Chapter 14

2.4K 173 171
                                        

Ethan meluangkan waktunya pada jam makan siang untuk mampir ke rumah makan cepat saji. Dia ingin membawakan Elenor makan siang. Semalam Ethan sudah membuat perempuan itu kerepotan. Dan makan siang yang dia bawa sebagai bentuk rasa terima kasih karena Elenor sudah mau mengantarnya dengan selamat sampai apartemen.

Entah mimpi atau halusinasi orang mabuk, Ethan merasa bahwa semalam dia tidur satu ranjang dengan Elenor. Tapi ketika dia terbangun di pagi harinya, Ethan tidak menemukan keberadaan siapapun. Apartemennya kosong seperti biasanya.

Tiba di rumah sakit, Ethan pun langsung naik menuju lantai ruang praktik Elenor. Ethan sudah mengirim beberapa pesan dan jug menelepon, hanya saja Elenor tidak membalas. Mungkin Elenor sedang menangani pasien sehingga tidak bisa diganggu.

Saat seorang perawat melintas di depannya, Ethan pun menanyakan prihal keberadaan Elenor. Perawat itu berkata bahwa Elenor tidak ada di dalam ruangannya karena ini adalah jam makan siang untuk para Dokter.

Tapi tak lama setelah itu, sang perawat menunjuk seseorang di balik tubuh Ethan. Refleks, Ethan pun memutar tubuhnya, melihat Elenor berjalan beriringan sembari mengobrol dengan rekan sesama Dokter yang dia ketahui bernama Cristian.

"Dokter Elenor dan Dokter Cristian sepertinya sudah selesai makan siang. Sebentar, akan saya panggilkan Dokter Ele."

Sang perawat menghampiri Elenor dan menunjuk ke posisinya. Kedua mata Elenor mendapati keberadaannya. Bukannya langsung menghampiri Ethan, Elenor malah melanjutkan perbincangannya sebelum pria bernama Cristian itu juga ikut-ikutan dipanggil oleh perawat lainnya.

Disaat itulah, Elenor langsung melangkah menghampiri Ethan.

"Kamu ngapain kesini?"

"Mau ketemu kamu."

"Kenapa nggak buat janji dulu?"

"Kamu nggak balas pesan dan juga nggak angkat teleponku."

Elenor mendorong pintu ruangannya hingga terbuka, "Kita ngobrol di dalam ruanganku aja. Nggak enak diliatin orang disini."

"Sebenarnya aku kesini untuk bawain kamu makan siang." Ethan meletakan bungkusan yang dia tenteng sedari tadi di atas meja Elenor. Sementara pintu ruangan Elenor sudah tertutup rapat. "Tapi sepertinya aku telat ya?"

"Perut aku udah kenyang banget sehabis makan di kantin. Kalau ditambah makanan dari kamu lagi, perutku bisa meledak."

"Kamu bisa makan nanti. Jangan ditolak. Ini sebagai ucapan terima kasih."

"Terima kasih buat apa?"

"Karena kamu mau mengurusku ketika mabuk kemarin. Aku nggak tau gimana nasibku kalau nekad berkendara sendirian. Makasih ya."

"Oke, aku terima perberian dari kamu."

"Dimana kamu tidur semalam? Aku cuma ingin memastikan karena semalam aku bermimpi kita tidur seranjang. Tapi saat aku bangun, aku nggak menemukan keberadaan kamu dimana pun."

Ekpresi Elenor berubah datar namun sepersekian detik kemudian perempuan itu terkekeh, "Semalam aku tidur di rumah. Aku langsung pulang setelah mengantar kamu ke kamar. Astaga, Ethan! Sebegitu pinginnya kamu nikah sama aku sampai kebawa mimpi kalau kita tidur seranjang? Dasar laki-laki menyedihkan."

"Ya?"

"Kamu laki-laki menyedihkan, Ethan." Elenor menghentikan kekehannya dan memperhatikan senyum Ethan perlahan hilang.

"Semua itu terlalu nyata untuk disebut mimpi." Ethan mengambil juntaian rambut Elenor kemudian menempelkannya pada hidung, menghirup dalam-dalam aromanya. "Wangi kamu sama. Aku masih hafal."

LOVE OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang