Chapter 48

2K 186 17
                                    

Ethan sadar akan kesalahannya mengingkari janji yang sudah dia sepakati dengan Elenor sebelumnya. Dan, Ethan juga sadar bahwa tidak seharusnya dia pergi begitu saja tanpa memberi kabar terlebih dahulu kepada Elenor.

Sekarang bahkan kata maaf saja tidak cukup untuk membuat sikap Elenor kembali normal seperti kemarin-kemarin.

Dipagi hari Ethan bangun seorang diri, sisi di sebelahnya sudah kosong. Ethan memanggil nama Elenor beberapa kali, menyusuri setiap ruangan tapi tidak ada balasan.

Turun ke lantai bawah, dia menemukan makanan di atas meja yang ditutup oleh tudung saji. Tentunya Ethan tahu tipe perempuan seperti apa seorang Elenor Davis. Kendati sedang marah, Elenor tidak akan lalai dengan kewajibannya sebagai seorang istri.

Hal itulah yang membuat Ethan semakin merasa bersalah. Elenor kerap kali membuat dirinya merasa kecil dan tidak berguna.

Ethan
Udah sampai di rumah sakit?

Elenor
Udah

Balasan singkat, padat dan jelas itu membuat Ethan tersenyum kecil. Ada perasaan senang ketika dia tahu Elenor masih sudi membalas pesannya. Hanya membaca lima huruf itu, dadanya sudah berdebar. Mengapa efek dari Elenor selalu sebesar ini?

Ethan
Sarapan di atas meja buat aku?

Elenor
Ya. Buat siapa lagi.

Ethan
Kamu udah sarapan?

Elenor
Belum tapi udah bekal

Ethan
Boleh minta pap?

Pesan terakhir itu hanya dibaca. Ethan sudah menunggu balasan dalam beberapa menit namun tidak ada notifikasi apapun. Mungkin dia sudah membuat Elenor tidak nyaman dengan sikapnya yang sok tidak bersalah.

Ethan
Semangat kerjanya, Bu Dokter
Makasih udah nyempetin waktu buat masakin aku, masakan kamu selalu enak

Pesan terkirim namun belum dibaca oleh Elenor. Ethan menerka-nerka jika dia tidak akan mendapatkan balasan lagi setelah ini. Tidak marah saja Elenor dingin, apalagi jika sedang marah.

Ethan melahap roti isi buatan Elenor yang rasanya tidak pernah mengecewakan sambil memikirkan bagaimana cara agar sikap Elenor kembali melunak.

Ditengah-tengah mengunyah makanan, ponsel Ethan di atas meja berbunyi. Dia sudah sangat antusias mengira bahwa Elenor lah yang meneleponnya namun ternyata nama Andrew yang tertera disana. Sialan. Mau buat masalah apa lagi dia pagi-pagi?

"Selamat pagi, adikku tersayang." Sapa Andrew yang membuat Ethan mendengus pelan. Kalau sudah begini jangan harap ada pertanda baik. "Gimana semalem? Lo udah berhasil nidurin istri gue setelah gue pergi dari rumah?"

"Jangan sembarangan ngomong lo, bangsat!"

"Santai dong. Gue nanyanya nggak pakai emosi."

"Lo mau apa nelepon gue pagi-pagi? Belum puas bikin mukak gue bonyok semalem?!"

Andrew tertawa pelan, "Gue butuh duit. Lo megang kendali penuh atas keuangan perusahaan Ayah. Gue nggak bisa berbuat apa-apa. Jadi tolong balikin akses itu ke gue."

"Enggak akan." Sentak Ethan, pagi-pagi Andrew sudah menguji kesabarannya. "Lo udah bawa lari uang perusahaan dalam jumlah besar sampai buat Ayah stress. Dan, gue juga tahu lo lagi nyoba bermain sama Kakek mertua gue. Lo udah dapet duit berapa hasil nipu Reymond Davis? Semua itu masih kurang?"

LOVE OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang