018. Syarat

266 31 0
                                    

"Aku mandiri bukan karena apa-apa bisa sendiri, tapi mandiri karena terbiasa sendirian."

~FEARFUL~


•••

"Kerja apa lo?"

"Sejak kapan lo kerja?"

"Kok, ga ngasih tau gue?"

"Segala main rahasia-rahasiaan. Pantas aja gelagat lo rada aneh akhir-akhir ini."

Raka dan Riko memberondong Allea pertanyaan setelah ia jujur mengenai dirinya yang bekerja. Ternyata Jeff tidak memberi tahu mereka tentang itu.

Mereka bertiga sedang berada di rumah Allea, karena ia ingin meminta bantuan keduanya.

"Jeff marah sama gue karena gue bohong sama dia masalah itu," ucapnya pelan.

"Jadi kalau ga ketahuan, lo ga bakal jujur?" sarkas Riko menahan kekesalan.

"Ya ... gitu, deh."

Riko berniat menyentil kening gadis itu, tapi Allea segera berlindung di belakang punggung Raka yang kelihatan tidak terlalu mempermasalahkan.

"Sudah-sudah! Yang penting sekarang dia sudah jujur," bela Raka menahan Riko yang masih mengincar Allea.

"Sebenarnya gue mau minta bantuan kalian," ucapnya dengan mata memelas.

"Bantuan apa?"

"Ikut gue!"

Allea membawa mereka ke rumah yang berada tepat di sebelah rumahnya. Sampai di depannya, ia menekan bel hingga pintu tinggi bercat putih keemasan terbuka lebar. Seorang pelayan meyambut kedatangan tiga orang yang sudah cukup dikenalnya. Ia menuntun ketiga orang tersebut menuju belakang rumah, dimana tuannya sedang bersantai di gazebo dekat kolam renang.

"Lo berdua harus bujuk Jeff supaya maafin gue! Udah minta maaf beberapa kali, tapi dia masih marah kayaknya."

Allea mengajak keduanya ke rumah Jeff untuk membantu dirinya memperbaiki hubungan dengan sahabat pemarahnya.

"Lo yang buat masalah, lo yang selesain sendiri lah!" protes Riko tidak terima.

Allea yang berdiri di tengah menarik lengan kedua pemuda di sampingnya. Menyeret mereka agar berjalan cepat.

"Siapa tau Jeff mau maafin gue kalau kalian yang bujuk."

Mereka melangkah sambil berdebat siapa yang akan bicara lebih dulu. Jeff terlihat duduk di gazebo sambil membaca buku. Ia menoleh saat mendengar suara ribut yang mendekat padanya. Saat ketiganya berhenti di depannya, Jeff malah kembali fokus membaca buku tebal yang dipegangnya.

Lengan Allea menyenggol badan Raka agar di mengatakan sesuatu.

Raka menghembuskan nafas lalu mendekat pada Jeff. "Je, gue tau Allea salah karena bohong. Gue juga mau marah waktu tau dia kerja tanpa ngasih tahu kita, tapi gak baik kalau marah lama-lama sama dia. Katanya dia nyesel dan berharap lo maafin dia."

Netra coklat Jeff menatap Raka sejenak, lalu melirik Allea tajam. Buku yang dibacanya ditutup keras.

"Lo gak bisa bicara sendiri sampai-sampai bawa pasukan segala?" sindir Jeff membuat Allea langsung menempel pada Riko meminta perlindungan.

"Maaf!" ucap Allea pelan.

"Udah lah, Jeff. Maafin aja ini bocah. Kalau dia ketahuan bohong lagi, tinggal ikat aja di pohon kelapa," canda Riko sambil terkekeh puas.

Allea langsung mendorong pemuda itu. Kesal karena keberadaannya tak membantu sama sekali. Ia mendekat pada Jeff dan duduk di sampingnya.

"I'm so sorry! Gue akan lebih jujur lagi kedepannya," ucap gadis itu dengan kedua tangan yang menunjukan tanda 'v' sebagai keseriusan ucapannya.

Anggukan kepala Jeff membuat Allea langsung tersenyum lebar.

"Tapi, ada syaratnya!"

***

Allea mengenakan seragam pelayan, bolak balik mengantarkan pesanan pelanggan. Meski kadang senyumnya hilang muncul saat berhadapan dengan costumer, ia sudah biasa dan cekatan melakukan pekerjaannya.

Namun, kali ini ia membawa nampan berisi pesanan pelanggan dengan perasaan canggung. Tidak bisa menyembunyikan rona di pipinya saat ia meletakan tiga gelas minuman di meja.

"Silahkan dinikmati!" ucapnya salah tingkah.

Salah satu pelanggan mengarahkan ponsel padanya dan memotretnya sejak tadi.

Refleks Allea menutup wajah dengan nampan. "Jangan gitu, lah!"

"Sebagai kenang-kenangan," ucapnya sembari memeriksa hasil tangkapan kameranya.

"Jelek banget," ejek Riko saat ikut melihat hasil foto candid Allea di ponsel Raka. Tawanya berhasil membuat si gadis memajukan bibir cemberut.

"Cepat habisin minumannya, terus pergi dari sini!"

"Ngusir ceritanya? Gue laporin bos lo nanti."

"Laporin aja, ga takut! Wlee!" Allea gegas melarikan diri dari hadapan tiga pemuda itu.

Mereka menatap kepergiannya dengan tatapan bangga. Gadis yang awalnya tidak biasa berada di khalayak ramai, kini telah keluar dari zona nyamannya.

Tatapan mereka tidak lepas dari Allea yang hilir mudik melayani pelanggan. Saat dia tersenyum menyapa pelanggan yang baru datang, menanyai pesanan mereka dengan ramah dan wajahnya kembali datar saat membelakangi pelanggan untuk mengambil pesanan. Kemudian kembali tersenyum lagi saat membawa nampan pesanan ke tempat pelanggan.

Raka tersenyum lebar melihatnya. "Allea sudah besar, ya?"

"Lebih tepatnya, mandiri." Jeff mengoreksi.

"Itu beneran Allea kita 'kan?" Pertanyaan bodoh Riko hanya dibalas lirikan oleh dua rekannya.

"Semoga ini awal mula dia lebih percaya diri."

Obrolan mereka terhenti saat Allea lewat di depan mereka dengan tatapan sinis yang dibuat-buat. Melihat itu, ketiganya malah kompak mengangkat tangan melambai padanya.

"Malu-maluin," ucap Allea tanpa suara.

Raka dan Riko tertawa melihatnya, sedangkan Jeff hanya tersenyum tipis, gengsi menunjukannya di depan umum.

"Padahal, biasanya anak itu selalu menunduk dan menyembunyikan diri saat di depan umum."

"Tapi yang gue takutan, Allea malah lebih tertutup dan menyembunyikan banyak hal." Jeff memulai pembicaraan serius.

Cukup lama ketiganya berada di sana, meski minuman mereka sudah habis. Setelah puas mengawasi gadis itu, baru mereka meninggalkan tempat.

Allea menghela nafas lega melihat sahabat-sahabatnya sudah keluar dari cafe. Sejak tadi ia tidak tenang dengan keberadaan mereka karena terus diperhatikan. Akhirnya ia bisa bekerja dengan tenang hingga pergantian shift jam lima sore. Karena hari minggu, jadi ia masuk pagi dan pulang sore.

Setelah berganti pakaian dan berpamitan pada rekan kerjanya, Allea segera menuju parkiran motor.

"KALIAN!!"

Gadis itu terkejut melihat tiga pemuda tadi duduk di motor masing-masing tepat di samping motor pink miliknya.

"Belum pulang? Emang kalian ga ada kerjaan lain?"

Ketiganya hanya menatapnya tidak peduli. Seakan keberadaannya tidak berarti.

"Kalian nunggu gue dari tadi?" Jika dihitung dari awal mereka keluar dari kafe, berarti sudah tiga jam mereka menunggu.

"Geer lo," pinta Raka dengan ekspresi mengejek.

"Lo pulang duluan aja!" Jeff ikut bersuara.

Kening Allea mengerut bingung.

Raka turun dari motor, mendekat padanya. "Kami bertiga ada urusan penting. Ga apa-apa 'kan pulang sendiri?"

"Kan sudah biasa," jawab Allea di tengah kebingungannya.

"Ya sudah, sana pulang!" usir Jeff tidak sabaran.












FEARFUL (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang