9

16.5K 1.1K 18
                                    

Suasana tiba-tiba hening karena percakapanku dan Aditya didengar oleh ayahku Oliver. Yah dia yang memergoki kami berdua tentang transmigrasi ini semua. Oliver menatapku tajam dan aku memalingkan wajahku ke samping tidak mau berhadapan dengan wajah datar Oliver.

"Pantas saja ayah merasakan hal beda saat memeluk abang ternyata dia jiwa asing yang memasuki raga putraku. Kau bisa jelaskan ini semua Othello Pranaja Zayan!" tegas Oliver.

"Ayah tahu aku kecelakaan saat menolong anak kecil itu?" tanyaku.

"Dan jiwamu berpindah begitu ya," ucap Oliver.

"Yap bener," ucapku.

"Lalu abang kabur dari keluarga sang pemilik raga yang kau tempati?" tanya Oliver.

"Tepat sekali. Mereka seperti titisan iblis berwajah manusia tahu, yah," ucapku.

Oliver memelukku dan aku hanya menikmati saja. Padahal sekitar seminggu aku tidak bertemu dengan ayahku. Rindu ini malah seperti setahun menumpuk di dadaku.

"Berarti ayah punya dua jagoan dong sekarang," ucap Oliver.

"Maaf om membohongimu. Aku cuma ingin merasakan kasih sayang kedua orang tua saja," ucap Aditya.

"Om tidak masalah lagipula kan anggap saja punya satu anak tambahan versi abang yang lebih tenang dan banyak mengeluarkan ekspresi," ucap Oliver.

"Kok aku dibawa-bawa sih, yah?!" kesalku.

"Kau emosian terus di luar rumah dan lebih banyak diam kalau di rumah. Itu suatu hal yang menyebalkan sekali bagi ayah," ucap Oliver.

"Orang tuh mau anaknya pendiem lha ayah malah lain?" heranku.

"Gen ayah dan bunda mu petakilan semua bang. Jadi kamu pendiem patut dipertanyakan darimana," ucap Oliver.

"Ck!" kesalku.

Oliver tertawa dan mengacak-acak surai rambutku hanya dengusan kesal balasan dariku. Oliver memeluk tubuhku dan Aditya secara bersamaan begitu saja.

"Nyaman," ucap Aditya.

Aku tersenyum mendengar ucapan Aditya. Dia pasti merindukan pelukan sosok seorang ayah wajar dia sudah mendapatkan kekerasan sejak usia 5 tahun. Aku melepaskan pelukan membiarkan Oliver memeluk Aditya.

"Penyakitmu memang dikatakan tidak bisa disembuhkan oleh dokter, tapi ayah akan berusaha menyembuhkanmu dengan jalur alternatif," ucap Oliver.

"Tidak perlu," ucap Aditya.

"Ayah memang tidak sekaya keluarga Pratama namun untuk membiayai sekolah satu anak tambahan masih mampu kok. Lagipula bisnis ayah sedang sukses pasti tidak masalah dengan biaya tambahan," ucap Oliver.

"Lha ayah nanti aku di tubuh Aditya terus dong!" pekikku.

"Perjanjian kalian sampai kapan?" tanya Oliver.

"Sampai aku mati om. Nanti Bang El bisa kembali ke raga aslinya," ucap Aditya.

"Harusnya jiwamu mati kan, Dit?" tanya Oliver.

"Iya aku ingin ke tempat indah, tapi pertemuan terakhir dengan Bang El malah membuatku ragu jadi aku putuskan meminjam raga Bang El saja sampai Bang El kembali ke raga aslinya lagi," ucap Aditya.

"Berarti sementara kau homeschooling dulu," ucap Oliver.

"Kok?!" protesku.

"Semua orang tahu kau ini kulkas berjalan. Nanti Aditya yang masuk ke sekolah buat geger satu sekolah kan malah merepotkan untukmu sendiri," ucap Oliver.

"Benar juga sih," ucapku.

"Kalian malah menyembunyikan ini semua dari kami berdua," ucap Rasen.

"Eh adek?!" kagetku.

Transmigrasi Ello (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang