Sesekali Kaluna meringis saat dirasa perutnya mulai melilit, bahkan badannya sudah pegal-pegal seperti habis digebukin satu kecamatan. Bola matanya masih mencari sebuah produk yang sangat amat dibutuhkan oleh para wanita ketika sedanag datang bulan.
"Sssh .. aduh, mana sih? Kok mata gue tiba-tiba gak nemu itu barang, bisa-bisanya .." kini ia sudah berjongkok di depan rak gondola minimarket dua puluh empat jam yang berada di lantai dasar apartemennya.
Menjelang subuh tadi, ia terbangun karena merasakan nyeri perut dan pegal-pegal. Tahu bahwa itu merupakan tanda datang bulan, makanya dia bangun dan bergegas ke bawah. Menuju beberapa kantung plastik yang masih ada di ruang televisi. Barang belanjaan dia dan Andra.
Kaluna teringat, bahwa yang bertugas membeli bahan non makanan adalah Andra. Jadi dia beralih ke kantung plastik yang Andra bawa. Mengobok-oboknya mencari barang urgent wanita tersebut.
"Ish, mana sih? Dibeli apa engg-" ucapannya terputus ketika tangannya meraih sebuah produk yang dibutuhkannya itu, "Alhamdulillah, waras juga ternyata dia ... eh, loh kok?" pas dibalik bungkus produknya, ternyata zonk.
"Ya Allah, ini mah pantyliners ... bukan, argh ... si Andra mah!" dengan kesal ia menjatuhkan produk tersebut keatas sofa. Lalu menatap sekeliling untuk mencari sesuatu, sesuatu yang sering Andra tinggalkan sembarangan.
"Tuh kan, bener. Pasti di geletakin dimana aja, berasa kaya banget apa gimana sih itu orang," Kaluna berjalan ke bar stool tempat dimana Andra meletakkan dengan sembarang dompetnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALUNA
Teen FictionKaluna tidak menyangka jika kesalahpahaman yang ia buat membawanya kepada kehidupan pernikahan di usia remaja. Hidup bersama dengan Affandra Prawara -ketua geng AGNOR yang ditakuti seantero sekolah- bukanlah perkara yang mudah. Hubungan mereka baga...