Chapter 25

2.4K 169 248
                                    

Elenor tidak menemukan keberadaan Ethan di dalam pelukannya. Padahal dia masih ingat betul apa yang terjadi semalam. Ketika Ethan mimpi buruk dan pada akhirnya tertidur di dalam dekapannya sehingga tangan Elenor menjadi pegal.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Panjang umur sekali, Elenor menemukan kehadiran Ethan yang datang dengan segelas susu putih di tangannya. Keadaan Ethan masih sama seperti semalam, shirtless. Dan itu membuat Elenor terbayang-bayang bagaimana semalam dia bisa baik-baik saja memeluk tubuh indah itu.

"Pagi." Ethan meletakan gelas susu itu di atas nakas kemudian memberi kecupan pada dahi Elenor. "Aku baru aja mau bangunin kamu, tapi kamu udah bangun duluan."

"Jam berapa kamu bangun?"

"Jam enam."

Elenor melirik jam dinding yang sudah menunjukan hampir pukul delapan, "Dan apa aja yang udah kamu lakukan selama hampir dua jam selain membuat susu?"

"Mandangin kamu tidur. Asik banget ternyata."

"What? Tingkah kamu makin hari makin aneh aja."

Ethan kembali masuk ke dalam selimut. Membuat Elenor hendak menggeser sedikit posisinya. Namun Ethan malah menahan pingganggnya hingga tak bisa bergerak menjauh. "Hari ini weekend, kamu nggak berencana untuk pergi bekerja 'kan?"

"Hari ini emang jadwalku libur, tapi, ya kalau tiba-tiba ada pasien urgent, aku tetap harus datang ke rumah sakit."

"Semoga hari ini enggak ada orang sakit. Aku berdoa agar semua orang sehat walafiat."

"Baik banget."

"Supaya aku bisa menghabiskan waktu lebih banyak sama kamu." Ethan mengecup sepanjang bahu Elenor hingga tubuh perempuan itu bergidik. Melihat Ethan yang seperti ini, Elenor menemukan kepribadian Ethan sudah berubah dari yang semalam—saat dia mengalami mimpi buruk.

"Kamu ingat apa yang terjadi semalam?" Tanya Elenor sembari menyentuh tangan Ethan yang memeluk pinggangnya. "Mimpi buruk apa yang buat kamu sampai harus gelisah seperti semalam?"

Perlahan-lahan Ethan menarik tubuhnya menjauh. Membuat genggaman Elenor terlepas. Elenor menemukan Ethan menatap langit-langit kamar dengan tatapan yang sulit diartikan. Mimpi buruk itu sepertinya benar-benar mengganggu Ethan dan Elenor menyesal sudah membuatnya mengingat hal itu lagi.

Elenor menopang kepalanya dengan satu tangan lalu satu tangannya lagi menyentuh wajah Ethan hingga kedua mata pria itu bertemu dengannya.

"Hai, kalau kamu nggak mau cerita, nggak apa-apa. Maaf kalau pertanyaanku lancang."

"Mimpi itu selalu hadir sejak usiaku sepuluh tahun. Sejak kejadian itu aku merasa ada masalah dengan psikisku."

Paham jika mungkin ada sebuah cerita buruk pada masa kecil Ethan yang tidak ingin dia ingat-ingat lagi, Elenor pun tidak ingin mendororong keinginannya untuk tahu. "Udah, kamu nggak perlu ingat-ingat itu lagi kalau itu memang menyakitkan buat kamu."

Ethan mengangguk sebelum menarik kembali tubuh Elenor ke dalam pelukannya, seperti apa yang dia lakukan semalam.

"Kamu punya rencana apa hari ini?"

"Enggak ada. Kamu?"

"Nanti sore rencananya aku mau menengok Mama. Aku juga mau mengambil beberapa barang penting yang masih tertinggal di kamar lamaku. Ya, selain itu aku juga mau mencaritahu bagaimana keadaan rumah setelah aku resmi menikah."

"Aku temani ya?"

"Kamu beneran nggak lagi sibuk?"

"Aku mumet hampir setiap hari mengurus kasus-kasus klienku. Lebih baik aku temani kamu. Jarang-jarang juga aku bisa menghabiskan waktu sama kamu. Kamu sendiri tau kalau aku ingin lebih mengenal Istriku." Ucap Ethan sembari mencium pipi Elenor dengan mesra.

LOVE OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang