Bab 12 : Jemputan

807 101 35
                                    


Assalamualaikum, hahaha. *ngintip*

Iyaa tauu, iyaa ... telat update. Hehehe. Telatnya sampe dua hari.

Biasanya aku update 4 hari sekali. Ini molor dua hari.

Maapkan akuuu ... hahaha. Bener-bener lagi sibuk.

Dan baru hari ini bisa buka laptop buat ngintip naskah.

Btw, kemaren sudah selesai Giveaway dalam rangka 5k readers ya!!

Thank you so much buat yang sudah ikutan, dan congrats buat dua orang pemenangnya.

Woookaaaaiiii ... aku langsung aja yaa, mari kita sambut Affandra dan Kaluna!!!!

HAPPY READING!!!

HAPPY READING!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hujan yang turun semalaman masih menyisahkan aroma basah tanah dan udara dingin yang membuat siapa saja pasti akan merasa malas untuk sekedar membuka matanya. Suasana yang cocok sekali untuk kembali bergelung dengan selimut dan bantal. Namun, jangan berharap lebih. Karena hari ini bukanlah weekend, jadi kubur dalam-dalam anganmu yang akan kembali rebahan. Karena semesta tidak mengizinkanmu.

Hal itulah yang membuat Luna males-malesan untuk bersiap ke sekolah, mana ini hari Jumat. Kan tanggung banget ya, udah gitu suasananya mendukung banget buat tidur lagi. Namun, sebagai siswa tingkat akhir yang banyak sekali kegiatan, mata pelajaran yang harus di selesaikan dengan waktu yang tergolong sedikit, membuat Luna harus menaikkan semangatnya demi masa depan yang secerah matahari.

"Lunaaaa, udah jam enam lewat. Jangan lama-lama dandannya!" suara Ibu terdengar nyaring walaupun dikeluarkan dari lantai bawah.

Boro-boro dandan, yang terjadi adalah Luna cuman duduk di pinggir tempat tidur sambil bengong.

"Lunaaaaa,"

"Iyaaa, Ibuu .. iyaaa ..."

"Jangan lupa pakai jaket,"

"Iyaaa, Ibuu ... iy-" Luna terdiam sejenak, lalu keluar kamar untuk menanyakan kepada Ibunya "Lah buat apaan Bu?"

Memang udara di luar cenderung dingin, tapi biasanya pas siang udah normal lagi kok. In ikan karena semalem hujan aja. Lagipula dia berangkat diantarkan oleh Bapa naik mobil.

"Buat berangkat ke sekolah lah,"

"Iya tapI kan, Luna dianter Bapa naik mobil,"

"Enggak,"

"Hah? Enggak apanya Bu?"

"Bapa udah berangkat, ada rapat katanya,"

"Oh yaudah, Luna berangkat naik ang-"

KALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang