039. Pulang

159 21 0
                                    

"Manusia hanya bisa berencana, karena yang menentukan hanyalah Tuhan Yang Maha Esa."

~FEARFUL~


•••

Seorang gadis duduk di kasurnya dengan punggung bersender di kepala ranjang. Tangannya menggenggam botol kecil berwarna putih. Kepalanya berdenyut pusing memikirkan banyak hal.

Ia baru kembali dari bandara, tapi sayang tidak sempat bertemu adiknya karena jalanan yang macet parah. Jevan tentu akan marah besar padanya.

Kondisi kesehatan Nando juga menganggu pikirannya. Pemuda itu berkali-kali meneleponnya, mungkin merasa bersalah karena mengusirnya tadi di rumah sakit. Allea mengabaikannya, memilih membaringkan tubuhnya. Ia butuh tidur untuk melupakan beban pikiran.

Tidak butuh waktu lama untuk gadis itu tertidur lelap. Saat pagi datang, Allea belum juga bangun. Neneknya berkali-kali mengetuk pintu, tapi ia tidak kunjung bangun.

Karena paham betul cucunya sedang bersedih, Oma Sarah membiarkannya tidak pergi sekolah hari ini. Ia sudah biasa dengan Allea yang sering mengurung diri saat banyak masalah. Namun, sampai jam tiga siang, gadis itu belum juga bangun. Oma Sarah terpaksa membuka pintu kamar Allea dengan kunci cadangan.

"Lea, bangun! Sejak semalam kamu tidur sampai sekarang belum juga bangun."

Gadis itu mengeram pelan. Memegangi kepalanya yang terasa berat dan pusing.

"Sana mandi, terus makan!" Setelah mengatakannya, Oma Sarah keluar dari ruangan itu.

Tubuhnya linglung karena kebanyakan tidur. Matanya ia paksa terbuka dan mengubah posisi tidurnya jadi duduk di tepi ranjang.

Drrttt ...drrtt ...

Tangannya meraih ponsel dan memeriksa nama sang penelepon. Ternyata Anisa yang menghubunginya, tapi ia mengabaikannya. Banyak nontifikasi yang masuk. Tiga sahabatnya mengirim pesan menanyakan kabar. Grup kelasnya terlihat sangat ramai, tapi tak minat memeriksa isinya. Nando pun berkali-kali meneleponnya sejak semalam.

Drrtt ... drrttt ...

Telepon dari Anisa kembali masuk. Ia menghela nafas panjang, terpaksa mengangkatnya.

"Halo, ada apa, Kak!" ucapnya sambil memempelkan ponsel di telinga.

"Nando pulang ke rumahnya hari ini. Lo bisa ke sini gak?"

Senyum kecil terbit di bibir mungil gadis itu. Bahagia mendengar kabar baik dari Nando. Kondisinya sepertinya membaik. Ia akan melupakan kekesalannya pada pemuda itu karena mengusirnya kemarin. Tak baik juga marah terlalu lama padanya, sebab pemuda itu dalam keadaan sakit.

"Ke rumah sakit?" tanya Allea memastikan.

"Gak usah, langsung ke rumah Nando aja. Lo pasti tahu, kan, rumahnya!"

"Iy—"

Tuutt ...

Belum sempat menjawab, Anisa sudah memutuskan sambungan telepon. Tidak mau membuang waktu, Allea segera bersiap.

Ia memandangi dirinya di cermin yang menggunakan dres panjang sampai betis berlengan pendek berwarna putih dihiasi gambar bunga-bunga kecil dengan tambahan renda di ujungnya. Rambut lurus yang sengaja dibiarkan terurai diberi bando dengan hiasan mutiara. Wajah yang biasanya polos, kali ini diolesi sedikit bedak dan lipstik berwarna pink.

Setelah izin pada neneknya, ia langsung keluar rumah.

Langkahnya tertahan saat hendak mengambil motor di bagasi. Jeff berdiri di depan rumahnya, membuat kening gadis itu mengerut heran.

FEARFUL (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang