Demam

1.5K 120 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

•••

Tiga bulan telah berlalu, kini Afizal tengah memainkan ponselnya setelah menidurkan anaknya, Alisya.

Afizal mendapat notifikasi chat dari Habib Syarif dan langsung saja dirinya melihat chat tersebut,

Habib Syarif

Habib Syarif: Assalamu'alaikum.

Habib Syarif: Afizal, kamu segera kesini ya?

Afizal: Wassalamu'alaikum
Afizal: Insya Allah secepatnya bib.

Habib Syarif: Di tunggu..

Afizal: Na'am.

Afizal menghela nafas panjang, dirinya harus kembali berpisah dengan sang istri dan anak.

Afizal beranjak mencari keberadaan istrinya, ia berjalan menuruni anak tangga dengan bahu merosot.

"Alifah?!" panggil Afizal.

"Di dapur!" jawab seorang wanita dari arah dapur.

Afizal menghampiri istrinya yang kini tengah berkutat dengan peralatan dapur, ia mendaratkan bokongnya di kursi meja makan seraya menatap istrinya.

"Kenapa?" tanya Alifah seraya melirik suaminya yang tampak sedih.

Lagi-lagi Afizal menghela nafas panjang, "Mau balik ke Egypt.." ucap Afizal.

Alifah manggut-manggut "Berapa lama?" Alifah kembali bertanya.

"Satu semester."

Lagi-lagi Alifah menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, ia tidak masalah jika Afizal kembali ke Egypt toh untuk mengajar bukan untuk mencari janda.

Afizal mengerutkan dahinya kala melihat respon dari istrinya yang biasa-biasa saja tidak ada sedih-sedih nya.

Afizal menghampiri Alifah dengan tatapan yang tak bisa di artikan,

"Kenapa?" tanya Alifah kala melihat suaminya yang tiba-tiba berada di sebelah nya.

Afizal menggeleng tak percaya, "Gak sedih?" tanya Afizal.

Alifah menggeleng tak berdosa, ia telah menyelesaikan cuci piringnya dan langsung meninggalkan Afizal yang terdiam membisu seribu bahasa.

"Wah! Parah!" celutuk Afizal menggeleng tak percaya.

"Orang seganteng Afizal masih belum di cintai?" ucap Afizal menggeleng kepalanya tak percaya.

Afizal berjalan menaiki anak tangga seraya menghentakkan kakinya, ia kesal dengan Alifah yang masih saja belum cinta kepadanya.

Alifah yang bersembunyi di bawah tangga pun hanya bisa terkekeh mendengar ucapan suaminya yang sangat lucu di telinga nya.

"Narsis banget.." cicit Alifah cekikikan.

°°°

Alifah mengantarkan Afizal sampai ke bandara, kini saatnya Afizal berpisah dengan dua orang kesayangannya.

Alifah mengecup punggung tangan Afizal untuk perpisahan, sedangkan Afizal mengelus pucuk kepala Alifah dah mengecup kening Alifah cukup lama.

Afizal melihat anaknya yang berada di gendongan istrinya yang baru saja menginjak usia tiga bulan, "Sayangnya aba jangan nangis terus ya?" ucap Afizal mengelus pipi Alisya.

"Aba pamit, Assalamu'alaikum." lanjut Afizal mengecup dahi anaknya, Alisya.

Afizal kembali menatap istrinya, "Saya pamit ya? Assalamu'alaikum." ucap Afizal melenggang pergi meninggalkan Alifah serta Alisya.

"Wa'alaikumussalam.."

°°°

Pukul 03.00

Alifah terbangun dari tidurnya karena alarm yang sengaja ia pasang, biasanya dirinya selalu dibangunkan oleh suaminya untuk melaksanakan sholat malam, namun kini dirinya harus mandiri untuk bangun.

Setelah melaksanakan sholat malam Alifah berdzikir seraya menunggu adzan subuh. Suara adzan terdengar Alifah menghentikan dzikir dan langsung melaksanakan sholat qobliyah subuh lalu dilanjut dengan sholat subuh.

Alifah melipat mukenah serta sajadah nya dan menaruh kembali ke tempatnya, ia berjalan keluar kamar dan memasuki kamar anaknya, Alisya.

"Tumben banget belum bangun." gumam Alifah melihat Alisya yang masih tertidur pulas.

Alifah berjalan menuruni anak tangga untuk melakukan aktivitas paginya yaitu membersihkan diri lalu membersihkan rumahnya.

Di sela-sela menyapu suara tangisan Alisya terdengar dari lantai atas, Alifah berlari kecil menaiki anak tangga dan memasuki kamar anaknya.

Alifah menggendong Alisya seraya menempelkan punggung tangannya di dahi Alisya.

"Ya Allah.. badan kamu panas banget, nak." gumam Alifah.

Alifah mengganti baju Alisya seraya memandikan anaknya dengan air panas, ia akan membawa anak nya ke klinik terdekat.

Alifah menyupir mobilnya sendiri untuk pergi ke klinik. Alifah memang bisa mengendarai kendaraan roda empat, karena dirinya sewaktu dulu meminta pamannya untuk mengajarinya.

"Anak ibu panasnya tinggi." ucap dokter memberikan Alisya ke gendongan Alifah.

"Saya kasih obat penurun panas, nanti ibu ambil di resepsionis ya.." tutur dokter itu menuliskan nama obat di selembar kertas.

"Iya dok, terimakasih." saut Alifah tersenyum simpul meski tidak terlihat oleh cadarnya, namun matanya menyipit jika tersenyum.

"Terimakasih kembali." ucap dokter tersebut setelah menuliskan obat di selembar kertas lalu diberikan kepada Alifah.

-

Alifah menaruh tasnya di meja makan, ia mengambil air minum seraya menggendong Alisya.

Alifah mendaratkan bokongnya di kursi meja makan, dan Alisya yang Alifah dudukan di meja makan menghadap dirinya.

"Buka mulutnya sayang.. nggak pahit kok." ucap Alifah mengelus kepala anaknya dengan satu tangan,

Alisya menatap ibunya yang masih menggunakan cadar seraya meminum obat yang di sodorkan Alifah.

"Alhamdulillah.." Alifah bernafas lega dan memberikan Alisya minum.

Alifah kembali menidurkan Alisya dengan cara menggendong Alisya seraya menepuk-nepuk punggung anaknya.

Alisya kembali tertidur dan Alifah menaruh kembali Alisya di ranjang empuk milik Alisya, Alifah kembali menuruni anak tangga untuk melanjutkan aktivitas menyapu nya.

Setelah selesai mengerjakan semua pekerjaan rumah, kini saatnya untuk beristirahat ia mengambil ponsel miliknya di meja nakas dekat ranjangnya.

Alifah membelalak matanya melihat nomor yang tidak dikenal,."Loh nomor siapa ini?" tanya Alifah kepada dirinya sendiri.

089********

-Woi!

siapa ya?-

-Gue pacar suami lo!
-Dan lo berani merebut Afizal dari gue? Habis lo!
-Pasti lo pelet Afizal kan? Supaya dia mau nikahin lo!

Astaghfirullah..-

-Sok suci lo!
-Liat aja lo gak bisa kabur dari gue!
/blok

Alifah menggeleng kepalanya tak percaya dengan chat pertama 'Gue pacar suami lo!'

"Cobaan apalagi ini ya Allah.." lirih Alifah menaruh ponselnya kembali ke nakas.

•••

SEKIAN TERIMA VOTE 😻💅🏻

Follow akun instagram author: wp.aydya_11


HIJRAHKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang