29

4.8K 363 5
                                    

Rokok salah satu caraku melepaskan sedikit bebanku. Menjadi pewaris untuk sebuah perusahaan besar bukanlah hal mudah. Sejak kecil banyak tuntutan untukku dan aku tidak bisa menolak semua itu. Sekarang ada Aditya namun dia hanya mengambil bagian seperempat dari kekuasaan perusahaan. Catra melarang Aditya terlibat lebih jauh mengenai perusahaan. Anak Cakra perempuan semua jadi mereka hanya mendapatkan bagian kecil saja. Seluruh kebijakan perusahaan berada di tanganku.

Oliver ayahku mendapatkan presentase kecil karena dia anak bungsu. Namun berbeda denganku yang malah mendapatkan presentase paling besar.

"Opa kenapa perusahaan kita menganut tentang anak laki-laki tertua menjadi pewaris sih?" tanyaku kepada kakekku Frans yang sekarang tengah menatapku dalam diam.

"Anak perempuan akan menjadi hak seutuhnya seorang suami kelak setelah dia menikah. Aku membebaskan seluruh cucu perempuanku memimpin cabang perusahaan dimanapun yang dia mau. Setelah menikah maka itu terserah suami mereka entah mengizinkan mengelola cabang perusahaan atau tidak," ujar Frans.

"Aditya anak papi lho. Kukira saat dia hadir maka posisiku sebagai pewaris akan tergeser," ujarku.

"Aditya masih memerlukan masa belajar mengenai perusahaan. Dia juga tengah berjuang untuk bisa sembuh. Aku sebenarnya tidak mau kau menanggung beban berat ini, namun apabila perusahaan tidak berjalan maka miliar karyawan kita akan mengganggur," ujar Frans.

"Tidak masalah aku merokok opa?" tanyaku.

"Lain kali pakai cerutu saja," saran Frans.

"Sesat," sahutku.

"Bulan puasa tahun ini ada kehadiran Aditya merubah segalanya untuk Catra," ucap Frans tiba-tiba.

"Maksud opa bagaimana?" tanyaku.

"Catra jarang berpuasa, dia tipikal orang yang sering meluapkan emosinya saat seorang karyawan melakukan kesalahan kecil," terang Frans.

"Hari ini papi puasa dong?" tanyaku.

"Catra berpuasa karena putranya mengajak dia. Catra bahkan mengirimkan video lucu saat Aditya membangunkan dia untuk santap sahur. Lucunya Aditya menggunakan panci. Catra terdengar tertawa lepas akan tindakan random Aditya di saat merekam video," ujar Frans.

"Papi ayah baik. Dia single parents yang berhasil menghapus trauma Aditya mengenai orang tua," ujarku.

"Tindakan apa saja yang telah dilakukan Satria terhadap Aditya?" tanya Frans menahan emosi.

"Memukul, membentak, menampar dan segala tindakan kekerasan yang semestinya tidak dilakukan. Alasanku ingin membuat Satria mendekam selamanya di penjara karena itu," ujarku.

"Hukum di negara kita pasti tidak begitu nak. Kekerasan terhadap anak hanya dikenakan hukuman penjara sebentar saja," ujar Frans.

"Berarti aku harus mencari bukti kejahatan lain Satria agar dia selamanya di penjara?" tanyaku meminta pendapat Frans.

"Begitulah. Kau batal puasa karena merokok nanti selesai bulan puasa kau bayar," ujar Frans.

"Iya aku tahu," sahutku.

Kakek pergi dari ruanganku. Pikiranku sedikit kacau karena pihak kepolisian belum bisa menghukum Satria sangat berat. Katakan saja aku egois menginginkan seseorang menderita tapi alasanku logis Satria itu sosok yang tidak pantas dimaafkan.

"Pelaku kekerasan terhadap anak dapat dijerat Pasal 80 (1) jo. Pasal 76 c UU 35 Tahun 2014 tentang perlindungan Anak dengan ancaman pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan atau denda paling banyak Rp 72 juta."

"Dalam Pasal 76C UU 35/2014 tersebut terminologi yang digunakan bukanlah penganiayaan, melainkan kekerasan. Kekerasan yang dimaksud di sini adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum."

"Hukum pidana Satria harus berlapis agar dia mendekam lebih lama di penjara," ujarku.

"Kau masih saja memikirkan kebahagiaan orang lain,"

Aku tersenyum melihat kehadiran Oliver. Dia menaruh makan siang diatas mejaku. Puasaku telah batal karena aku merokok.

"Cobalah memikirkan kebahagiaan dirimu bang. Pacarmu saja diabaikan olehmu," ucap Oliver.

"Aku akan melamarnya saja ayah," ujarku.

"Kau tidak boleh mempermainkan hati seorang gadis. Dia pasti sangat mengkhawatirkan dirimu setidaknya kau beri dia kabar sehari sekali saja, gadis itu sering berpikiran negatif saat pasangannya tidak ada kabar," ujar Oliver.

"Aku telah memberi kabar kok ayah. Yah hanya sehari sekali belakangan ini. Pikiranku masih tertuju akan ancaman Satria waktu itu," ujarku.

"Mengancam apalagi dia?" tanya Oliver.

"Dia akan menculik salah satu orang berharga bagiku," sahutku.

"Keluarga kita bisa bela diri. Kau tenang saja. Tentang pacarmu ayah telah mengerahkan beberapa bodyguard untuk menjaga dia dan juga ayahnya," ujar Oliver.

"Ayah peka sekali," ujarku.

"Ayah tahu bebanmu cukup berat nak. Ayah anak bungsu jadi tidak terlalu mengerti mengenai bebanmu. Setidaknya kakak memberitahu semua beban dia kepada ayah setelah kelahiran dirimu," ujar Oliver.

"Ayah minta pelukan sebentar," melasku.

Oliver memeluk tubuhku sangat erat. Aku merasakan perasaan nyaman dan aman dalam dekapan hangat Oliver. Oliver memang bukan sosok ayah sempurna namun dia orang yang adil terhadap kami berdua.

"Ciee ada yang sedang manja!" ledek seseorang.

Aku melepaskan pelukan disana ada Aditya. Aku berlari kearah Aditya yang malah bersembunyi di belakang tubuh Catra.

"Curang kok Dit!" protesku.

"Bwleh!" ledek Aditya memeletkan lidahnya kearahku.

"Papi awas!" pekikku.

"Hahaha takut sama heroku," tawa Aditya.

"Ayah lihat!" rengekku menunjuk kearah Aditya.

"Cup cup sini putra ayah," ujar Oliver memeluk tubuhku sangat erat.

Aku tersenyum mendapatkan pelukan dari Oliver. Aku suka bau parfum Oliver biarkan aku menjadi manja saat ini. Aku ingin menenangkan pikiranku sejenak.

"Ayah gendong?" tanya Oliver kepadaku.

"Hm," gumamku.

Oliver menggendongku di depan. Tawa Aditya tidak aku pedulikan sama sekali. Aku ingin beristirahat sebentar saja dan akan kembali menyusun rencana lagi.

Aku tertidur karena lelah pikiran dan pelukan hangat Oliver membuatku nyaman. Oliver mengelus rambutku sementara Catra menatap interaksi Oliver dan diriku.

"Aku kesini sebenarnya ingin memberitahu El mengenai perkembangan kasus Satria," ujar Catra.

"Kakak aku ingin putraku tidak terlibat lagi," ujar Oliver.

"Aku tidak pernah memaksa El terlibat. Dia yang malah memaksa ingin terlibat," ujar Catra.

"Kakak biarkan putraku beristirahat penuh hari ini," ujar Oliver.

"Ya aku akan menghandle meeting dua hari ke depan," ujar Catra.

Oliver tersenyum dan membawaku keluar dari ruangan. Aku menyamakan diriku di dada bidang Oliver. Oliver tersenyum lalu mencium keningku berulang kali.

Jangan lupa tinggalkan vote, komentar, dan kritikan bagi penulis agar semakin bersemangat.

Sampai jumpa

Senin 24 April 2023

Selamat hari raya idul fitri 1444 hijiriah. Mohon maaf lahir dan batin. Maafkan kesalahanku bagi yang tidak disengaja maupun tidak.

Nanti akan update lagi karena telah berjanji double update minggu ini

Transmigrasi Ello (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang