Bab 1 : Hari sial Kaluna ...

3.6K 186 8
                                    

Luna berjalan hampir berlari menyusuri lorong lantai dasar SMA Garuda Bangsa, kakinya sudah mulai bekerja keras saat ia turun dari angkutan umum dan menerima kenyataan bahwa ia akan terlambat kalau saja ia hanya berjalan seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luna berjalan hampir berlari menyusuri lorong lantai dasar SMA Garuda Bangsa, kakinya sudah mulai bekerja keras saat ia turun dari angkutan umum dan menerima kenyataan bahwa ia akan terlambat kalau saja ia hanya berjalan seperti biasa. Keringat di keningnya mulai bermunculan saat gadis itu merasakan bahwa perjuangannya melelahkan. Ini adalah pertama kalinya dia merasakan perjuangan teman-teman yang sering telat. Karena selama dia bersekolah di SMA Garuda Bangsa, dia tidak pernah menjadi siswa yang namanya tercatat di buku piket harian guru karena telat.

Namun berbeda dengan hari ini, kini dia merasakannya. Dan sialnya lagi, kenapa harus di hari Senin coba telatnya? Kenapa? Senin itu hari keramat siswa-siswi SMA Garuda Bangsa untuk telat. Bahkan pelanggan setia buku piket aja anti banget kalau sampe telat di hari Senin. Nih ya di kasih paham deh, Senin itu ada pembiasaan upacara bendera yang dimana otomatis kan semua kegiatan akan berpusat di lapangan. Ketika ada siswa yang telat maka siswa tersebut harus dengan lapang dada berpisah dari barisan kelasnya dan menempati barisan special di depan. Yup, barisan khusus anak-anak terlambat. Jadi kalau telat hari Senin, ya siap-siap aja jadi model dadakan di depan lapangan. Lanjut, alasan anak-anak kudu rajin dateng pagi pada hari Senin adalah karena hari Senin merupakan jadwal piket Bu Nina a.k.a guru paling galak seantero sekolah tercinta ini.

Bu Nina satu-satunya guru yang serempak di takutin semua siswa. Bahkan siswa aja merasa lebih takut sama Bu Nina daripada Bapak Kepala Sekolah. Tahtanya Bu Nina diatas Pak Sabar, sesuai namanya walaupun jabatan beliau sebagai Kepala Sekolah tapi beliau terkenal ramah, penuh senyum, baik dan tentunya sabar. Dan emang Bu Nina ini penyeimbang, karena beliau adala wakil Kepala Sekolah yang punya kepribadian berbanding terbalik dengan Pak Sabar.

Fokus Luna bercabang, karena ini pertama kalinya dia terlambat dan di hari Senin pula. Luna bingung, apakah harus langsung ke lapangan dan berbaris atau harus ke kelas dulu untuk menaruh tasnya. Karena jika Bu Nina melihat ada tas siswa yang berada bukan pada tempatnya maka siswa tersebut akan diindikasi termasuk siswa terlambat.

Namun, pilihan nya jatuh kepada yang kedua. Gadis itu hendak berbelok kearah kiri untuk menaiki tangga yang akan membawanya menuju ruang kelasnya di lantai dua. Sementara suasana sekitar sekolah sudah dalam persiapan untuk upacara bedera. Semua siswa-siswi sedang sibuk merapihkan barisannya di kelas masing-masing, para petugas upacara sudah menempati tempat tugasnya masing-masing, para guru pun sudah mulai berbaris. Dan hanya dia saja yang masih keringet dingin.

Baru saja Luna berbelok kiri, namun langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara yang sangat amat ia takuti saat ini.

"Heh, mau kemana kamu?" seru suara tersebut, yang sangat ia yakini bahwa suara itu adalah Bu Nina pemiliknya.

Seketika itu juga Luna membeku di depan gerbang tangga menuju kelasnya. Yang ternyata gerbang itupun sudah dalam keadaan tertutup. Karena setiap ada kegiatan upacara, gerbang menuju tangga selalu di tutup unuk menghindari anak yang telat, orang asing masuk atau hal lainnya.

Luna dengan pelan dan pasrah membalikkan tubuhnya kearah suara tadi. Lalu memasang wajah bersalahnya dan mohon ampunannya itu.

"Maaf bu .. "

KALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang