorang lelaki patuh baya dengan jas hitam. Melihat kedatangan Adrian dan Elisabeth, pria itu lantas membukakan pintu.
"Apa ini Adrian?" Elisabeth tidak bisa menutupi rasa kagumnya. Baru kali ini ia melihat dengan mata kepalanya sendiri mobil limousine. Biasanya ia hanya melihatnya di TV, pada film-film berlatar orang kaya dan para konglomerat. Ternyata kali ini ia benar-benar bisa melihatnya dan bahkan menaikinya.
"Hanya sebuah kejutan kecil." Sahut Adrian, mempersilakan kekasihnya itu untuk masuk lebih dulu dan ia mengikuti.
"Apa ini tidak terlalu berlebihan?" Elisabeth masih merasa ini seperti mimpi. Pandangannya menyusuri interior mobil yang begitu mewah tersebut. Baunya wangi dan tentu saja bersih. Di depannya, ada setangkai mawar merah di dalam vas kaca yang masih tampak segar beserta beberapa botol anggur. Ia yakin bahwa itu bukan hiasan. Adrian pasti akan membukakan botol anggur mahal itu untuknya jika ia minta. Tapi Elisabeth tidak ingin minum anggur sekarang. Ia ingin menikmati setiap moment berkesan ini bersama dengan pria luar biasa yang duduk di sisinya tersebut.
Limousine hitam itu melaju membelah jalan raya, hingga akhirnya berhenti di sebuah resotran mewah di pusat kota. Belum hilang rasa terkejut Elisabeth karena mendapatkan kejutan naik di atas limousine, kini ia kembali dikejutkan dengan sebuah makan malam mewah. Dan hebatnya lagi, Adrian sudah mem-booking seluruh restaurant untuk mereka berdua.
"Kamu terlalu berlebihan Adrian...." Elisabeth menatap Adrian tidak percaya. Pria itu hanya tersenyum, lalu menarik sebuah kursi agar Elisabeth bisa duduk di sana.
"Terimakasih....." senyum gadis itu mengembang. Matanya berkilat antusias saat melihat pemain piano dan pemain biola yang berada di sudut ruangan tengah memainkan alat music itu. ini sungguh sebuah makan malam yang luar biasa. Restoran mewah dengan nuansa redup dan tentu saja formal, juga seorang pria tampan yang begitu berkharisma.
Tak berselang lama, seorang pelayan dengan tampilan formal datang mendorong troli berisi makanan. Pelayan itu menyajikan steik yang terlihat begitu lezat beserta red wine.
"Ini kejutan untukmu El...." Adrian meraih jemari Elisabeth kemudian menciumnya. "Selamat ulang tahun...."
Gadis itu tercenung sesaat, kemudian matanya berkaca-kaca. Lewat pantulan cahaya lilin yang berpendar keemasan, sudut mata gadis itu basah. Ia begitu terharu dengan kejutan luar biasa yang kekasihnya itu berikan. Hal-hal yang selama ini ia anggap sebagai mimpi, sesuatu yang mustahil yang bisa ia raih, kini berada di depan matanya.
"Bagaimana kamu tahu kalau ini adalah hari ulang tahunku Adrian?" tanyanya kemudian setelah berhasil menguasai perasaan di dadanya.
"Rebecca yang mengatakannya kepadaku malam itu di rumah sakit." Adrian mengiris steik di piringnya menjadi bagian kecil-kecil, lalu mengambil piring steik di depan Elisabeth dan menggantinya dengan steik yang sudah diirisnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle You (Tamat)
RomanceMungkin inilah yang tengah aku rasakan selama dua tahun terakhir ini. jika memang hidup selalu dipenuhi oleh berbagai macam keajaiban, mungkin aku sedangmenunggu hal itu. karena setelah semua kejadian itu, bagiku hidup adalah bencana. Aku selalu ber...