Chapter 46

2K 151 37
                                    

"Kamu kok udah bangun?"

Ethan membuka matanya, mengerjap-ngerjap pelan dan menyadari bahwa sang Istri sudah bangun lebih dahulu. Ada ponsel yang Elenor tempelkan pada telinganya.

"Kamu telponan sama siapa pagi-pagi?"

Kecurigaan Ethan bertambah kian besar ketika melihat raut wajah Elenor berubah panik. Buru-buru dia menurunkan ponselnya, meletakan ponsel tersebut di atas nakas dengan gerakan yang dibuat setenang mungkin.

Satu tangan Elenor bergerak menuju wajah Ethan, memberikan husapan lembut sampai dagunya. "Kamu baru bangun udah ganteng aja."

"Jangan mengalihkan pembicaraan." Balas Ethan sambil menangkap tangan Elenor. Gerakan itu pun berhenti. "Siapa yang kamu ajak bicara ditelepon?"

"Bukan siapa-siapa." Elenor mengecup pipi Ethan namun lelaki itu masih memasang tampang yang sama, seakan dia belum puas dengan jawaban Elenor baru saja. "Bukan selingkuhan aku. Kamu tenang aja, aku tipe perempuan setia kok. Jangan cemburu gitu dong nanti gantengnya hilang."

Ethan geleng-geleng kepala, "Sejak kapan kamu jadi seneng godain aku gini?"

"Enggak boleh emang godain suami sendiri?"

"Boleh lah." Tangan Ethan langsung menarik tubuh Elenor, membungkusnya seerat mungkin. "Aku seneng banget kita bisa kayak gini. Adem rasanya. Semoga besok besok istri aku tetep gemes gini, Ya Tuhan."

Pipi Elenor sudah dipastikan memerah sekarang maka dia buru-buru menyembunyikannya pada dada bidang Ethan. Sebenarnya suasana hati Elenor tidak dalam keadaan baik saat dia bangun tidur. Bahkan bisa dikatakan foto yang dikirimkan Tony nyaris membuatnya tidak bisa tidur.

Tapi kebersamaannya Ethan membuat dia seolah lupa sejenak. Astaga. Apa jatuh cinta memang membuat orang segila ini?

"Aku berangkat jam sembilan. So, aku harus siap-siap dulu sekarang." Ucap Elenor berusaha keluar dari kungkungan Ethan. Namun pelukan itu kian mengerat. "Than, aku harus mandi, menyiapin kamu pakaian, terus nyiapin sarapan buat kita."

"Masih setengah delapan." Bisik Ethan sambil mengendus-ngendus leher Elenor. "Aku bisa kerja cepet. Kamu mau?"

"Maksud kamu apa?"

"Jangan pura-pura nggak ngerti. Kamu aja masih pakai lingerie semalem. Sengaja?"

Elenor melirik ke bawah, pada sesuatu diantara kedua paha Ethan yang kian menonjol. "Adik kamu kepancing lagi cuma karena ngeliat aku pakai lingerie?"

"Menurut kamu?"

Wajah Elenor mendekat, dikecupnya bibir Ethan terlebih dahulu. Begitu lembut. Lidahnya membelit ke dalam mulut Ethan yang dibalas Ethan dengan lihai.

Elenor melenguh. Tidak sadar bahwa tangan Ethan menggeser tali lingerienya dan dengan mudah masuk ke dalam bagian intinya. Suara Elenor tertahan di tenggorokan karena Ethan tidak membiarkan ciuman itu berakhir.

Sentuhan yang Ethan berikan membuat Elenor kehabisan akal sehatnya. Kini dia seperti perempuan yang begitu mendamba belaian tapi dia seolah tidak peduli dengan itu. Dimana letak harga dirinya saat tangan Ethan kian memberinya ketikmatan? Sial.

"Kamu munafik banget." Ethan melepaskan pangutan bibir mereka lalu tersenyum miring. "Ini basah banget."

Entah dari mana datangnya kesadaran Elenor, perempuan itu dengan cepat menangkap pergelangan tangan Ethan. Menjauhkannya dari area terlarang yang bisa saja membuat Elenor lupa diri dan lupa waktu.

"Kita nggak akan punya sesuatu untuk dimakan pagi ini kalau kamu masih pingin lanjut."

"Aku enggak laper. Kalau laper pingin makan kamu, iya."

LOVE OF MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang