Chapter 15

2.3K 167 1K
                                    

Sudah tiga hari sejak makan malam di rooftop berlalu, Elenor menjalankan aktivitasnya tanpa melibatkan kehadiran Ethan. Sebenarnya Elenor tidak masalah akan hal itu, hanya saja Ethan menggantungkan jawaban pada malam hari itu yang masih belum membuatnya puas hingga saat ini.

Saat Elenor mengajukan pembatalan rencana pernikahan, keduanya sempat terlibat adu mulut kecil.

"Apa lebih baik kita batalkan saja rencana pernikahan ini, Ethan?"

Tatapan Ethan menajam. Rahang Ethan menegas. Jelas sekali Ethan tidak suka dengan pertanyaan tersebut. "Enteng banget ya kamu ngomong seperti itu setelah apa yang aku perjuangan untuk kelangsungan pernikahan kita."

"Aku mengajukan pertimbangan seperti ini agar ke depannya aku nggak semakin membebani kamu."

"Aku hampir meregang nyawa ditangan Kakek kamu. Itu udah membebani aku. Dan sekarang kamu ingin membuat semua itu menjadi sia-sia. Begitu, Ele? Kejam kamu!"

"Ya, aku memang kejam. Tapi aku bisa menjadi lebih kejam lagi ketika kita sudah menikah nanti. Aku nggak menuntut cinta dari kamu, ya, itu benar. Tapi aku juga nggak akan memberi kamu ruang untuk kembali kepada Naomi sekalipun kamu mencintai dia sampai mati. Jika kamu sudah menjadi Suamiku artinya kamu adalah milikku seutuhnya. Karena sekali kamu jatuh padaku, aku nggak akan membiarkan kamu pergi. Kamu akan selamanya terkurung di dalam sangkarku. Sikap egois Papaku menurun padaku. Dan inilah aku, aku memang begitu egois dan kejam, Ethan. Jadi apa kamu masih ingin melajutkan pernikahan dengan perempuan sepertiku?"

"Ya, kamu sangat egois dan kejam, Elenor."

Saat Ethan hendak bangkit dari tempat duduknya, Elenor menahan pergelangan tangan Ethan dengan kuat.

"Aku nggak bermaksud untuk menahan kamu disini tapi Kakek udah menyiapkan makan malam ini untuk kita. Duduk dan hargai beliau."

Napas Ethan sudah memburu dan dia terheran-heran bagaimana Elenor bisa tampak begitu tenang. Ethan pun kembali mendudukan diri dan makan malam itu berlangsung dalam hening. Tidak ada kelanjutan dari pembicaraan itu sampai hari ini. Mereka berdua memilih untuk sama-sama menghilang.

Elenor mendorong pintu rumahnya yang sudah tampak gelap dari luar. Seharian ini dia sudah lelah dengan pekerjaan rumah sakit, dia tidak ingin membebani pikirannya dengan rencana pernikahan yang kambang. Jika Ethan merasa tersinggung dan menolak, tidak masalah, Elenor pasti akan menemukan laki-laki yang satu visi misi dengannya.

"Hai, sayang." Mama mendongak sejenak dari iPad ditangannya saat melihat kedatangan Elenor. "Mama pikir malam ini kamu nggak pulang."

"Tumben Mama belum tidur? Ini udah hampir tengah malam."

"Mama lagi sibuk."

Saat Elenor hendak menghampiri Mama yang duduk di sofa, langkah kaki Elenor mendadak terhenti saat melihat ada dua cangkir teh yang masih sedikit tersisa di atas meja. Sekali lagi Elenor memperhatikan wajah Mama. Wanita itu tampak sangat sumringah malam ini.

"Papa pulang ya, Ma?"

Mama mendongak lalu menggelengkan kepala, "Papa kamu nggak akan pulang kalau nggak ada perlu sama kita, Elenor."

"Terus siapa yang bertamu dan bikin Mama senang begini?"

Wajah Mama yang semula muram kembali bersinar saat dia menyebut, "Calon menantu Mama yang ganteng itu."

LOVE OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang