16

11.8K 925 36
                                    

Aku menunggu Aditya di ruang rawat bersama Rasen. Kedua orangtuaku pamit pulang untuk berganti baju sekaligus membeli makan malam. Rasen sibuk menonton anime dan melihat aplikasi orange.

"Bang!" panggil Rasen.

"Apa?" tanyaku.

"Mau menyusun rencana menghancurkan keluarga Pratama libatkan aku ya," ucap Rasen.

"Kita minta bantuan orang lain untuk bergerak," ucapku.

"Hubungi papi saja," usul Rasen.

"Ah benar aku melupakan kekuasaan kakak pertama ayah," ucapku.

"Tokyo ghoul ternyata berbeda dengan alur manga nya," ucap Rasen.

"Harusnya kau nonton anime sport saja dibandingkan anime sadis itu," ucapku.

"Dapat rekomendasi dari teman onlineku jadi aku penasaran," ucap Rasen.

"Aku lupa menanyakan tentang pengawal Aprian itu. Aditya mengatakan dia masih bekerja di rumah Pratama setelah peristiwa Aprian jatuh," ucapku.

Aku memikirkan agar keluarga Aditya merasa bersalah tentang tindakan mereka selama ini terhadap Aditya. Aku akan mempermainkan perasaan mereka seperti boneka. Aku suka sensasi itu walaupun aku seorang yang sedikit kurang waras, tapi masalah pengkhianat perusahaan akan diurus oleh kakak pertama ayahku.

"Dek telepon papi," ucapku.

Rasen menghubungkan sambungan telepon kepada orang yang kupanggil papi. Dia yang menginginkan panggilan tersebut jadi aku menurut saja.

"Papi sibuk sepertinya bang," ucap Rasen.

"Kita akan coba nanti saat tengah malam," ucapku.

Rasen lanjut menonton anime. Aku membuka jendela kamar Aditya merasakan tiupan angin malam yang menyejukkan wajahku. Aku rasanya ingin naik keatap rumah sakit saat ini.

"Bang jangan naik ke atap rumah sakit. Dikira mau bunuh diri nanti," ucap Rasen.

"Aku bukan dazai osamu yang menginginkan kematian dek. Saat ini aku hanya ingin menjadi seorang uchiha itachi yang melakukan tugas seorang kakak walaupun dengan jalan salah," ucapku.

"Kenapa sifatmu tidak seperti kamado tanjiro yang menunjukkan kasih sayang seorang kakak di depan semua adiknya?" tanya Rasen.

"Aku itu seperti shinazugawa sanemi tidak terlihat kasih sayangnya tapi saat melihat adiknya terluka akan bersedih," ucapku.

"Laper bang," ucap Rasen.

"Ayah dan bunda pasti bawa makan malam untuk kita," ucapku.

Aditya belum sadarkan diri. Dokter hanya terus memantau keadaan Aditya yang saat ini dalam kondisi kritis entah kapan sadarnya. Untuk saat ini aku akan menyusun rencana untuk menjatuhkan keluarga Pratama.

"Besok abang sekolah lagi," ucapku tiba-tiba.

"Bilang ke ayah dulu," ucap Rasen.

"Ya abang mengerti," ucapku.

Suara decitan pintu mengalihkan perhatianku dari bintang-bintang malam. Oliver membawa paper bag dan Rianti tersenyum kearah kami semua.

"Aditya itu masih memiliki orang tua. Nasib dia seperti gon freecss yang tidak dipedulikan orang tuanya. Gon harus mencari ayahnya melalui ujian sulit," ucapku.

"Kalian ini kalau membuat perumpamaan jangan bawa-bawa anime dong. Bunda tidak paham sama sekali!" protes Rianti.

"Bunda ada drakor baru!" pekik Rasen.

"Ayo kita menontonnya," ucap Rianti.

Aku dan Oliver saling pandang lalu menggelengkan kepala. Rasen terpengaruh menyukai drakor dari Rianti sementara aku suka anime karena ulah Oliver.

Transmigrasi Ello (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang