Elenor mendorong troli belanjaannya dan menepi sejenak ketika dia berada di dekar rak sayur-sayuran. Hari ini Elenor bisa pulang lebih awal, dia berencana untuk memasak makan malam. Karena persediaan keperluan dapur sudah menipis maka Elenor memutuskan untuk membeli beberapa bahan makanan ke super market.
Beberapa saat lalu Ethan menelepon, dia berkata bahwa masih ada pekerjaan penting yang harus dia selesaikan hari ini juga. Mendengar hal itu, Elenor tentu tidak ingin mengganggu pekerjaan sang suami demi mengantarnya berbelanja ke super market. Dia sudah terbiasa mandiri dalam segala hal. Jadi dia tidak akan pernah menuntut Ethan untuk selalu ada.
Suara kasak kusuk dari arah penyekat rak sayuran dan cemilan membuat Elenor penasaran. Dia mendorong trolinya, mengangkat kepalanya dan menemukan pasangan yang sedang berdebat memilih cemilan mana yang harus dibeli.
Bahkan dari jarak yang tidak terlalu dekat, Elenor terlalu mengenali punggung pria yang dibalut jas berwarna coklat itu. Ya, Papanya sedang bersama wanita lain. Entah sudah wanita yang keberapa, Elenor bahkan tidak bisa menghitungnya dengan jari tangan.
Elenor menggerakan tangannya ke arah tumpukan cemilan, sengaja membut cemilan yang tersusun rapi itu berjatuhan ke lantai.
Dua kepala itu langsung menoleh ke belakang. Reno—Papa Elenor—tampak terkejut sedangkan wanita berambut merah di sebelahnya menatap Elenor aneh. Dia pasti tidak tahu siapa Elenor.
Reno berbisik di telinga wanita itu. Wajah wanita itu tampak cemberut namun dia tetap mendorong trolinya menuju kasir.
"Elenor,"
"Papa hebat banget, konsisten dalam memainkan perasaan wanita." Elenor bertepuk tangan dramatis. "Aku sih nggak peduli Papa mau pergi dengan wanita mana pun yang Papa mau asal Papa ceraikan Mamaku dulu."
"Dia cuma seorang karyawan baru."
"Karyawan baru yang bisa diajak tidur?" Tanya Elenor dengan nada mengejek. "Pa, aku udah bukan anak kecil yang bisa Papa bodoh-bodohin lagi. Aku udah menikah dan aku tau bagaimana kondisi rumah tangga yang hancur dan harmonis. Apa sih susahnya menceraikan Mama? Kalau kalian berpisah, Papa bebas ingin pergi dengan wanita mana pun tanpa harus membuat Mama dan aku tertekan melihatnya."
"Awalnya memang begitu, Papa sempat berpikir untuk melepaskan Mama setelah kamu menikah, karena kamu bukan tanggung jawab Papa lagi. Tapi kayaknya Papa berubah pikiran setelah tau kamu menikah dengan laki-laki yang kurang tepat."
"Apa maksud Papa?"
"Kalau Papa menceraikan Mama, suami kamu—Ethan, hidupnya bakalan enak karena mendapatkan perhatian penuh dari Reymond Davis, Kakek kamu. Anak ingusan itu sudah jadi saingan Papa sekarang. Kakek kamu selalu membanding-bandingkan dia dengan Papa. Kamu pikir Papa terima kalau anak itu suatu saat nanti akan mendapatkan bagian lebih banyak jika Papa menceriakan Mama? Enggak, sayang. Papa nggak mau membuat perjuangan Papa menjadi sia-sia."
Elenor mengiris. Sialan karena dia harus mendengar kalimat itu dari Papanya secara terang-terangan. "Kenapa sih otak Papa isinya cuma harta warisan aja? Kenapa Papa nggak punya hati sedikit pun?!"
"Papa nggak akan seperti ini kalau sejak awal keluarga Davis bisa menghargai Papa, Elenor. Kamu nggak bisa menyalahkan Papa sepenuhnya, selama ini Papa juga selalu tertekan karena ekspetasi mereka yang tinggi terhadap Papa."
"Lalu apa Papa pernah memikirkan perasaanku sebagai Putri Papa?"
"Papa memang jahat." Reno mendekat, menyentuh kedua pundak Elenor namun perempuan itu melangkah mundur. "Kehadiran anak dalam rumah tangga memang akan membuat suatu rumah tangga menjadi rumit. Ini memang salah Papa, seharusnya Papa tidak pernah menghadirkan kamu dan membuat hidupmu menderita karena kondisi keluarga yang buruk, Elenor."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE OF MY LIFE
RomantizmSemua bermula dari Elenor, Si Dokter cantik yang tidak pernah percaya akan adanya cinta sejati di dalam hidup. Penyebabnya adalah keluarga. Dia lelah melihat Papa yang selalu merasa insecure dengan apa yang Mama miliki. Dia juga lelah melihat Mama m...