1.1 Lolos bersama cowok bernama Jaka

31 3 0
                                    

Hal pertama yang perlu disiapkan sebelum wawancara kerja adalah istirahat yang cukup. Itu sangat penting dari sekian banyak latihan wawancara yang telah dilewati agar nantinya pikiran lebih fresh dan pertanyaan yang diajukan pun dapat terjawab dengan baik. Sehingga malam itu, habis dari salat Isya lalu dilanjutkan dengan skincare-an, cewek itu merebahkan dirinya bersama selimut ditarik sampai bawah dagu.

Bola matanya masih terbuka demi melihat langit-langit kamar yang bersih. Dia hampir saja menutup matanya dengan cepat sebelum mendengar pintu kamar dibuka dengan seorang bocah perempuan berusia 1 setengah tahun masuk.

"Utyyy!"

Seru bocah itu, namanya Raina, anak dari Kakak perempuannya yang menikah tiga tahun lalu.

Lara menoleh, sulit sudah untuk bersiap tidur karena Raina akan mengajaknya bermain sepanjang gadis itu belum mengantuk.

"Iya, Nana. Ada apa?" Lara duduk, menatap keponakannya yang imut dengan pipi gembul itu gemas. Dia suka sekali mencubit hingga menggigit pipi Raina. Lalu anehnya, pipi itu tidak kendur! Melainkan semakin kencang dan membesar.

Benar-benar aneh.

"Utyy, ain!"

"Main?"

Bocah itu mengangguk, menunjukkaan ponsel Lara yang gadis itu ingat sekali bahwa ponselnya tadi ada di atas meja belajar. Aduh, bocah ini ternyata minta membuka youtube dan menonton video Cocomelon semalaman.

"Nggak boleh," katanya, menggendong gadis kecil itu sembari mengajaknya keluar kamar dan membawanya ke kamar tamu dimana Kakak perempuannya itu menginap akibat Ayah dari Raina sedang dinas keluar kota selama 3 hari ke depan. Sudah kebiasaan Kakaknya akan menginap kalau suaminya nggak ada di rumah akibat dinasnya itu.

"Kak, anak lo nih! Gue mau tidur," gerutu gadis itu, meletakkan kembali Raina di lantai dengan hati-hati dan membiarkan bocah kecil itu berjalan kaku menuju Ibunya yang juga sedang main ponsel. "Cih, main hape mulu. Pantes anak lo kerjaannya juga hape!"

"Namanya juga anak jaman sekarang," elak perempuan itu acuh.

Bola mata Lara pun bergulir ringan. "Please, deh. Anak sekarang gak bakal main hape kalo Emaknya gak ngasih, keles," ejeknya, langsung buru-buru keluar sebelum dia merasakan bantal di wajahnya.

Cewek itu kembali ke kamarnya dan mengunci pintu. Cukup sudah bermain-mainnya karena dia beneran harus istirahat. Pukul 6 pagi besok, dia harus sudah jalan ke stasiun untuk naik KRL arah Angke atau Jatinegara, karena kantor tempat Lara akan wawancara adanya di daerah Sudirman. Tepatnya di area perkantoran hits bernama SCBD yang terkenal itu.

Dia kali ini benar-benar memejamkan mata. Lalu melihat hari baru yang begitu cerah untuk dirinya memulai lagi perjuangan yang selalu tertunda. Kali ini, Denara Lara Pratiwi nggak boleh gagal lagi.

***

Perjalanan menuju Sudirman tidak bisa dibilang mulus kalau kamu perlu melewati beberapa stasiun KRL dengan berdesak-desakan di pukul 7 pagi-waktu yang emang paling struggling untuk para pekerja di Ibukota. Begitulah yang dirasakan Lara sebagai perempuan yang sudah jarang naik KRL-terakhir mungkin bulan lalu, gadis itu pikir? Karena seperti yang ada di ingatannya, dia sempat bertemu dua temannya semasa SMA.

Di pukul 8 kurang, dia sampai di stasiun Sudirman bersama puluhan penumpang lain yang saling mendorong di antrean pintu keluar bawah yang tidak kalah banyak seperti pintu keluar lantai dua.

Cewek itu mengela napas lega selepas bisa keluar dari antrean panjangnya, melirik ponsel untuk memastikan bahwa pukul 9 pagi itu masih jauh banget. Dia sengaja datang lebih cepat-bukan karena dia rajin, tapi dia sudah panik duluan. Dari dulu Lara selalu menjadikan waktu lebih cepat untuk menyembuhkan rasa gugup dan ketakutannya-terutama soal wawancara atau presentasi untuk tugas kuliah yang sudah lewat beberapa bulan lalu, atau bisa dibilang 1 tahun yang lalu.

Larahati di JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang