Ethan tiba di dalam ruangannya dengan wajah lelah. Dia baru saja mengatasi persidangan salah satu kliennya yang memakan waktu cukup panjang. Proses yang berlangsung cukup rumit namun hasilnya tidak begitu mengecewakan.
Benda pertama yang Ethan raih adalah ponselnya di dalam jas yang dia sadari beberapa kali bergetar saat persidangan berlangsung.
Satu panggilan tidak terjawab dari Ibu.
Tiga panggilan tidak terjawab dari Elenor.
"Halo, Than." Sapa Elenor dari seberang telepon. Ethan bahkan tidak menyangka bahwa Elenor akan mengangkat panggilan Ethan secepat itu.
"Tadi pas kamu nelpon, aku masih ada di persidangan. Maaf ya lambat respon. Jadi ada apa kamu nelpon sampai tiga kali? Biasanya sekali nggak aku angkat aja kamu langsung nyerah."
"Penting, maka dari itu aku telponin kamu terus. Aku ganggu kerjaan kamu ya? Sorry."
"Aku pikir kamu nelponin aku karena kamu kangen."
"Dih, ge-er kamu!"
Ethan terkekeh sambil membayangkan wajah kesal Elenor yang lucu, "Jadi kepentingan apa sih yang buat Istri aku mau nelponin aku sebanyak tiga kali?"
"Kamu nggak usah lebay."
"Ya, ya, nggak lebay. Ada apa, sayang?"
"Ck. Ethan!"
Suara tawa Ethan sudah tidak bisa ditahan lagi. Mungkin menggoda Elenor akan menjadi hobi barunya mulai saat ini. "Oke, oke, aku serius nanya, ada apa kamu meneleponku?"
"Tadi Ibu nelepon aku. Katanya Ibu udah coba hubungi kamu tapi kamu nggak angkat teleponnya."
"Ya, ada satu panggilan tidak terjawab dari Ibu. Ada perlu apa Ibu nelepon kamu?"
"Ibu minta kita datang ke rumah nanti malam. Aku tanya ada apa, tapi Ibu cuma bilang ada sesuatu yang harus dibicarakan secara langsung kepada kita, enggak bisa melalui telepon. Aku penasaran deh, ada apa ya kira-kira?"
Ethan menghusap dagunya sendiri. Dia tidak bisa menerka-nerka apa yang sedang terjadi ketika pikirannya sedang lelah. "Aku juga kurang tau, tapi yang pasti kita harus datang. Kamu pulang jam berapa hari ini?"
"Aku bisa pulang cepat kok. Jadwal operasiku dimajukan. Kita bakalan datang sekitar jam setengah 7 mungkin?"
"Oke. Aku jemput kamu ya? Nanti mobil kamu biar dibawa sama orang suruhan aku aja. Enggak enak dilihat kalau kita datang terpisah."
Selepas percakapan pada siang hari itu, Elenor dan Ethan menyelesaikan pekerjaan masing-masing tanpa saling bertukar kabar lagi. Hingga waktu menunjukan pukul enam lebih lima belas menit, Ethan langsung menyudahi seluruh pekerjaannya untuk menjemput Elenor di rumah sakit.
Ethan tidak memerlukan waktu lama untuk tiba disana. Dia pun menunggu kedatangan Elenor dengan sabar di dalam mobil. Akan tetapi kerutan di keningnya nampak jelas beberapa menit kemudian—ketika Elenor lagi-lagi harus berdampingan dengan Cristian.
Keduanya tampak kembali akrab, entah ini kabar baik atau justru kabar buruk. Tangan Ethan mencengkram kuat stir mobil, menahan keras dirinya untuk tidak turun dari mobil dan mempermalukan dirinya sendiri.
Tampaknya Elenor mulai menyadari keberadaan mobil Ethan sehingga dia langsung melambaikan tangan ke arah Cristian lalu melangkah menuju mobil. Ethan menghela napas berulang kali. Dia tidak boleh menunjukan sikap aneh di depan Elenor. Anggap saja dia tidak pernah melihat pemandangan tadi.
"Hai, kamu udah lama sampai? Kok nggak nelepon sih kalau udah sampai?" Tanya Elenor ketika memasuki mobil dan meletakan jas dokternya di jok belakang.
"Belum lama. Dan tadi pas aku sampai kayaknya kamu lagi sibuk ngobrol, enggak enak ganggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE OF MY LIFE
RomansaSemua bermula dari Elenor, Si Dokter cantik yang tidak pernah percaya akan adanya cinta sejati di dalam hidup. Penyebabnya adalah keluarga. Dia lelah melihat Papa yang selalu merasa insecure dengan apa yang Mama miliki. Dia juga lelah melihat Mama m...