"Yeri...." Nafas hangat Jimin menyapa wajah Yeri yang dingin dan menyadarkannya kembali.
Yeri menggeleng dengan dua mata yang sama-sama saling menatap.
"Aku boleh melakukannya lagi?" tanya Jimin dengan suara yang semakin rendah dan menatap mata da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
- Happy reading -
🍻
Gemerlap lampu warna warni, suara musik yang lumayan memekakkan telinga, serta hiruk pikuk para pengunjung yang sedang menari sangat kontras dengan penampilan seorang lelaki tampan yang sedang tergeletak tak berdaya di dalam private room.
Di sampingnya, seorang gadis menatapnya kesal. Tangannya gusar membuka ponsel yang bukan miliknya. Lalu buru-buru ia menempelkan jemari pemilik ponsel untuk membuka kunci sidik jari yang terpasang.
"Halo, apakah kau teman pemilik ponsel ini?"
"Kau siapa?"
"Cepatlah datang kemari, jemput temanmu. Ku kirimkan alamatnya"
Gadis bersurai coklat itu meremas rambutnya dengan gemas. Menatap kesal pada laki-laki yang baru saja dilemparnya ke atas kasur.
Jika dibayangkan sungguh gila mengangkat tubuh kekar yang penuh dengan otot seorang diri. Setelah bersusah payah membawanya masuk ke dalam kamar, tubuh besar itu ia letakkan begitu saja. Dengan separuh tubuhnya berada di atas ranjangdan kedua kakinya yang mengangkang menjuntai ke lantai.
Menelisik dari ujung rambut hingga ujung kaki, lelaki ini sangat tampan. Rambutnya hitam lebat, hidung bangir, dan bibir yang tebal sangat menggoda. Dadanya bidang dan bagian perutnya terlihat sangat sexy dibalik kaos yang tersingkap. Sungguh penampilan yang mengundang decak kagum. Membuat mata Yeri tak rela berkedip.
Duduknya mulai tidak tenang menunggu kedatangan -yang katanya teman dari pemilik ponsel. Kakinya sudah bergoyang-goyang gelisah.
"Huh! Akhirnya kau datang. Lihat!! Benarkan itu temanmu?" tunjuk Yeri dengan dagunya.
"Maaf sudah merepotkanmu," laki-laki berkulit pucat itu membungkuk, "Tapi bagaimana dia bisa berakhir disini?"
"Dia mabuk dan berulah padaku. Aku tidak sengaja memukulnya sangat keras, maaf." Ada nada penyesalah di akhir kalimat Yeri.
"Ah ya, namaku Yoongi," lelaki kulit pucat itu mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Yeri.
"Yeri. Namaku Yeri."
"Terima kasih Yeri-ssi."
"Baiklah, aku pamit."
Yeri meninggalkan private room dan kembali berkumpul bersama teman-temannya.
Yoongi menatap malas pada sahabatnya yang masih lelap tertidur. Entah lelap karena memang benar-benar tertidur atau pingsan karena dipukul oleh gadis tadi.
"Jimin-ah, bangun." Tidak mempan sepertinya jika hanya digoyang-goyang dengan tangan. Jadi Yoongi menepuk pipinya dengan keras.
Yoongi semakin gusar ketika mendapati ponsel Jimin terdapat banyak panggilan masuk.