Mungkin sudah 4 tahun lama-nya motor X-Max hitam miliknya berhenti di depan minimarket milik keluarga Lara. Saat itu minimarket ramai dipenuhi anak-anak yang sedang minta dipotongkan es kiko masing-masing, tidak pula beberapa pelanggan baik ibu-ibu dan bapak-bapak yang tengah memilih belanjaan mereka di rak minimarket.
Cowok itu turun dan melepas helm-nya, tepat bertatapan dengan seorang pria dewasa sekitaran umur mendekati 30 sambil menggendong seorang gadis kecil umur 3 tahun.
"Cari siapa, Mas? Atau mau beli? Minimarket-nya lagi ramai, nih," ucap pria itu sambil mendatangi Yugi dan menurunkan gadis kecil yang tadi masih dia gendong di bahu tegapnya.
Yugi tersenyum canggung. "Saya temennya Lara, Mas. Lara-nya ada gak ya?"
Pria yang tadinya masih berdiri dengan bingung, langsung tampak antusias sambil berteriak dengan suara baritonnya. "Yangg! Panggilin Lara, cepet! Ini cowoknya udah dateng!"
Mendapati perlakuan yang tidak biasa, bahkan mendengar seseorang menyebutnya 'cowok' Lara setelah 4 tahun berakhir hubungin mereka, membuat cowok itu kembali dikelilingi kecemasan.
Bukan Lara yang mendekati-nya, melainkan seorang pria paro baya dengan kulit wajah yang makin menurun serta bola mata kecil-nya semakin sayu. "Yugi? Mau apa kamu?"
"Assalamualaikum, Om—"
"Iya, waalaikumsalam. Kamu mau apa ke sini? Emang udah janji—"
"Ayah!" suara perempuan yang sangat dikenalinya memotong kalimat pria dengan wajah yang semakin keruh waktu mendapati sosok cowok ini. Sosok Yugi, siapa yang tidak akan kesal?
Yugi berpikir bahwa dia memang pantas untuk dibenci. Saat ini, setidaknya dia berpikir demikian.
"Aku mau berangkat—"
"Kamu balikan sama dia lagi, Ra?! Ibu kamu kemarin bilangnya, kamu lagi pedekate sama si Farhan," Ayah Lara terlihat menggerutu namun tangannya masih mau menerima salam gadis yang kini mengikat rambut-nya menjadi satu.
Gadis itu terkekeh. "Kagak, Yah. Ini cuman pertemuan sama temen, temen, kok. Serius!"
"Bener, ya? Awas kamu!" pria itu langsung berbalik dan mengabaikan Yugi yang ingin sekali pamitan sebelum pergi membawa anak gadis berharganya.
Cowok itu mengela napas pelan, lalu melirik Lara yang tampak melakukan hal sama dengannya. "Berangkat sekarang?"
Gadis itu menoleh. "Ayo, keburu makin siang," dia berjalan cepat dengan helm sendiri, meskipun sebenarnya Yugi sudah menyiapkan amunisi dengan helm lainnya di bagasi jok motor. "Kenapa?" Lara bertanya saat melihat Yugi yang tidak jadi membuka bagasi motornya sendiri.
Yugi menoleh. "Nggak. Jalan, yuk."
"Mau ke mana lo? Emang punya pacar—oooh," sesosok cowok dengan pakaian rumahan serba abu-abu itu terlihat menyapa Lara sebelum memberikan kerlingan jahil.
Lara tampak melotot sambil menjawab. "Bukan, sialan. Ini temen gue, Han!"
"Iya, iya. Temen, Ra."
"Ish, serius!!"
"Fine, oke? Temen, kan?" lelaki yang disebut Han itu kembali meledek sebelum berlari kecil untuk masuk ke area minimarket.
Meskipun dirinya asik mengaitkan tali helm-nya, matanya tidak lepas nmemperhatikan lebih detail cowok yang diperkirakan bernama Farhan itu. Cowok yang kemungkinan menjadi kandidat terkuatnya dalam mendekati Lara kembali.
Beserta ingatan yang kembali menghantuinya.
***
Sore itu Yugi selesai melakukan latihan terakhir-nya sebagai anggota teater, sambil menyerahkan tugas ketua pada Caca, salah satu siswa kelas 11 Bahasa. Cowok itu berjalan dengan ringan mendekati ruang OSIS/MPK karena seingatnya Lara masih memiliki tanggung jawab mengawasi kinerja kerja para anggota OSIS dan MPK baru setelah pelantikan 1 bulan lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Larahati di Jakarta
ChickLitPart of Brothership Universe. Lara dikenal sebagai cewek jomlo selama 22 tahun karena gadis itu punya prinsip bahwa hidup sendirian itu lebih menyenangkan daripada hidup berdua bersama lawan jenis. Meskipun Mama sudah memperingati Lara untuk segera...