Setelah jam praktik Elenor berakhir, Ethan menjemput Elenor sesuai dengan janjinya pagi tadi. Elenor meminta Ethan untuk menunggu sebentar di lobi karena masih ada sedikit urusan yang harus dia selesaikan. Sebenarnya Ethan tidak terlalu nyaman dengan aroma rumah sakit. Hal itu pula yang membuat Ethan bertanya-tanya bagaimana cara Elenor menyesuaikan diri dengan suasana seperti ini setiap harinya.
Ketika mendengar suara langkah sepatu yang kian mendekat, Ethan langsung bangkit karena dia sudah mengambil asumsi lebih dulu bahwa Elenor lah yang akan muncul dari balik koridor.
Senyum Ethan yang semula mengembang untuk menyambut kedatangan Elenor perlahan-lahan surut saat dia melihat sosok pria yang berjalan beriringan di sebelah sang istri.
"Hai, Ethan. Aku udah buat kamu nunggu lama ya?" Tanya Elenor ketika dia sampai di tempat Ethan berdiri dan pria yang dia ketahui bernama Cristian itu juga ikut menghentikan langkah kakinya.
"Aku baru sampai lima menit yang lalu."
"Maaf ya, tadi ada sedikit urgent soalnya."
"Enggak apa-apa." Kedua mata Ethan berpindah menuju pria di sebelah Elenor, padahal dia sudah setengah mati menahan diri untuk tidak terganggu dengan keberadaannya.
"Oh, ya, Ethan, ada yang mau kenalan sama kamu." Elenor menyenggol lengan Cristian. "Dia temanku namanya Cristian. Kamu pasti udah nggak asing sih karena aku udah cukup sering cerita. Dan, Cris, kenalin dia suamiku, namanya Ethan Arsakala, seorang pengacara. Dia keren 'kan?"
Cristian mengulurkan tangan kanannya terlebih dahulu kemudian Ethan menjabatnya dengan cepat.
"Halo, nama gue Cristian. Senang bisa kenal lo."
"Ethan." Sahutnya sembari melepaskan jabatan tangan. "Gue udah sering dengar cerita tentang lo dari Elenor. Dulu kalian teman kuliah juga 'kan?"
"Benar. Elenor teman seperjuangan gue sampai kita sama-sama bisa mendapatkan profesi Dokter. Oh, ya, gue mau mengucapkan selamat atas pernikahan kalian. Maaf gue cuma bisa datang sebentar waktu itu "
"Enggak masalah. Makasih. Doain pernikahan kami supaya langgeng."
"Pasti." Kedua mata Cristian langsung berpaling ke arah Elenor. Ethan memperhatikannya dalam diam dan tatapan itu terlalu dalam untuk seorang teman. "Elenor kelihatan lebih bahagia setelah menikah. Jarang-jarang gue ngeliat dia senyam-senyum kayak hari ini."
"Perasaan biasa aja. Kamu jangan lebay deh, Cris." Elenor memberengut. Entah mengapa Elenor tampak lebih ekspresif ketika berinteraksi dengan Cristian.
"Aku bicara fakta. Hari ini kamu kelihatan lebih happy dari biasanya. Tuh lihat sekarang! Muka kamu merah."
Elenor berkacak pinggang ke arah Cristian, "Cris, jangan ngerusak mood-ku ya!"
"Gampang. Tinggal beliin coklat aja nanti juga luluh kaya biasanya."
Ethan berdeham pelan. Dia hanya ingin keberadaannya dilihat. Mungkin dua orang di depannya lupa bahwa dia juga ikut terlibat dalam situasi itu. Menyadari hal itu, Elenor langsung mendekati Ethan sembari mengamit lengannya dengan mesra. Ethan terkejut, karena tidak biasanya Elenor senang melakukan kontak fisik di depan umum.
"Pulang yuk?"
"Ayo." Balas Ethan, lalu dia melempar senyum ke arah Cristian. "Cris, gue sama Elenor balik duluan ya!"
"Oke. Hati-hati."
Sepanjang melangkah menuju mobil yang terparkir di basement, tangan Elenor tidak lepas dari lengannya. Hanya saja perempuan itu jadi tidak banyak bicara seperti biasanya. Elenor yang sesungguhnya sudah kembali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE OF MY LIFE
RomanceSemua bermula dari Elenor, Si Dokter cantik yang tidak pernah percaya akan adanya cinta sejati di dalam hidup. Penyebabnya adalah keluarga. Dia lelah melihat Papa yang selalu merasa insecure dengan apa yang Mama miliki. Dia juga lelah melihat Mama m...