Acara reuni yang paling ditunggu banyak orang—terutama buat si gagal move on kayak Lara pun datang juga. Gadis itu tengah bingung memilih outfit terbaiknya sebelum menemui kenalan lama sekaligus berkumpul kembali bersama dua sahabatnya—padahal mereka kemarin sudah ketemu di rumah Roro.
Gadis itu tersenyum terakhir kalinya di depan cermin sebelum keluar dari kamar dan bertemu Kakak Iparnya yang sepertinya baru datang untuk menjemput istri dan anaknya di rumah Lara.
"Mau ke mana, Ra?" pria itu bertanya dengan kernyitan dahi aneh. Tidak wajar rasanya menemukan si Adik ipar yang hobi di kamar dan keluar kalau disuruh jaga warung di depan itu, tampak rapi di Minggu siang.
Lara tersenyum kecil. "Reuni, Bang, sama temen SMA!"
"Asik dong? Bawa pacar, gak?" Abang iparnya itu meledek.
Membuat Lara tampak jengkel sebelum mendengkus. "Bawa, nih!" dia malah menunjukkan photocard idol yang selalu ada di dalam tasnya. Membuat tawa renyah terdengar dari pria itu sebelum Lara meninggalkannya cepat-cepat karena Kakak serta keponakannya sudah keluar waktu mendengar suara Abang Iparnya.
Alias, sepertinya rencana mengagetkan istri serta anaknya itu gagal total.
Lara menyapa Ayah di warung sambil berpamitan dan minta uang. Kemudian bertemu Ibunya untuk pamitan juga.
"Hati, hati. Pulangnya jangan malem-malem loh, Ra. Siapa yang jaga minimarket pas malem nanti kalo kamu pergi?" ucap Ibu dengan permintaan yang selalu ditujukan untuk Lara setiap hari libur.
Lara cemberut. "Bu, aku jarang loh ketemu temen SMA. Pulangnya malem, ya?"
Ayah yang mendengar itu pun menimpali anak bungsunya. "Au nih, si Ibu. Udah kayak gak pernah muda aja," laki-laki itu melirik si bungsu. "Asal jam 10 harus udah di rumah, ya, Ra."
"Siap, Ayah!"
Gadis itu langsung berjalan dengan santai melintasi jalan perkomplekannya. Menyapa beberapa bocah kecil pembeli langganan minimarket milik keluarganya. Apalagi kalau ice cream kesukaan mereka sudah ready stock. Langsung deh ramai-ramai mengantre es krim cokelat milik Aice.
"Mau ke mana, Ra?" tanya seorang perempuan yang cukup akrab baginya. Karena perempuan paro baya itu adalah Ibunya Farhan, sahabat terdekat Ibunya di sini.
Lara menjawab dengan senyum tipis. "Reunian, Mama Farhan. Duluan, ya."
"Oh gitu. Iya, Ra. Hati, hati!"
Gadis itu membalas dengan anggukan ringan sebelum bertemu dengan angkot yang akan membawanya ke stasiun kereta. Sudah lama rasanya dia tidak naik kereta menuju stasiun itu, stasiun yang selalu menjadi kenangan terbaiknya semasa SMA. Sebelum stasiun mulai asing saat dirinya berpacaran dengan Yugi—walau perasaan asing itu cuman bertahan selama 1 minggu saja.
***
Sampai di gedung tempat berlangsungnya reuni, Yugi langsung bertemu Brian yang menjaga meja tamu bareng Renata. Untuk yang belum tau aja, Brian itu salah satu anggota aktif alumni angkatannya. Makanya tidak heran kalau pria itu, meskipun sudah menjadi bagian dari staff manager di perusahaan keluarga, pun tetap dapat mengatur waktu buat rapat panitia reunian angkatan 17 SMA Bela Negara sambil tidak lupa menyiapkan materi buat rapat perusahaan.
Mau di sekolah, kuliah, kerja sekalipun Brian dan aktivitas penuhnya itu sama sekali tidak diragukan lagi.
"Woi, bos!" Yugi menyapa sambil melakukan tos persahabatan ala cowok. Kemudian tersenyum pada Renata. "Cantik bener, Ren. Pacar mana pacar?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Larahati di Jakarta
ChickLitPart of Brothership Universe. Lara dikenal sebagai cewek jomlo selama 22 tahun karena gadis itu punya prinsip bahwa hidup sendirian itu lebih menyenangkan daripada hidup berdua bersama lawan jenis. Meskipun Mama sudah memperingati Lara untuk segera...