Chapter 38

2K 155 12
                                    

Dua hari sudah berlalu sejak kejadian pagi hari itu. Ethan dan Elenor tidak saling berbicara. Mereka sengaja menyibukan diri masing-masing hanya demi mengikis waktu bertemu di rumah. Elenor akan mengambil jam tambahan agar ketika dia sampai di rumah, Ethan sudah tidur dan mereka tidak harus saling bertegur sapa. Namun fakta yang dia dapatkan Ethan justru datang lebih larut darinya.

Elenor bertanya-tanya, apakah dia yang sudah keterlaluan? Mengingat dia sudah menuduh Ethan tanpa berpikir apakah dia menyakiti perasaan laki-laki itu atau tidak.

Tapi jika Elenor pikir-pikir lagi, ia tidak salah sendirian. Jika Ethan memang tidak seperti apa yang Elenor tuduhkan, mengapa dia justru marah? Mengapa dia tidak mencoba menjelaskan saja bagaimana dirinya dan Naomi bisa duduk berdua di taman belakang?

Dan Ethan tidak memiliki inisiatif untuk memperbaiki hubungan mereka yang dingin sejak dua hari lalu, jadi untuk apa Elenor repot-repot memikirkan hal itu? Ethan bahkan cenderung tidak peduli.

Tanpa sadar Elenor sudah melamun saat acara pertemuan para dokter di sebuah ball room hotel untuk mempersiapkan pembangunan rumah sakit di daerah kota-kota kecil. Cristian yang duduk di sebelah Elenor pun menyenggol lengannya. Perempuan itu tersadar dan kembali fokus menatap layar di depannya.

"Are you okay?"

Elenor mengangguk. Memasang senyuman terbaiknya.

"Jangan melamun, fokus saja ke materi. Mereka bisa meminta pendapat dari siapapun termasuk kamu."

"Ya. Makasih udah ngingetin, Cris."

Selesainya pertemuan itu digelar, Elenor pun bersalaman dengan beberapa rekan sesama dokternya sebelum pamit undur diri. Dia melangkah menuju tempat mobilnya di parkirkan sambil merutuki dirinya sendiri. Kenapa dia harus uring-uringan begini?

"Elenor, tunggu." Suara itu terdengar dari arah belakang. Elenor menghentikan langkah kakinya dan menoleh. Cristian menghampiri. "Kamu langsung pulang?"

"Enggak. Aku balik ke rumah sakit lagi."

"Bukannya jam praktik kamu udah selesai?"

"Ya...tapi masih ada pasien yang harus aku urus. Kamu sendiri mau langsung pulang?"

Cristian mengangguk namun dia menaruh tatapan penuh kecurigaan kepada Elenor. "Aku perhatiin belakangan ini kamu jadi gila-gilaan kerja. Tadi salah satu perawat bilang ke aku kalau kamu kemarin diem di rumah sakit sampai tengah malam padahal jadwal praktik kamu bukannya pagi?"

"Namanya juga tanggung jawab, harus dilaksanakan dengan baik."

"Kamu kalau ada apa-apa jangan sungkan cerita ke aku. Bukannya dari dulu aku selalu jadi tempat curhat kamu?" Cristian menyentuh pundak Elenor, memutar agar menghadap ke arahnya. Elenor memalingkan mata beberapa kali, "Aku tau kamu lagi nggak baik-baik aja. Kalau kamu nggak mau cerita, enggak masalah. Tapi kamu harus jaga kesehatan diri kamu sendiri, bukan cuma pasien-pasien kamu. Ngerti?"

Elenor terkekeh. Cristian dan sejuta perhatiannya yang tidak pernah berubah sejak dulu. "Aku baik-baik aja kok, Cris. Jangan lebay gitu. Aku boleh balik sekarang nggak nih?"

Dengan cepat, Cristian langsung menarik kedua tangannya yang semula berada di atas bahu Elenor. "Boleh, boleh." Cristian tersenyum canggung. "Hati-hati di jalan. Ingat pesan aku tadi."

"Siap. Da-ah."

Elenor langsung masuk ke dalam mobilnya. Membunyikan klakson untuk berpamitan kepada Cristian. Lelaki itu melambai. Dan mendengar perhatian Cristian baru saja membuat Elenor merindukan perhatian dari Ethan. Kapan terakhir kali Ethan bersikap manis padanya?

LOVE OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang