39

4.7K 259 8
                                    

Imunku menurun itu perkataan dari Alvin omku. Aku dan om kembar hanya beda beberapa tahun saja. Jadi wajar kalau mereka masih mau dipanggil dengan sebutan abang.

"Kau melakukan suatu hal yang nekat setiap bulannya Ello," ujar Alvin.

"Bukan salahku melakukan tindakan tersebut. Musuh keluarga Zayan yang berniat melenyapkan diriku jadi aku hanya melawan saja," ujarku membela diri.

"Tapi karena itu kau memiliki banyak bekas di tubuhmu," ujar Alvin.

"Tidak masalah bagiku. Pemikiranku terlampau dewasa om Al. Sejak kecil telah terpilih menjadi pewaris perusahaan berarti aku harus siap menghadapi segala bahaya kedepannya," ujarku.

"Langkahmu mengenai penyerangan kali ini?" tanya Alvin.

"Memantau saja. Aku dilarang terlibat langsung oleh ayahku dia berkata sudah cukup aku memanipulasi ketiga putranya Satria untuk menjauh darinya," ujarku.

"Aku masih sedikit kaget mengenai fakta bahwa putra sulungnya menyukai sesama jenis. Padahal dulu terlihat memiliki banyak kekasih seorang gadis," ujar Alvin.

"Mungkin semacam karma karena dulu sering bergonta-ganti pasangan. Makanya aku lebih baik disakiti dibandingkan nanti adikku terkena karma burukku," ujarku.

"Sumpah aku jijik melihatnya secara langsung. Anehnya ada sebagian orang memaklumi hal tersebut," ujar Alvin heran.

"Om tahu mereka berkata itu pilihan hidup mengenai dosa urusan mereka. Aku tahu bahwa dosa tanggung jawab masing-masing. Namun bukannya menyukai sesama jenis hal yang dilarang agama manapun," ujarku.

"Yah om juga tidak paham jalan pikiran mereka Ello. Semasa sekolah dulu kulihat sosok Aprian memang anak yang arogan. Menurutku itu cara dia tidak terlihat lemah dihadapan semua orang," ujar Alvin.

"Sebenarnya aku sudah curiga sejak awal mengenai orientasi Aprian yang menyimpang," ujarku.

"Saat berada di tubuh Aditya?" tanya Alvin.

"Benar. Dia melihatku seperti ingin menerkamku saja kan membuat merinding tahu. Untungnya aku sempat membuat Adrian tepar karena pukulan jadi Aprian tidak berani macam-macam denganku," ujarku.

"Adrian sekarang tengah menjalani asmara dengan seorang gadis," ujar Alvin.

"Biarkan saja. Dia menurut ucapanku jadi tidak mungkin menjadi target papi," ujarku.

"Ello ada yang menyukaimu," ujar Alvin tiba-tiba.

"Siapa?" tanyaku.

"Teman satu profesiku. Dia dokter pindahan dari Thailand," ujar Alvin.

"Jangan bilang dia seorang pria?" tebakku.

"Benar. Aku telah menceritakan segala keburukanmu. Dimulai dari suka seenaknya, mudah marah, menembak sembarang orang kalau bosan, bahkan menggantung terbalik beberapa bodyguard kakek saat moodmu buruk," ujar Alvin.

"Baguslah kalau om menceritakan keburukanku," ujarku.

"Masalahnya dia malah tambah menyukaimu," ujar Alvin.

"Aku harus bilang ke ayah dulu agar mempercepat pernikahanku dengan pacarku!" pekikku.

Aku melompat dari kasur lalu berlari mencari keberadaan ayahku. Ternyata dia berada di ruang tamu tengah mengajari Rin mengenai bisnis.

"Ayah!" panggilku.

"Kenapa wajahmu nampak pucat sekali nak?" tanya Oliver khawatir.

Aku mendekat kearah Oliver memeluk tubuhnya sebentar lantas melepaskannya membuat Oliver kebingungan. Aku melirik kearah Rin yang malah terkekeh geli kearahku.

Transmigrasi Ello (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang