Ethan terusik, tiba-tiba terbangun pada pukul lima. Kompresan handuk di atas dahinya terjatuh ketika dia hendak bangkit mencari Elenor yang tidak ada di sebelahnya. Kala dia menoleh ke samping, tepat di tepi tempat tidur, Ethan menemukan kepala Elenor sedang bersandar disana—tertidur dengan lelap dalam posisi yang tidak bisa dibilang nyaman.
Ethan sama sekali tidak menyangka bahwa Elenor akan mengorbankan waktu tidurnya demi merawat Ethan. Kepala Ethan tidak lagi sakit, suhu tubuhnya juga sudah menurun. Semua berkat Sang Istri.
Turun dari tempat tidur, Ethan berniat untuk memindahkan Elenor menuju tempat tidur. Ethan menyelipkan tangan di antara paha dan punggung Elenor sehingga perempuan itu mengerang karena tidurnya diusik.
"Aku gendong kamu ke tempat tidur ya? Disini nggak nyaman, badan kamu bisa sakit." Ucap Ethan sembari membopong tubuh Elenor.
"Ini jam berapa?" Tanya Elenor dengan kedua mata yang masih terpejam.
"Jam lima. Masih pagi, kamu lanjut tidur aja."
"Kalau aku lanjut tidur, siapa yang nyiapin sarapan?"
Ethan merebahkan kepala Elenor di atas bantal dengan hati-hati. Dia mengamati Elenor yang tampak seperti orang mengigau, itu tampak sangat lucu. "Enggak usah dipikirin. Aku bisa beli makan di luar buat kita."
"Tapi kamu lagi sakit."
"Aku udah sembuh kok, kan dirawat kamu."
"Hari ini jangan pergi kerja dulu."
"Kenapa?"
"Istirahat di rumah aja."
"Aku bosan kalau di rumah aja, apalagi kalau sendirian. Kamu sibuk."
"Kamu dikasik tau masih aja ngeyel ya!"
"Jangan-jangan kamu khawatir kalau aku jatuh sakit lagi ya?" Ethan menahan senyum sambil menggerakan ibu jarinya untuk menghusap pipi Elenor.
"Kalau kamu sakit yang repot itu aku, Than."
"Tapi kamu khawatir kan?"
"Khawatir...sedikit."
Aneh, dia menyukai interaksinya pagi ini, bersama Elenor yang masih dalam kedaan terpejam bahkan mungkin setengah sadar. Namun dia senang, Elenor jadi banyak bicara dan bawel. Karena ketika Elenor dalam keadaan sadar rasanya sangat sulit untuk menebak apa isi kepala perempuan itu.
"Semalam tubuh kamu tiba-tiba gemeteran. Kayaknya kamu mimpi buruk lagi ya? Aku berusaha bangunin kamu tapi kamu nggak bangun-bangun juga. Pas aku pegang dahi kamu, kamu panas banget. Goreng telur di dahi kamu kayaknya matang deh. Ngantuk aku semalam jadi hilang gara-gara ngompres kamu. Sebenarnya kamu mimpi apa? Apa emang seburuk itu? Kenapa Naomi tau tapi aku enggak tau, Than? Kamu masih belum mempercayai aku buat tau segala hal tentang kamu ya?"
Gerakan ibu jari Ethan terhenti di dagu Elenor saat pertanyaan itu terucap begitu jelas. Ethan menelan salivanya susah payah. Mimpi buruk itu nyatanya datang lagi, bahkan kini tak hanya mengganggunya, tetapi mengganggu kenyamanan Elenor juga. Mimpi sialan!
***
"Aku udah prepare pulang. Kamu jadi jemput 'kan?" Tanya Elenor kepada Ethan melalui telepon. Beberapa kali terdengar suara klakson yang menandakan bahwa pria itu sudah berada di jalan.
"Jalanan macet banget, Ele. Kamu mau menunggu aku sebentar 'kan?"
"Aku bakal tunggu kamu sampai kamu datang. Tenang aja."
"Jangan pulang bareng yang lain, sama aku aja." Nada bicara Ethan terdengar seperti merajuk dan itu mengundang senyum Elenor. Sialan. Mengapa dia suka dengan sikap Ethan yang seperti ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE OF MY LIFE
Roman d'amourSemua bermula dari Elenor, Si Dokter cantik yang tidak pernah percaya akan adanya cinta sejati di dalam hidup. Penyebabnya adalah keluarga. Dia lelah melihat Papa yang selalu merasa insecure dengan apa yang Mama miliki. Dia juga lelah melihat Mama m...