Chapter 43

2.1K 169 20
                                    

"Kamu lihat wajah Papa kamu semalam? Merah padam menahan kesal. Dan rasa-rasanya dia ingin memukul wajah Kakek ketika Kakek bilang lebih suka hamster pemberian Ethan dibandingkan mobil mewah pemberiannya. Padahal Kakek tahu untuk mendapatkan mobil itu dia harus menjual sebagian sahamnya. Lalu dia berharap sahamnya akan kembali dua kali lipat karena memberikan hadiah mobil mahal itu untuk Kakek? Mimpi Papa kamu ketinggian, Elenor." Ucap Kakek, terkekeh lalu menghisap cerutunya.

"Dia memang pantas dipermalukan." Balas Elenor sambil menyesap teh buatan OB perusahaan Reymond Davis yang masih hangat. "Sampai sekarang aku masih berharap Papa dan Mama bercerai. Apa menurut Kakek aku jahat?"

"Kakek juga mengharapkan hal yang sama. Tapi mau bagimana lagi, susah menasehati Mama kamu yang otaknya sudah dicuci oleh Papa kamu itu. Putrinya sendiri saja tidak mau di dengar, apalagi Kakek."

Semalam Elenor sempat berpikir bahwa mungkin saja dia terlalu kejam menjadi seorang anak, tapi setelah mengingat kilas balik kehidupan rumah tangga Papa Mama yang sangat toxic dan merusak mental Elenor sejak dini, perceraian memang seharusnya menjadi jalan keluar terbaik.

"Well, kehidupan rumah tangga kamu dan Ethan bagaimana? Tidak seperti Mama Papa kamu 'kan? Selama ini Kakek cuma dengar dari satu sisi saja."

"Jadi Ethan sering curhat tentang aku?"

"Tidak sering tapi beberapa kali pernah. Jadi?"

"Rumah tangga kami baik. Dan, aku happy. Ethan dan Papa dua sosok yang sangat berbeda. Dan aku pikir, aku nggak akan bernasib sama seperti Mama."

"Ethan itu hatinya lembut. Justru yang Kakek lihat ego kamu jauh lebih besar dibandingkan suami kamu." Tebak Kakek dan sialnya Elenor langsung bungkam setelah mendengar kebenaran itu. "Ethan memang tidak seperti Papa kamu, tapi Kakek mewanti-wanti kamu yang jangan sampai seperti Papa kamu di dalam kehidupan rumah tangga kalian. Kamu mengerti maksud Kakek, Elenor?"

Elenor mengangguk. Dia sudah sering kali mendengar ceramah semacam ini dari orang-orang terdekatnya. Elenor yang kaku dan memiliki ego begitu besar. Darah Papa memang mengalir di tubuhnya

"Aku jadi ragu, yang cucu kandung Kakek itu sebenernya aku atau Ethan sih?" Tanya Elenor, terselip candaan di dalam kalimatnya sehingga Kakek ikut terkekeh.

"Kakek sayang dua-duanya. Dan omong-omong, kapan kamu dan Ethan berencana memberikan Kakek cicit? Kamu tenang saja, dia pasti kebagian harta warisan Kakek."

"Nanti dulu."

"Kenapa harus ditunda-tunda? Secara finansial, kalian sama sekali tidak ada masalah."

Tidak tahu saja Kakek apa yang tertulis pada perjanjian pra-nikah Ethan dan Elenor. Perempuan itu tersenyum kikuk, "Tunggu aku siap jadi seorang Ibu dulu, karena aku nggak mau jadi orang tua seperti Mama. Aku mau anakku bahagia, Kek."

"Itu pemikiran yang bagus. Kakek setuju. Tapi ingat, jangan terlalu lama. Rumah tangga tidak akan pernah terasa lengkap tanpa adanya buah hati."

Kalimat itu juga sering kali dia dengar dari banyak orang. Tapi kembali lagi ke pengalaman pribadi, Papa bahkan pernah berkata bahwa dia menyesal telah membuat Elenor terlahir ke dunia. Kalimat hidup rumah tangga tanpa adanya seorang anak tidak akan pernah terasa lengkap bak sebuah omong kosong belaka.

Pintu ruangan diketuk dari luar. Salah seorang karyawan kakek masuk ke dalam sembari membungkukan sejenak badannya.

"Permisi, Pak Reymond. Saya ingin menginformasikan bahwa tamu anda sudah datang."

"Tamu yang mana?"

"Beliau berkata sudah membuat janji dengan anda semalam"

"Oh dia datang rupanya," Gumam Reymond sambil mengangguk-agukan kepalanya. "Suruh dia menunggu sebentar, saya masih ingin mengobrol dengan cucu saya."

LOVE OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang