Bab 43 : Sebuah perizinan

174 17 3
                                    

Kaluna masih meraba-raba keningnya yang kini tertutupi hansaplast bermotif princess itu, saat ini ia tengah menunggu ojek online lagi setelah melakukan kerja kelompok di Cafe Lentera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaluna masih meraba-raba keningnya yang kini tertutupi hansaplast bermotif princess itu, saat ini ia tengah menunggu ojek online lagi setelah melakukan kerja kelompok di Cafe Lentera. Kali ini ia berbeda kelompok dengan Dhara, jadi enggak bisa nebeng baliknya. Dan yaah ... as always, meskipun di status resmi dia memiliki yang namanya suami namun seperti yang kalian ketahui mereka sedang backstreet.

"Loh, kita ketemu lagi?"

Kepala Kaluna menengadah setelah sebelumnya sibuk melihat maps untuk mengetahui posisi drivernya saat ini. Masih lima menit lagi untuk sampai di tempatnya. Matanya kini menatap sosok pria itu lagi, yang sedang tersenyum menatap balik dirinya.

Kaluna hanya diam tanpa membalas ucapan cowok itu. Entah mengapa, dirinya kurang sreg aja sama cowok ini.

"Tau nggak sih, kata orang kalau tiga kali ketemu tanpa sengaja artinya jodoh!" ucapnya dengan senyum yang lebar "Jangan-jangan kita jodoh?" tunjuknya makin sumringah.

Kaluna masih menatap cowok itu tanpa berniat membalas ucapannya.

Jodoh apanya, jodoh gue jelas-jelas lagi nelantarin gue kayak gini! Sama gilanya nih orang ama si Andra!

Lalu sebuah tangan terulur dihadapannya, "Kenalin, gue Hendra!" ujarnya lagi masih bertahan dengan senyuman dan tangan yang melayang di udara tanpa sambutan dari Kaluna.

Melihat uluran tangannya yang tidak disambut Kaluna, Hendra menurunkannya kembali lalu mendengus "Cantik tapi jutek banget sih .. eh, jangan-jangan enggak ngerti bahasa manusia ya?" raut wajahnya berubah kaget, menutup mulutnya dengan telapak tangan "Ya pantesan lah!! Mana ada bidadari bisa bahasa manusia, iya kan?"

Semua godaan Hendra bagaikan mata pisau yang seketika mental terkena shield kasat mata. Sama sekali tidak mempengaruhi Kaluna apapun itu.

Belum sempat Hendra kembali melontarkan rayuannya kepada Kaluna, lagi-lagi Kaluna terselamatkan oleh ojek online yang sudah sampai.

"Mbak Kaluna?" tanya pria dengan helm dan jaket berwarna hijau itu, sambil sesekali memencet ponselnya.

Kaluna mengangguk, lalu berdiri untuk mendekati ojek online tersebut. Benar-benar mengabaikan sosok yang kini masih menatap Kaluna dengan minat. Bapak ojek online lalu menatap Hendra dengan sigap, merasakan hawa-hawa aneh antara customer-nya dengan seorang pria yang bersama gadis itu. Matanya menatap awas, siap-siap membela jika terjadi sesuatu.

"Pakai dulu Mbak, helmnya" pria itu mengulurkan helm berwarna hitam kearah Kaluna. Tangan gadis itu terulur untuk mengambilnya, namun sebuah tangan lain menyentuh tangan Kaluna.

"Oh jadi namanya Kaluna, bilang dong daritadi ... kan jadi enak kenalannya, enggak berasa dianggurin," ucap Hendra masih dengan ala-ala friendly.

Kaluna sempat terkaget dengan kontak fisik yang Hendra lakukan, sontak saja menepisnya dan menatap Hendra dengan kesal. Melihat respon customernya yang tidak welcome dengan pria dihadapannya itu dengan sigap Bapak ojek online yang memang sudah berusia dan jika dilihat seumuran dengan Bapa langsung turun dari motor dan menghalangi Hendra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang