Mungkin benar kata Lara saat dipertemuan terakhir mereka, bahwa gadis itu sudah berubah dan Yugi mendapati dirinya yang ikut berubah meskipun tidak sebaik Lara didalam segala hal. Baik itu karir dan kehidupan sosialnya yang tampak nyaman dan menyenangkan. Sejak dulu, Lara selalu unggul di berbagai hal yang bahkan Yugi sulit mengejarnya. Terkenal jutek dan misterius, Lara tetap mampu mengikuti perkembangan social grup di sekitarnya.
Dia cukup friendly, setidaknya Yugi menatap perempuan satu ini seperti itu. Mungkin karena aktif sebagai anggota ketua bidang di dalam Majelis Pengawas Kesiswaan sekaligus ketua ekskul mading dan jurnalis, membuat Lara cukup dikenal banyak orang. Karya tulis sastranya bahkan hampir tiap minggu rilis di mading sekolah, baik dari mulai artikel, puisi, pantun, sampai dengan cerita pendek.
Namanya juga cukup sering disambut sebagai salah statu siswa prestasi di bidang Sastra dan Yugi baru menyadari ada perempuan sejenis Lara di kelas 12. Benar-benar terlambat kalau kata Brian sebagai salah satu teman sekelas Lara waktu kelas 11 dan cowok itu sudah kenal Lara akibat pernah satu kelompok MOS di awal masuk sekolah.
Lara dan segala kehidupannya yang berbeda 180 derajat dengan Yugi, serta hubungan mereka yang dianggap manis namun sepat dalam sekejap.
Hanya karena awal yang salah, Yugi mendapati dirinya menyebalkan pada gadis yang menyita atensinya di awal kelas 12.
Apabila Yugi mengikuti Lanang dan Brian untuk menolak tantangan Rido, apakah mereka masih bersama sampai saat ini? Berbagi kisah masing-masing, menceritakan pengalaman sebagai pekerja korporat dan salah satu pengangguran baru di negeri kepulaan ini.
Namun sekali lagi Yugi tekankan, bahwa apa yang sudah terjadi, nyatanya tidak akan bisa dia perbaiki untuk mendapati harapan palsunya itu. Harusnya, Yugi sadar sejak dulu, ya kan?
"Gue awalnya gak tertarik sama tawaran Rido, apalagi sama lo. Bener, gue emang brengsek. Tapi hanya di hari itu, pertama kali-nya gue ajak lo buat pulang bareng, gue beneran tulus mau antar lo pulang, Ra," cowok itu tertawa kecil dengan nada yang terdengar miris bagi perempuan yang tidak menatapnya, tetapi telinganya setia mendengarkan kata-kata laki-laki di hadapannya dengan seksama.
Memantapkan hati-nya sendiri bahwa tidak ada lagi Yugi yang bisa menghancurkan pertahanannya untuk bahagia.
"Lo cewek pertama yang nolak ajakan pulang gue, Ra."
Lara tergelak. "Seriously? Pede banget, ya, Gi. Berasa paling ganteng."
"Gue emang ganteng," katanya sambil menarik sedikit bibirnya untuk tersenyum, matanya berusaha mencari tatapan Lara yang benar-benar tidak padanya. Melainkan pada sepotong miles crepes topping parutan cokelat dan beberapa potongan oreo. "Hari itu juga, kebodohan gue mengantarkan hubungan kita dan tantangan dari Rido, Ra."
"Damn, I know it was start on the day we talked first," gadis itu lagi-lagi tergelak, meskipun ada nada getir yang tersirat di dalamnya.
Benar saja, Lara dapat menutupinya dengan rapat. Sehingga Yugi bahkan tidak berani untuk menebak kemana hatinya akan berjalan. Apakah pada keikhlasan atau dendam yang kembali dibiarkan menumpuk?
"Terus?"
"Ya, kita pedekate."
"And when you starting to loved me?"
Laki-laki itu diam sebentar, mendongak. "I think, I still love you, Ra."
Gadis itu hanya tertawa, tampaknya tidak terganggung oleh ucapan seenaknya dari Yugi. "So, abis itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Larahati di Jakarta
ChickLitPart of Brothership Universe. Lara dikenal sebagai cewek jomlo selama 22 tahun karena gadis itu punya prinsip bahwa hidup sendirian itu lebih menyenangkan daripada hidup berdua bersama lawan jenis. Meskipun Mama sudah memperingati Lara untuk segera...