37

3.7K 261 3
                                    

Hal pertama yang kulihat saat membuka mataku yaitu atap rumah sakit. Aku bangun sedikit meringis karena luka di pundakku. Kulirik kearah samping disana ada keluargaku.

"Abang!" Panggil Rasen yang terbangun.

Aku tersenyum akan panggilan Rasen. Dia memelukku sangat erat membuat aku tersenyum akan tindakan Rasen. Rasen melepaskan pelukan lantas mencium seluruh wajahku kecuali bibirku.

"Pacar abang baru aja pulang. Dia titip salam aja kalau abang udah bangun," ujar Rasen.

"Hp abang dimana?" tanyaku.

Rasen memberikan hpku. Aku menghubungi pacarku. Dia nampak kaget bahkan hampir menangis melihat wajahku.

Ello : sayang aku hanya tertembak sedikit saja

Elaine : hanya mau bilang hah?!

Aku menggaruk belakang kepalaku mendengar nada suara marah dari Elaine. Elaine masih menatapku tajam namun kulihat ada tatapan khawatir dari Elaine kepadaku.

Elaine : Rasen adik iparku beritahu kakakmu ini jangan menantang bahaya terus!

Rasen : laksanakan kakak ipar. Oh iya pasti kak Ine belum kenalan sama kakak kembarnya abang

Elaine : bukannya kamu anak sulung ya sayang

Ello : tadinya cuma beberapa minggu lalu ayah memberitahu aku memiliki kakak kembaran

Elaine : kembar pasti sulit dibedakan

Ello : mudah kok

Elaine : coba aku mau lihat wajah kakak kembarmu

Ello : kakak kesini!

Rin mendekat dia tersenyum kearah Elaine. Elaine sedikit terkejut akan wajah Rin. Yah kami kembar identik cuma ada sedikit perbedaan.

Elaine : ada tahi lalat di pipi kanan kakakmu sayang

Ello : kamu menyadarinya hal tersebut ternyata

Elaine : hay kak namaku Callliandra Elaine. Sering dipanggil Elaine.

Rin : adikku hebat bisa memenangkan hatimu

Ello : jangan ditikung!

Rin : tidak akan

Aku dan Elaine berbicara banyak hal. Setelah cukup lama berkomunikasi Elaine mengatakan aku harus istirahat agar segera pulih. Aku menuruti saja lagipula ucapan dia benar. Selesai telepon aku menurunkan tubuhku Rin yang peka membantuku.

"Aku istirahat dulu ya," ujarku.

"Kelonin tuh anaknya, bun," ujar Oliver.

"Heh gak perlu!" protesku.

"Tidak masalah, nak. Bagi bunda kamu masih putra kecilku," ujar Rianti.

Aku mendengus tapi tidak menolak sentuhan Rianti di rambutku. Rianti mengelus rambutku rasa kantukku meningkat karena tindakan Rianti. Perlahan-lahan mataku tertutup nyaman akan elusan tangan Rianti.

"Abang kan baru bangun lho?" heran Rasen.

"Abangmu pasti akan bertanya banyak hal mengenai suatu hal. Jadi lebih baik dia tidur saja. Abangmu tidak sepolos kakakmu yang mudah ayah bohongin," ujar Oliver.

"Dih kakak sudah dewasa tahu!" protes Rin.

"Wajah marahnya bahkan sama persis," ujar Catra.

"Papi main masuk aja kayak setan. Ucapkan salam dulu gitu," ujar Rasen kaget akan kehadiran Catra.

"Tuh kan bener. El masih belum sadar dari obat biusnya," ujar Cakra tiba-tiba.

"Papi dan daddy datang tuh ketuk pintu. Malah masuk aja gitu. Buat orang lain kaget," ujar Rin.

Transmigrasi Ello (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang