001. Gadis Pendiam

1.5K 102 14
                                    

"Entah dunia yang mengasingkan aku atau malah aku yang mengasingkan diri dari dunia."

~FEARFUL~


•••

Seorang gadis terlihat kebingungan di depan pintu kelas. Netranya menyusuri bangku-bangku yang sudah hampir terisi penuh. Dengan langkah malas, ia masuk ke dalam sambil mengedarkan pandangan mencari tempat yang masih kosong.

Hari pertama masuk sekolah adalah salah satu hal yang paling tidak ia suka. Bertemu dengan orang baru yang tidak dikenal dan harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Rasanya sangat membosankan dan melelahkan.

"Oi, lo Allea, kan??"

Suara bariton terdengar, membuat gadis bernama Alleana Zanara tersentak kaget dan refleks mundur selangkah saat melihat orang yang tiba-tiba muncul dan mengetahui namanya.

Sambil melebarkan senyum, orang itu menyodorkan tangan kanannya.

"Gue Riko, salam kenal!"

Bukannya balas menjabat tangannya, Allea malah diam memperhatikannya dari atas ke bawah. Menatap waspada pemuda asing yang seakan sudah mengenalnya. Bukan bermaksud sombong, ia hanya terlalu kikuk dan canggung untuk berkenalan dengan orang asing.

Siswa itu menurunkan tangan, "Biasa aja lihatnya, ga usah sinis begitu! Jadi takut gue."

Mendengar teguran orang di depannya, Allea langsung membuang pandangan ke arah lain. Padahal tatapannya biasa saja, tetapi malah dianggap sinis.

Hal seperti ini yang selalu dihindarinya saat berada di lingkungan baru. Ingin balas menjabat tangan, tapi tangannya mudah bergetar. Ingin sekedar membalas dengan senyuman, tapi wajahnya terasa kaku. Ingin bersuara, tapi pita suaranya terasa sulit mengeluarkan sepatah kata.

Sesulit itu lah Allea dalam bersosialisasi.

"Sorry kalau gue ganggu." Akhirnya pemuda itu memilih pergi karena sadar Allea tidak nyaman dengan keberadaannya.

Apalagi orang-orang memperhatikan keduanya. Beberapa diantara mereka berbisik tidak suka.

"Sok ngartis banget itu cewek. Salaman aja ga mau."

"Muka lempeng amat, senyum aja kagak!"

"Padahal tinggal, say hi doang. Tapi, malah kayak merendahkan gitu."

Gadis itu merutuki diri dalam hati karena reaksinya tadi malah membuat orang-orang jadi salah paham padanya. Dirinya akan kesulitan memiliki teman jika seperti ini. Akan tetapi, ia memilih memasang wajah cuek, pura-pura tidak peduli dengan apa yang mereka katakan.

Seorang siswa perempuan mendekat. "Lo kenal cowok tadi?"

Allea menatapnya bingung, tapi tetap menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Masa sih? Kayaknya dia kenal sama lo. Mungkin lo lupa kali sama dia?"

Allea diam, tidak tahu bagaimana menanggapi ucapannya. Terlebih ia merasa aneh melihat orang yang kepo dengan urusan orang lain yang tidak dikenalnya.

"Eh, kita belum kenalan." Tangannya langsung menjabat tangan Allea tanpa aba-aba. "Gue Ariska Pratiwi, panggil aja Riska. Kalau nama lo siapa?"

Cukup lama terdiam, lalu Allea menunjuk name tag di seragamnya. Membuat Riska tertawa melihat cara unik gadis itu memperkenalkan diri.

"Lo belum punya tempat duduk? Kalau belum, duduk samping gue aja. Masih kosong, kok," cerocos Riska setelah melepaskan jabatan tangan mereka.

Anggukannya membuat Riska segera menuntunnya dengan senang hati menuju bangku dekat jendela baris kedua.

Setelah mengucapkan terima kasih tanpa suara, Allea duduk di tempat yang ditunjukkan. Ia sangat kaku dan sulit menunjukan ekspresi pada orang yang baru dikenal. Kesulitan dalam bersosialisasi pada tempat baru dan sekarang malah masuk di kelas yang tidak ada sama sekali siswa yang dikenalnya.

"Lo bisa ngomong, kan?"

Pertanyaan Riska membuat Allea meliriknya datar.

"Eh, maaf, gue enggak maksud gitu, kok."

Ucapannya barusan membuat situasi jadi semakin canggung. Tidak mau terlalu lama dalam situasi tidak nyaman, Riska memilih menghampiri temannya yang duduk di bangku lain.

Allea hanya diam menatap kepergiannya.

Semua orang sibuk mengobrol atau berkenalan dengan orang yang baru ditemuinya. Hanya gadis itu yang terlihat sendirian.

Selalu seperti ini, sendirian di tengah keramaian.

Ia melipat kedua lengan di atas meja, lalu meletakan kepala di atasnya. Menenggelam wajah di lipatan tangan untuk menutupi perasaan sesak yang tiba-tiba melanda.

"Hey! ...."

Belum lama dalam posisi tersebut, suara sapaan terdengar di dekatnya, tapi ia tidak merasa itu ditujukan untuknya. Hingga sebuah tepukan pelan di puncak kepalanya, membuat Allea akhirnya mengangkat kepala dan menegakan punggung.

"Hi, Lea! Ternyata kita sekelas."

Bibir Allea mengembang membentuk senyum lebar untuk pertama kalinya hari ini. Pandangannya tertuju pada pemuda yang berdiri di depan tempat duduknya, bahkan matanya sudah berkaca-kaca.

Terasa seperti menemukan cahaya di kegelapan.

Ia kira akan benar-benar sendirian, nyatanya kehadiran seseorang merubah segalanya.











•••

DON'T COPY MY STORY!!!!!⚠️⚠️⚠️⚠️

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN.

FEARFUL (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang