Hari pernikahan Andrew dan Naomi akhirnya tiba. Elenor sengaja mengambil cuti sehari, begitu pula dengan Ethan. Perayaan pesta pernikahan bisa dikatakan sederhana namun tetap hikmah. Pemberkatan dilakukan di Gereja lalu acara resepsi diadakan di taman belakang rumah keluarga Arskala yang terbilang cukup luas.
Elenor tidak begitu mengenali orang-orang yang datang, termasuk keluarga besar Ethan. Elenor tahu kehadirannya di tengah-tengah keluarga besar Ethan adalah sesuatu yang baru. Mungkin juga membuat mereka kikuk karena mengetahui latar belakang Elenor. Mereka tampak segan karena Elenor merupakan cucu seorang konglomerat negeri ini.
Berbeda dengannya, Naomi sepertinya hampir mengenali seluruh tamu yang datang. Elenor sempat berpikir jika mungkin saja Naomi yang bersikap sok akrab, tapi ketika melihat tamu-tamu yang datang begitu antusias menghampiri perempuan itu untuk mengucapkan selamat, Elenor paham bahwa ternyata sosok Naomi sudah diterima sangat baik di keluarga besar ini, mungkin sejak dia menjadi kekasih Ethan dulu.
Tapi Elenor tentu tidak akan menjadikan itu sebagai tolak ukur. Pikirannya tidak sedangkal itu. Dia tidak harus menjadi Naomi untuk bisa diterima dengan baik, dia akan tetap menjadi dirinya sendiri.
Elenor melangkah menghampiri Ethan usai datang dari toilet. Akan tetapi Elenor melihat posisinya semula sudah diisi oleh seseorang. Melangkah lebih dekat, Elenor mengenali wajah wanita itu. Ibu Naomi, wanita cantik—dengan rambut yang tergulung rapi—yang sedari tadi selalu mendampingi Naomi.
"Sebenarnya saya masih kepingin kamu yang menjadi menantu saya."
Sebenarnya Elenor sama sekali tidak berniat menguping, tapi kalimat yang samar-samar keluar dari bibir Ibu Naomi memicu rasa penasarannya. Apa maksudnya?
"Kami nggak berjodoh, Tante."
"Ya, kamu benar, sayang sekali. Saya juga nggak habis pikir kenapa Naomi bisa setega itu sama kamu. Selama ini kamu sudah banyak berbuat baik kepada Naomi, bahkan juga kepada saya." Ibu Naomi menepuk-nepuk pundak Ethan, "Mungkin orang baik seperti kamu memang harus berjodoh dengan orang baik juga. Maaf, saya nggak bisa datang di hari pernikahan kamu. Waktu itu saya punya jadwal cuci darah."
"Enggak apa-apa, Tante. Saya mohon doa aja."
"Saya akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu. Sekali pun kamu dan Naomi sudah putus tapi kamu akan selalu saya anggap seperti Putra saya sendiri, Ethan."
"Terima kasih, Tante."
Mungkin alangkah lebih baik jika Elenor memberikan Ethan ruang, menyadari sejak acara digelar mereka berdua selalu nempel. Maka Elenor pun memutar tubuh dan berniat mengambil minuman atau makanan ringan, tapi sial seribu sial, seorang anak kecil yang sedang berlarian sambil membawa segelas minuman menabraknya. Gelasnya tidak percah, hanya saja sirup berwarna merah itu tumpah mengotori gaun yang Elenor kenakan.
Anak laki-laki itu terkejut, secara perlahan bibirnya mengerut. Wajahnya merah menahan tangis. Apalagi saat sang ibu datang, mengomeli anak itu dengan menyebutnya anak nakal. Dia juga terus didesak untuk minta maaf. Hingga akhirnya tangisan anak itu pacah dan mengundang perhatian tamu undangan yang ada di sekitar.
"Hai, ganteng. Enggak apa-apa, saya nggak marah." Elenor berlutut di depan anak itu untuk menyetarakan tingginya. Dia menghusap air mata anak itu namun tangisannya justru semakin kencang. "Jangan nangis lagi dong."
"Mama bilang aku anak nakal."
"Kamu memang anak nakal, dari tadi Mama suruh kamu diam tapi kamu masih aja lari-larian. Duh, kamu bikin Mama malu aja. Cepat minta maaf ke Tantenya!"
"Nggak apa-apa, Bu. Namanya juga anak kecil."
"Tante maafin aku ya." Anak kecil dengan pipi tembam berwarna merah itu mulai sesegukan. "Lain kali aku nggak nakal lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE OF MY LIFE
RomansSemua bermula dari Elenor, Si Dokter cantik yang tidak pernah percaya akan adanya cinta sejati di dalam hidup. Penyebabnya adalah keluarga. Dia lelah melihat Papa yang selalu merasa insecure dengan apa yang Mama miliki. Dia juga lelah melihat Mama m...