***
Jiyong tiba setelah lima belas menit Lisa menunggu di luar kantor Hakim Kwon. Pria itu memarkir mobilnya tidak jauh dari sana, lantas turun dari mobilnya, mengira Lisa akan menunggu di dalam ruang kerja ayahnya. Namun baru beberapa langkah ia meninggalkan mobilnya, Lisa sudah masuk ke jarak pandangnya.
Gadis itu berdiri di depan mading, membaca beberapa pengumuman yang ada di sana. Pengumuman yang jelas tidak terlalu penting baginya. Ia hanya bosan karena lama menunggu. "Bisa-bisanya kau meninggalkan kantor di saat-saat penting," tegur Jiyong, yang kemudian berdiri di sebelah Lisa, dengan kedua tangannya yang dimasukan ke saku celana jeansnya.
Lisa menoleh, menatap Jiyong dengan alis terangkat. "Ada apa?" tanyanya kemudian. Sebentar, ia lupa tujuan mereka bertemu. Saat itu juga, Lisa mencari handphonenya, mengecek apa yang terjadi di kantor.
Ada banyak panggilan di sana, Donghyun dan Hanbin, bahkan Jiyong meneleponnya berkali-kali. Ketika ia menelepon Jiyong, mungkin saat itu Jiyong juga sedang meneleponnya. "Huh? Bagaimana ini?" tanya Lisa, setelah ia tahu kalau ada seorang peserta Campus Rappers yang marah karena bagiannya di edit. Ia gagal dalam babak ketiga, tapi sebagian penampilannya tidak ditayangkan. Ia kesal karena sebagian penampilannya tidak ditayangkan dan menunjukan emosi itu lewat beberapa postingan di Instagram-nya.
"Sudah aku selesaikan, tadi aku mampir ke kantor sebentar sebelum ke sini," jawab Jiyong. Ia sudah mengatasi masalah itu dengan menandatangani surat pemberitahuan kalau semua penampilan yang tidak ditayangkan, akan diunggah ke YouTube beberapa hari lagi. Jiyong menyuruh Hanbin membawa surat pemberitahuan itu ke tepi jalan di depan stasiun TV agar ia tidak perlu membuang-buang waktu menunggu lift dan berjalan ke ruang kerjanya. Jiyong menandatangani surat itu dari mobilnya.
Lisa menghela nafasnya setelah mendengar penjelasan Jiyong. "Syukurlah kalau sudah selesai, aku tidak bisa fokus bekerja beberapa hari ini, aku minta maaf, Sutradara Kwon," katanya kemudian.
"Kenapa?"
"Apa?"
"Kenapa kau tidak bisa bekerja?"
"Harus aku katakan dengan mulutku sendiri?"
"Lalu bagaimana aku tahu kalau kau tidak mengatakannya dengan mulutmu sendiri?"
"Kau sudah tahu."
"Belum. Aku belum tahu. Kenapa kau tidak bisa bekerja?"
"Karena menyesal," Lisa berhenti di sana. Namun Jiyong tidak kunjung bicara. Ia masih menunggu Lisa melanjutkan kata-katanya. "Aku menyesal karena menolak lamaranmu," susulnya, yang akhirnya bicara setelah Jiyong lama memperhatikannya.
"Jadi, kau akan menerimanya sekarang?"
"Kalau oppa tidak keberatan."
"Tapi aku belum sempat membeli cincin dan bunga."
"Tidak apa-apa," geleng gadis itu, yang kemudian merogoh tasnya, mengeluarkan sebuah kotak di sana. "Aku sudah mencuri satu," susulnya, menunjukan sebuah cincin yang ada di dalam kotak itu. Kotak yang tiga hari lalu ada di sebelah buket bunga biru. "Ini milik Jennie, dia sudah sadar kalau aku mencurinya. Dia sedang mengejarku sekarang, jadi belikan aku satu yang persis seperti ini," pinta Lisa, membuat Jiyong membeku untuk beberapa detik, kemudian tertawa.
"Kau sangat menyangi temanmu itu? Sampai ingin cincin yang sama seperti miliknya?" tanya Jiyong sembari terkekeh. Lisa mengiyakan, lalu bertanya apa Jiyong keberatan dengan keinginan itu. Tapi untungnya Jiyong tidak keberatan. Ia tidak keberatan membelikan Lisa cincin yang sama dengan milik temannya. Ia tidak keberatan membelikan apapun untuk gadis itu.
Setelahnya, Jiyong mengajak Lisa pergi ke toko perhiasan. Akan ia belikan cincin yang Lisa inginkan, kemudian mengantar gadis itu menemui temannya, mengembalikan cincin yang Lisa curi. "Awalnya aku tidak berencana mencurinya. Aku hanya ingin menyembunyikannya karena kesal. Lalu aku lupa mengembalikannya dan setelah aku pikir-pikir, sambil membaca mading tadi, sepertinya cincin yang sama akan kelihatan lucu kalau kami pakai bersama," cerita Lisa, yang kini sudah duduk di mobil Jiyong. Meninggalkan mobilnya di kantor hakim itu untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
***
Tamat beneran kali ini. Ngga nambah-nambah lagi, udah cape jariku...
KAMU SEDANG MEMBACA
Traffic Light
FanfictionAku sudah menentukan tujuanku, tetapi sesuatu menghentikanku, padahal jalanku masih panjang. Di atas jalan yang terlihat seperti piano, ada banyak benda bundar, bergerak dan berhenti mengikuti rambu, tapi mereka bukan urusanku. Jeda tiga detik di an...