Selama berada di dalam perjalanan menuju villa milik Ethan yang berada cukup jauh dari pusat kota, rintik hujan terus menemani mereka. Elenor kedinginan di tempat duduknya dan beberapa kali menghusap telapak tangannya sendiri. Tapi dia tidak peduli, yang dia pikirkan justru bagaimana cara agar dia mendapatkan kesan baik saat bertemu Ibu Ethan nanti.
"Penghangatnya udah aku nyalakan. Tapi sepertinya kamu masih kedinginan ya?" Ethan dengan sengaja membuat kedua tangan mereka bersinggungan. "Aku nyimpan sweater di jok belakang. Kamu bisa pakai supaya nggak kedinginan."
"Ethan," Elenor menyentuh lengan Ethan untuk menghentikan pergerakannya yang hendak mengambil sweater. "Coba jelaskan sedikit tentang Ibu kamu."
"Ibuku bernama Aruna Arshakala. Dulunya dia adalah seorang guru taman kanak-kanak, tapi terpaksa berhenti karena Ayahku sering kali pindah-pindah tempat tugas saat masih menjadi pengacara. Ibuku itu istri yang sangat penurut. Ya, gitu lah jadinya, kemana pun Ayah pergi, Ibu selalu ikut. Ibuku tidak galak, tapi tegas. Disisi lain dia juga sosok penyayang hanya saja tertutupi oleh raut wajahnya yang minim ekspresi."
Penjelasan yang Ethan berikan cukup detail. Elenor menganggukan kepala seakan-akan dia sudah memiliki rekaman pertemuan yang akan terjadi sebentar lagi.
"Kamu gugup bertemu Ibuku?"
"Gugup? Ya, enggak lah." Elenor mengibaskan rambutnya dengan gaya angkuh. "Aku bisa pastikan Ibumu akan menyukaiku."
Setengah jam kemudian, akhirnya mereka tiba di daerah puncak. Villa milik Ethan sudah terlihat dengan sebuah mobil yang terparkir di depannya. Suasana berkabut, ditambah lagi dengan hujan gerimis. Elenor menghusap-husap lengannya sendiri sebelum membuka pintu. Tapi ternyata Ethan sudah melakukannya lebih dulu sambil membukakan sebuah payung untuk Elenor.
"Itu Ibuku," Ethan menunjuk lahan perkebunan yang berada di dalam sebuah rumah kaca. Sehingga pantulan seorang wanita yang berdiri di dalamnya terlihat jelas. "Sepertinya Ibu sedang memetik stoberi."
"Oke. Aku akan kesana."
"Aku temani."
"Enggak perlu. Nanti kesannya aku manja banget di mata Ibu kamu."
"Kamu yakin?" Elenor mengangguk dengan mantap sehingga Ethan tidak bisa berkata apa-apa. "Ya udah kalau itu mau kamu. Tapi hati-hati, tanah disana sedikit licin kalau lagi hujan-hujan begini."
Elenor melanjutkan langkah kakinya menuju perkebunan. Sesampainya pada bangunan itu, Elenor pun menutup payungnya. Di kejauhan sana, Elenor masih bisa melihat Ethan menunggunya. Elenor mengibas-ngibaskan tangan seolah meminta Ethan untuk masuk ke dalam villa saja.
"Permisi." Sapa Elenor.
Wanita yang tengah memetik stoberi itu tidak memberi jawaban. Oh, sepertinya Elenor kurang keras.
"Halo, permisi." Elenor bersuara lebih lantang lagi. Wanita itu menoleh ke belakang, sedikit terkejut. "Dengan Tante Aruna ya?"
"Ya, saya sendiri." Tante Aruna memperhatikan Elenor naik turun. Elenor berharap dia tidak salah pakaian. Ini hanya sebuah dress selutut dengan potongan leher sabrina. Sepertinya itu bukan masalah besar. "Kamu teman dekat Ethan?"
"Perkenalkan nama saya Elenor." Tangan Elenor yang terulur kemudian dijabat dengan cepat oleh Tante Aruna usai meletakan keranjang stoberinya.
"Nama yang bagus. Boleh saya tau nama panjangmu?"
"Elenor Abigail Davis."
"Davis?" Tante Aruna tampak terkejut. "Apakah kamu memiliki hubungan dengan konglomerat Reymond Davis atau ini cuma kebutulan saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE OF MY LIFE
RomanceSemua bermula dari Elenor, Si Dokter cantik yang tidak pernah percaya akan adanya cinta sejati di dalam hidup. Penyebabnya adalah keluarga. Dia lelah melihat Papa yang selalu merasa insecure dengan apa yang Mama miliki. Dia juga lelah melihat Mama m...