06

216 14 0
                                    

            Elisabeth POV.

Stella berkata bohong. Gadis itu mengatakan padaku sebelum dia pergi bahwa Adrian adalah seorang pria yang menyusahkan. dia sering histeris, tak pernah mau merespon apapun yang Stella katakan dan yang paling menyedihkan adalah pria itu seperti mayat hidup.

Tapi menurutku tak seperti itu. ya....meskipun pada dasarnya dia lebih terkesan apatis, namun menjaganyaa sangat mengasyikkan. Dia menerima suapanku dengan baik setiap kami makan, bahkan beberapa hari ini dia sudah mulai makan bersama neneknya di ruang utama. Setiap pagi kami memberi makan merpati, kali ini kami berjalan beriringan tanpa menggunakan kursi roda lagi.

Bukankah ini seperti keajaiban? Padahal aku belum ada sebulan tinggal disini.

"Baiklah....sudah waktunya kamu tidur." Aku menarik tubuhnya untuk naik ke atas kasur. Beberapa hari ini dia mulai sering membaca bersamaku. Dia tidak suka bacaan fiksi seperti aku, dia lebih suka sesuatu yang menakjubkan dan nyata. Dan buku yang disukainya adalah buku tentang alam semesta dan isinya. Tentang gugus bintang, galaxy dan lain sebagainya.

"Besok pagi ada pertemuan dengan dokter Antony....." lanjutku.

"Besok?"

"Iya."

Aku menaikkan selimutnya sampai sebatas dada. Setelah mengganti lampu tidur dan menyalakan aromatherapi, aku melangkah menuju kamarku yang berada tepat di samping kamarnya.

Ponselku berbunyi bersamaan dengan aku menutup pintu. nama Rebecca menari-nari indah di layar ponselku.

"Ada apa?" Aku menghempaskan tubuhku di atas kasur.

"Haaay......suster Elisabeth!" kelakarnya.

Aku mendengus. "tidak usah mencemoohku."

Aku mendengar Rebecca tertawa.

"Bagaimana keadaanmu El? Aku pikir kamu hanya akan bertahan seminggu disitu. Rupanya perkiraanku salah."

"Aku bekerja dari hati." Jawabku sekenanya.

"Dari hati? Woow....kamu jatuh cinta pada pasienmu?" decak Rebecca. "Sudah kuduga. Bagaimana kamu bisa menolak ketampanannya meskipun otaknya agak....."

"Hush! Ngawur!"sergahku cepat. "Dia tidak merepotkan. Dan aku senang bisa menemaninya jalan-jalan setiap pagi."

Rebecca kembali terkekah.

"Jangan sampai jatuh cinta padanya El."

"Kenapa?"

"Bahaya!"

"Kenapa bahaya?"

"Karena aku yakin kamu tidak akan bisa meninggalkannya karena dia tampan.....tampan.....tampan....dan kaya!"

"Apa maksudmu?"

"Dan satu lagi EL."

"Apa?"

"Apa kamu tidak penasaran dengan rasa bibirnya?"

Aku tergelak. Bisa-bisanya dia berkata demikian.

"Jangan coba-coba Rebecca!" ucapku cepat.

Dia malah tertawa.

"Oh ya, bagaimana keadaan mama?" aku mengalihkan pembicaraan. Rasanya sudah cukup pembahasanku tentang Adrian malam ini bersama Rebecca.

Miracle You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang