Tanpa membuat janji lebih dulu, Ethan dan Elenor malam hari itu kompak mengenakan pakaian berwarna hitam. Ethan mengenakan kemeja polos yang lengannya dilipat hingga siku. Lalu Elenor mengenakan gaun pendek tanpa lengan yang memaparkan bentuk bahunya yang indah.
Ethan bangkit dari duduknya saat melihat Elenor menuruni anak tangga. Rumah Elenor malam itu sepi. Hanya ada beberapa asisten rumah tangga sedangkan Mama Elenor sedang ada arisan di luar.
Elenor membawa sebuah paper bag dan sebuket mawar putih ditangannya. "Aku udah beres. Ayo berangkat."
"Kamu bawa apa?" Ethan menunjuk paper bag ditangan Elenor.
"Oh ini hadiah buat perayaan anniversary orang tua kamu. Aku nggak mungkin datang dengan tangan kosong 'kan? Tadi pas pulang dari rumah sakit aku mampir sebentar ke toko kue dan toko bunga. Menurut kamu gimana? Hadiah dari aku terlalu murah ya?"
"Mereka pasti menghargai apapun pemberian kamu. Aku cuma nggak nyangka aja kamu nyiapin ini tanpa bilang-bilang aku dulu. Makasih ya. Maaf jadi ngerepotin kamu."
"Enggak apa-apa. Keluarga kamu bakal jadi keluarga aku juga. Omong-omong, kok kita bisa kompakan gini bajunya?"
Ethan mengedikan bahunya lalu tersenyum miring, "Mungkin kita sehati?"
"Enggak usah pake acara ngerayu deh! Ayo buruan berangkat."
Mereka menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam akibat macet. Ibu sempat beberapa kali menelpon Ethan untuk menanyakan dimana keberadaannya. Saat tiba di rumah orang tuanya, Ethan menatap mobil yang terparkir di depannya. Mobil Andrew. Kakak laki-lakinya itu sudah ada di dalam.
"Kamu lagi ngelamunin apa?"
Ethan tersadar saat Elenor menyentuh pundaknya. Buru-buru dia menggelengkan kepala dan mematikan mesin mobilnya. Sebelum Elenor membuka pintu mobilnya sendiri, Ethan sudah melakukannya terlebih dahulu.
"Mukak kamu tegang banget." Elenor mengapit kedua rahang Ethan. "Gugup ya mau ketemu mantan terindah?"
"Apa sih kamu. Siapa juga yang gugup. Aku biasa aja."
Menyentuh tangan Elenor, Ethan pun mengamit jemari mereka sementara satu tangannya menenteng paper bag berisi kue.
"Elenor." Suara ramah Tante Aruna menyapanya saat baru menginjakan kaki di ruang tamu. Tante Aruna menghampirinya dengan langkah anggun lalu memberikan pelukan selamat datang. "Apa kabar?"
"Baik. Tante apa kabar?"
"Saya juga baik."
"Ini saya bawa bingkisan untuk Tante." Elenor menyerahkan buket mawar juga papar bag yang semula berada di tangan Ethan kepada Tante Aruna. "Diterima ya, Tante."
"Terima kasih. Sebenarnya kamu nggak harus repot-repot begini. Kamu mau datang kesini aja saya udah senang."
"Kenapa cuma Elenor aja yang disambut, Bu?" Ethan yang sedari tadi berdiri di sebelah Elenor akhirnya melayangkan protes. "Ibu nggak kangen aku?"
Tante Aruna mendekati Ethan lalu mengecup kedua pipinya, memperlakukannya seperti anak kecil. "Ibu kangen banget sama kamu, Ethan. Setiap hari Ibu selalu mengira kalau kamu masih tinggal di rumah ini. Kejadian itu membuat kamu jauh dari Ibu."
Setelah sesi melepas rindu selesai, Tante Aruna mengajak Ethan dan Elenor menuju meja makan. Pembicaraan dua pria beda usia di tengah-tengah meja makan langsung terhenti saat melihat kedatangan mereka.
"Ethan," Pria dengan rambut yang sudah sedikit memutih itu langsung bangkit dari tempat duduknya untuk memberi pelukan kepada Ethan. "Udah berapa lama Ayah nggak ngeliat anak bontot Ayah ini pulang ke rumah? Ayah kangen banget sama kamu, Nak!"

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE OF MY LIFE
RomanceSemua bermula dari Elenor, Si Dokter cantik yang tidak pernah percaya akan adanya cinta sejati di dalam hidup. Penyebabnya adalah keluarga. Dia lelah melihat Papa yang selalu merasa insecure dengan apa yang Mama miliki. Dia juga lelah melihat Mama m...