2

687 104 2
                                    

***

Berada dihari lainnya, membuat Lisa melupakan Sutradara Kwon dan kekasihnya yang bertengkar di lorong. Belum lama sejak ia tiba di stasiun TV, namun langkah kakinya sudah membawanya ke kafetaria perusahaan. Ia tinggal sendirian di rumahnya, sedang ibu dan ayahnya pergi ke sebuah desa di pinggiran kota. Mendedikasikan masa tua mereka untuk mengabdi di sana. Alih-alih menjadi orangtua, ayah dan ibunya lebih cocok menjadi pelayan masyarakat. Mereka mau bersusah payah demi orang lain, tinggal sederhana setelah meninggalkan karir yang cemerlang.

Begitu mendapatkan makan siangnya, Lalisa melangkah ke sebuah meja di ujung kafetaria. Meja dimana dua rekannya duduk bersama, Kwon Jiyong dan Choi Seunghyun.

"Hai," sapa Lisa, yang mengambil tempat di sebelah rekan-rekannya.

Sapaannya dibalas dengan sama singkat. Lantas Sutradara Choi bertanya, "kau baik-baik saja?" katanya dan Lisa menggeleng.

"Kalau dalam dua minggu ratingku tidak naik, acaraku dihentikan," kata Lisa.

Mimpinya untuk membuat acara TV telah terwujud, namun mempertahankan mimpi itu ternyata tidak lah mudah. Acaranya mendapatkan rating yang terendah minggu ini juga diminggu-minggu sebelumnya. Acara yang Sutradara Kwon kerjakan mendapat rating 23%, acara Sutradara Choi berating 19%, sedang miliknya hanya 0,8%. Kesenjangannya terlalu jauh, beberapa perusahaan mulai menarik iklan-iklan dan sponsor mereka.

Meski tidak begitu dekat, mereka saling kenal. Ketiganya mulai bekerja di sana di waktu yang sama. Ketiganya diterima bekerja di sana di tahun yang sama, namun meski begitu Sutradara Choi dan Sutradara Kwon beberapa tahun lebih tua dari Lisa. Sebab keduanya harus pergi wajib militer sebelum mulai bekerja.

"Kau duduk di sini karena butuh bantuan?" tanya Sutradara Choi, sebab biasanya Lisa akan membawa makan siangnya ke ruang editorial. Gadis itu akan menikmati makan siangnya sembari mengedit acaranya sendiri.

"Ya," tenangnya. "Kalau acaraku dihentikan, bisakah kalian menerima staff-staffku?" tanyanya. "Tiga orang, dua penulis dan seorang asisten sutradara. Aku tidak bisa membiarkan mereka kehilangan gaji mereka karenaku," katanya, setengah berbisik sebab khawatir seseorang mendengarnya. Ia tidak ingin ketiga staffnya tahu tentang masalah ini.

"Asistenmu itu Seo Donghyun?" tanya Jiyong dan Lisa mengangguk. "Dia pernah jadi peserta di acaraku, rapper, Big Naughty. Dia bisa bekerja denganku," katanya, tanpa menatap Lisa. Tetap menunduk, menatap makan siangnya dan sesekali menyuap makanan itu ke dalam mulutnya.

"Donghyun?" Lisa membulatkan matanya. "Dia ikut Campus Rapper? Kapan?" tanyanya.

"Sepertinya season satu, saat dia masih kuliah," Jiyong mengingat-ingat. "Bulan depan aku akan mulai mengerjakan Campus Rapper Season 6," susulnya, mengatakan kalau asisten sutradara yang bekerja untuk Lisa bisa bergabung dalam program acara itu.

Ketiganya berbincang sepanjang jam makan siang. Ini bukan aktivitas yang biasa terjadi, karenanya Seo Donghyun, bersama dua penulis yang bekerja untuk Lisa— Sandara Park dan Kim Jisoo— keheranan melihat mereka. Di meja lain ketiganya duduk, menghabiskan makan siang mereka sembari menebak-nebak apa yang para sutradara itu tengah bicarakan.

"Aku dengar Lisa noona dan Sutradara Kwon itu satu kampus, apa mereka memang dekat? Dengan Sutradara Choi juga?" tanya Donghyun, jelas berbisik sebab tidak ingin subjek pembicaraan mereka menyadari obrolan itu.

"Setahuku tidak," Sandara Park buka mulut. Ia yang paling lama bekerja di sana, hampir sepuluh tahun. Sedang tiga sutradara itu, baru mulai bekerja di sana enam tahun lalu.

"Mereka tidak satu kampus?" Jisoo ikut membuka mulutnya sekarang.

"Tidak, mereka satu kampus. Sutradara Kwon dan Lisa satu kampus, tapi tidak dengan Sutradara Choi. Mereka bertiga direkrut ditahun yang sama, tapi ketiganya tidak dekat. Kalian tahu Na PD? Na Youngseok PD?" tanyanya dan Jisoo menganggukan kepalanya. Siapa yang tidak mengenal Na PD? Produser acara ragam yang gajinya lebih besar daripada CEO stasiun TV mereka. Sosok yang menjadi standar kesusksesan di sana. "Sejak awal, ketiganya bersaing untuk mendapatkan pengakuan Na PD. Mereka tidak berteman, mereka bersaing," cerita Sandara.

"Bersaing? Bagaimana Lisa noona bisa bersaing dengan mereka? Dari rating acara saja, dia sudah kalah," komentar Donghyun, setengah kecewa.

Banyak rumor yang menyebar selama enam tahun terakhir. Membuat ada banyak sekali obrolan di meja itu, tanpa mereka sadari kalau para sutradara sudah menyelesaikan makan siang mereka dan berpisah, pergi sendiri-sendiri meninggalkan kafetaria. Sutradara Choi kembali ke ruang editor, Lisa pergi membeli kopi ke lobby sedang Sutradara Kwon pergi merokok di luar gedung.

Awalnya semua berjalan sebagaimana mestinya. Meski suasana gedung itu ramai, namun semua bergerak seperti bagaimana seharusnya. Sampai beberapa menit selanjutnya, Lisa dikagetkan oleh jeritan kaget beberapa orang. Melalui dinding kaca yang mengelilingi lobby stasiun TV itu, Lisa bisa melihat Kwon Jiyong dipukul seseorang.

Seorang pria bertato, tiba-tiba saja muncul dan meninju Sutradara Kwon. Ia buat sang sutradara tersungkur membentur tempat sampah sebab tidak sempat menghindar. Petugas keamanan kemudian dikerahkan untuk melerai mereka, namun meski begitu Sutradara Kwon sudah menerima dua sampai tiga pukulan di wajahnya tanpa sempat membalas.

Usut punya usut, Sutradara Kwon menerima perlakuan itu karena episode yang ia tayangkan semalam. Dalam acaranya, ia tunjukan perselisihan di antara para pemainnya. Membuat seorang pria terlihat buruk dan menjadi musuh bersama pemain-pemain lainnya. Pria itulah yang memukul Jiyong sekarang— Kim Namjoon.

Sutradara Kwon tengah mengerjakan sebuah acara ragam berisi para pemusik. Dalam acaranya, para pemusik itu berkumpul kemudian pergi kemping bersama. Duduk bersama, berbincang dan membuat lagu di penghujung acaranya. Ia memperkerjakan enam pemusik sebagai pemain tetap acara itu. Keenam pemusik yang sebelumnya tidak dekat, perlahan-lahan mulai bersahabat, pergi kemping dan bermusik bersama— begitu konsep acaranya. Acara yang sebenarnya sangat sederhana namun jadi begitu menarik setelah Sutradara Kwon yang mengedit acaranya.

Dalam episode semalam, Jiyong menyiarkan bagian pendek dimana lima pemain lainnya tengah membicarakan Kim Namjoon. Satu dari lima orang itu kesal, lantas berkata, "Kim Namjoon benar-benar berengsek. Hanya karena dia merasa fansnya lebih banyak, dia tidak ingin mengerjakan apapun," keluhnya kepada pemain lainnya.

Begitu percikan api muncul, perlahan-lahan asap akan keluar. Setelah seorang mengeluh, yang lainnya mulai memperhatikan sikap Kim Namjoon. Sesekali mereka berbisik, menyetuji keluhan tadi. Maka Jiyong rekam seluruh detail sikap Kim Namjoon selama di camp ground. Kebetulan sekali Sutradara Kwon mampu membuktikan keluhan tadi. Meski tahu kalau dirinya sedang di rekam, Kim Namjoon tetap menunjuk seorang pemain, memintanya untuk memasak air dan membuat kopi. Permintaannya memang sederhana dan bukan sebuah masalah besar. Permintaan itu baru menjadi masalah ketika kata-kata itu diutarakan saat semua orang tengah membangun tenda.

Lima lainnya tengah sibuk membangun tenda dan merakit tempat tidur, tapi Kim Namjoon merengek ingin segelas kopi— begitu yang Jiyong tulis dalam acaranya, ditambah beberapa emoticon menangis. Ia buat citra seorang musisi terlihat buruk dan siang ini ia dapatkan ganjaran atas perbuatannya.

***

Traffic Light Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang