2.3 Satu dua potongan dicari

5 1 0
                                    

Setelah dewasa apa sih yang paling banyak dicari orang kebanyakan? Lara berpikir bahwa dewasanya dia berarti saat itu, dirinya sudah memiliki karir yang melejit, uang yang banyak, buku yang tersebar di setiap toko buku, kehidupan bahagia sebagai wanita karir. Sesuatu yang tampaknya terlalu penuh hayalan sampai akhirnya Lara menyadari sesuatu, bahwa dewasa bukan hanya tentang itu.

Dia menemukan banyak sekali pertanyaan dari setiap orang yang dia temui, mendapatkan banyak sekali pengetahuan, juga perdebatan panjang yang ujung-ujungnya menjadi dewasa itu adalah sebuah hal yang berat. Sangat berat, tapi kenapa dulu dirinya ingin sekali cepat dewasa?

"Beneran aneh," gadis itu berujar ringan di tengah pekerjaannya yang belum usai. Dia mengela napas berat sambil melirik ke setiap sudut ruangan sebelum matanya menangkap sosok Jaka yang baru kembali ke tempatnya. Mungkin habis dari toilet?

"Sst, kerjaa!" bisik Rahayu, mengintrupsi Lara dan matanya yang langsung mengerjap cepat. Dia lebih kepada syok alih-alih jengkel setengah mati.

Dewasa itu dipenuhi pekerjaan yang dulu dia idamkan sampai terbawa tidur. Namun kenapa setiap bekerja, dia selalu memimpikan hari panjangnya di kamar sambil menghabiskan serial drama Korea?

Gadis itu mengela napas lagi. "Kenapa, ya?"

Kini, teman kerjanya itu menghentikan aktivitasnya sebentar sebelum membalas pertanyaan retorik Lara yang tidak ada artinya. "Apanya, Ra??"

Lara melirik Rahayu dengan malas. "Kenapa kita harus kerja? Kok, gak bisa ya, uang jatuh gitu aja di depan kita. Atau ... duit dipetik langsung dari pohon?"

"Lo kebanyakan nonton kartun, deh."

"Tapi kartun emang tontonan yang pas buat pekerja, tau," Lara kembali dengan pendapatnya yang paling dirasa benar. "Serius, deh, Yu. Coba pikir, setiap ada kartun tentang jin pengabul keinginan, kita juga pasti bakal berpikir bahwa hidup akan lebih mudah kalau punya teko ajaib, kan?"

Rahayu terkekeh. "Iya, sih. Rasanya hal kayak gitu bikin kita berandai, andai, sambil akhirnya kerja terabaikan!" dia menatap Lara dengan serius. "Nah, sekarang, balik kerja lagi!" ucapnya dengan penuh penekanan.

Lara jadi malas sendiri sebelum kembali bekerja. Dia hanya sedang banyak pikiran, sambil menginginkan hal yang pada akhirnya tidak masuk akal. Semuanya memang tidak masuk akal, bukan? Menjadi dewasa tidak ada yang mengatakan bahwa itu sangat berat dan melelahkan.

Mungkin ada yang mengatakannya, tapi tidak ada yang menyuruhnya buat berhenti memimpikan kedewasaan yang masih jauh waktu sekolah dulu. Mereka bahkan senang mendengarkan cerita mengenai cita-cita setiap muridnya tanpa memberitahukan kesulitan atau bahkan hal apa yang akan terjadi waktu hal itu tercapai. Ada banyak kekurangan dibalik sebuah kelebihan.

Itu artinya dewasa itu lebih banyak kekurangan daripada kelebihan. Punya uang banyak, sebagian diberikan kepada orangtua. Menemukan pekerjaan bagus, besoknya disuruh mencari pacar lalu menikah. Setelah menikah langsung disuruh mendapatkan anak. Menjadi dewasa itu tidak ada habisnya tujuan.

Selesai satu, pasti ditambah lagi. Terus begitu, hingga akhirnya kelelahan sebelum meninggalkan banyak hal.

"Haah," helaan napas Lara menyita atensi Jaka yang sedang mengaduk sayur asemnya sebagai menu makan siang mereka hari ini. Tidak lupa tumis teri pedas dan beberapa potong perkedel. Sebuah perpaduan yang nikmat di tengah pekerjaan padat mereka.

Jaka menggeleng tidak mengerti. "Itu kepala diajak mikir mulu, nanti meledak, Ra," ungkapnya dengan ledekan.

Lara melotot. "Enak aja!"

Larahati di JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang