"Semakin besar rasa cintaku, semakin besar pula rasa takut kehilangan kamu."
~FEARFUL~
•••
Dua buah koper dengan ukuran sedang berjejer rapi di samping sofa ruang keluarga. Seorang gadis duduk di sana memandangi koper tersebut. Tatapannya menyendu, menahan tangis yang berusaha ia sembunyikan.
"Adikmu akan pergi hari ini," beritahu Oma Sarah yang baru kembali dari kamar Jevan. "Sana siap-siap, antar adikmu sampai bandara! Tante Aini dalam perjalanan ke sini untuk jemput Jevan."
Gadis itu tidak bergerak dari tempatnya. Masih betah meratapi koper milik adik laki-lakinya.
"Oma, semua barang-barang pentingku sudah kukemas," ungkap Jevan setelah keluar dari kamarnya.
"Tinggal nunggu Tante Aini bentar lagi sampai."
Allea langsung berdiri melihat kedatangan adiknya yang sudah menenteng tas hitam di punggungnya. Anak laki-laki itu tersenyum paksa melihat kakaknya. Baik Allea ataupun Jevan, keduanya sama-sama tidak mau berpisah. Namun, keadaan memaksa mereka untuk melakukan itu.
"Kamu beneran mau ninggalin Kak Lea?"
Jevan mendekat pada kakaknya. "Sebenarnya aku juga tidak mau meninggalkan Kakak, tapi pergi ke Belanda bersama Tante Aini bisa mengurangi beban dan tanggungan Oma."
Anak seusia Jevan harus dipaksa dewasa oleh keadaan. Di umurnya sekarang, seharusnya ia banyak bermain. Bukannya memikirkan masalah orang dewasa.
Pandangan Allea beralih pada neneknya. Ingin marah dan protes pada wanita itu, tapi ia sadar diri. Jika bukan Oma Sarah, siapa yang akan merawatnya. Meski banyak keputusan neneknya yang merugikan dirinya, Allea tetap menyayanginya.
Wanita tua itu mendekati cucunya. "Maafin Oma, Lea, Jevan. Oma gagal, gagal menjadi nenek yang baik."
Oma Sarah memeluk Allea, dibalas gadis itu dengan pelukan erat. Air matanya mengalir, tidak bisa menahan tangisnya lagi. Jevan juga memeluk nenek dan kakaknya dengan mata berkaca-kaca. Ketiganya berpelukan, saling menguatkan satu sama lain.
Beberapa menit berpelukan, baru mereka melepasnya. Oma Sarah mengelus kedua puncak kepala cucunya.
"Oma akan urus semuanya agar kita bisa kembali berkumpul."
Kalimat itu hanya angin lalu bagi Allea. Jamilah sudah tidak ada kabar lagi setelah acara keluarga terakhir kali. Usaha milik Oma Sarah juga masih krisis keuangan. Cukup sulit untuk kembali hidup normal seperti biasanya.
"Yaudah, sana siap-siap ke bandara!"
Allea menurut, ia menuju kamarnya untuk berganti pakaian.
Drttt ... drttt ...
Suara ponsel menginterupsi kegiatan gadis itu. Setelah berganti pakaian baru ia mengangkat ponselnya.
"Halo, Allea!"
Ia mengerutkan kening karena suaranya terdengar asing. "Siapa?"
"Ini gue, Anisa!"
Gadis itu langsung mengecek nomor yang meneleponnya. Nomor yang sama dengan nomor yang pernah mengancamnya dulu.
"A-ada apa, Kak?" Suaranya terdengar gugup.
"Lo bisa ke sini sekarang?"
"Ke mana?
"Nanti gue kirimin alamatnya."
"Maaf, Kak, kayaknya aku nggak bisa," tolak Allea sesopan mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEARFUL (Revisi)
JugendliteraturAlleana Zanara dengan segala permasalahan sosialnya. Si gadis introvert, pendiam, dan anti sosial. Perpaduan sempurna yang membuatnya tidak bisa bergaul. Beruntungnya ia masih memiliki sahabat. Sebagai orang yang sulit bersosialisasi, kehidupan Alle...