***
Belum sampai tiga jam Lisa bermimpi di atas karpetnya. Gadis itu masih meringkuk di sana, memeluk bantal serta selimutnya. Ia tahu handphonenya berdering, namun terlalu malas untuk bangun dan meraihnya. Handphone itu ada di atas nakas, di-charge tepat di sebelah handphone Jennie.
"Ya! Angkat teleponmu!" kata Jennie, yang sama lelahnya seperti Lisa. Gadis itu merengek, namun Lisa tetap berbaring, tetap memejamkan matanya seolah suara Jennie hanya salah satu dari banyak mimpinya.
Sebab terganggu dengan suara dering nyaring itu, akhirnya Jennie bangun. Ia duduk di ranjang, meraih handphone Lisa kemudian melemparnya. Ia lempar handphone itu tepat ke atas selimut tebal temannya. Namun temannya tidak bergerak, temannya tetap terlelap, berusaha keras mempertahankan mimpinya.
Tidak seberapa lama, Jennie kembali meringkuk, memeluk satu-satunya bantal yang ada di ranjang kemudian kembali terlelap. Tidak butuh waktu lama sampai gadis itu kembali nyenyak dalam tidurnya. Lisa baru menjawab panggilan itu di telepon yang kedua. Kalau seseorang sampai meneleponnya dua kali berturut-turut, berarti panggilan itu penting— anggap Lisa.
"Hm? Halo?" gumam Lisa, menjawab panggilan yang terus masuk ke dalam mimpinya.
"Noona!" suara Donghyun mengudara. "Cha Joohyuk menabrak tiga orang saat mabuk," kata pria itu, to the point, sebab Lisa akan marah kalau ia terlalu berbasa-basi.
Mendengar itu, seketika kantuk Lisa lenyap. Cha Joohyuk adalah pembaca acara untuk programnya sekarang. Seolah belum cukup dengan rating yang rendah, kini pembawa acara mereka tertangkap saat mengemudi dalam keadaan mabuk. Pasal DUI— Driver Under Influence— akan dipakai untuk menuntut Cha Joohyuk.
Saat itu juga, Lisa berpakaian. Ia pakai celana jeans terdekat yang bisa diraihnya, juga mengambil kunci mobil Jennie di atas meja. "Ya! Ya! Kim Jennie! Aku pinjam mobilmu, kau pakai mobilku," katanya, sebab mobilnya berada di garasi dan ia perlu menyingkirkan mobil Jennie lebih dulu untuk mengeluarkan miliknya.
Secepat kilat gadis itu pergi ke kantornya. Menemui asistennya yang juga terburu-buru pergi ke kantor. Sandara dan Jisoo asistennya pun bergegas ke kantor pagi itu. Sembari mengemudi, ia usap wajahnya dengan tissue basah. Tidak ada waktu untuk membasuh wajahnya sekarang, juga tidak ada waktu untuk merias wajahnya. Hanya berbekal tissue basah yang ada di mobil itu, ia pergi ke kantor.
Tiba di parkiran kantornya, ia mengumpat. Ia baru menyadari pakaian yang sekarang dikenakannya— gaun tidur satin dengan renda dibagian kerahnya yang amat rendah. Hanya ada dua helai tali tipis di bahunya, membuat sebagian dada serta branya bisa dengan mudah terlihat orang lain. Ia melihat-lihat seisi mobil itu, mencari sesuatu yang bisa menutupi tubuh bagian atasnya. Namun apa yang bisa ia harapkan dari mobil milik seorang aktor pria? Sama sekali tidak ada yang bisa ia pakai di sana.
Lima menit ia melihat-lihat, sampai akhirnya ia memutuskan untuk tetap turun dari mobil itu dan masuk ke kantor. Nanti, ia bisa meminjam selimut yang ada di ruang editor untuk menutupi tubuhnya. Namun baru satu kakinya yang ia turunkan dari mobil, dilihatnya Kwon Jiyong melangkah keluar, hendak menghampiri mobilnya yang terparkir di sana. "Jiyong oppa!" teriak Lisa, melambai dari celah pintu mobilnya dengan sebelah tangan sibuk menutupi dadanya. "Jiyong oppa! Tolong aku!" teriaknya yang kedua, membuat Jiyong terlihat canggung kemudian melangkah mendekat. Melalui celah pintu itu, Jiyong bisa melihat pakaian Lisa.
"Apa yang sedang kau lakukan?!" heran Jiyong. "Masuk," suruhnya kemudian, memerintah Lisa untuk masuk ke mobilnya.
"Cha Joohyuk menabrak tiga orang," katanya kemudian.
"Lalu? Kau langsung kesini saat bersetubuh? Kenapa dengan pakaianmu?" heran pria itu, yang harus melihat ke sekeliling tempat itu untuk memastikan tidak seorang pun memperhatikan mereka.
"Aku sedang tidur di rumah saat diberitahu Donghyun. Aku panik dan langsung ke sini, pinjamkan aku bajumu. Tidak ada apa pun yang bisa aku pakai di mobil Jennie," pintanya dan Jiyong yang biasanya tenang, kini terlihat sangat kesal.
"Augh! Tunggu disini!"
"Oppa punya baju lain kan? Punya kan? Syukurlah... Aku tidak jadi berlari ke ruang editor," tenang Lisa, sementara Jiyong membanting pintu mobil gadis itu kemudian melangkah ke mobilnya sendiri. Jiyong menyimpan beberapa pakaian di mobilnya, Lisa pun biasanya begitu, kalau jadwal syutingnya sedang padat.
Sebentar Jiyong menimbang-nimbang. Ia berdiri di bagian belakang mobilnya, menimbang-nimbang pakaian yang akan diberikannya pada Lisa. Lantas, setelah beberapa detik berfikir pria itu kembali menghampiri Lisa dengan sebuah tas belanja. Celine— begitu yang tertulis di tas belanjanya.
"Oh? Baju baru?" bingung Lisa, sebab pakaian yang Jiyong berikan adalah pakaian wanita. Sebuah celana jeans, kaus hitam bertuliskan 'Celine' dan kemeja wanita berwarna cream. "Apa tidak apa-apa aku memakai ini?" tanya Lisa, setelah melihat isi bingkisan itu.
"Lalu? Kau akan masuk kantor dengan setengah telanjang?" ketus Jiyong, membuat Lisa mengerucut bibirnya, menekuk wajahnya, cemberut. "Pakai saja," kata Jiyong selanjutnya, memperbaiki sedikit nada bicaranya.
"Aku akan menggantinya, terima kasih," angguk Lisa yang Jiyong balas dengan anggukan lain kemudian meninggalkan sedan hitam itu.
Selepas Jiyong pergi, Lisa menghela nafasnya. Ia perhatikan punggung Jiyong yang melangkah menjauh, menatap sedih punggung itu lantas menyadarkan dirinya kembali. Ia harus sadar untuk menyelesaikan masalah yang ada di depannya.
Setelah merasa pakaiannya cukup layak untuk masuk ke kantor, gadis itu meninggalkan mobilnya di sana. Jiyong sudah sudah pergi ketika Lisa berpakaian, membuatnya tidak bisa menyapa dan berterimakasih sekali lagi. Lalu, setelah ia mendiskusikan masalahnya bersama ketiga rekannya, setelah mereka memantau kelanjutan kasus Cha Joohyuk lewat managernya, Lisa masuk ke ruang Direktur Dong Yongbae untuk diadili.
Lisa hampir tidak bisa berkata-kata, ia tidak bisa membela dirinya, tidak bisa menjanjikan apapun. Gadis itu sudah benar-benar pasrah ketika ia tahu kalau tiga orang yang ditabrak pembawa acaranya sedang dalam kondisi kritis sekarang. Masalah ini tidak bisa diperbaiki. Bahkan episode yang sudah mereka siapkan, rasanya tidak pantas lagi untuk ditayangkan.
"Hentikan acaramu," kata Direktur Dong tanpa berbasa-basi lagi. Ia yakin, kalau Lisa pun sudah tahu akan keputusan itu sebelum masuk ke ruangannya tadi.
"Baik," angguk Lisa. Sebentar mereka diam, tidak mengatakan apapun selain menilai rekasi satu sama lain.
"Untuk sekarang, hentikan saja acaramu. Bagaimana selanjutnya, aku akan memikirkannya lebih dulu. Akan ku berikan slot acaramu ke tim lain, karena kita tidak bisa membiarkannya kosong," jelas sang Direktur yang lagi-lagi tidak bisa Lisa bantah.
Tanpa bisa melakukan apapun, mengusahakan apapun, Lisa menerima akhir dari acaranya. Ia memang menerima segalanya, namun kembali ke ruangannya dan memberitahukan konsekuensi itu pada rekan-rekannya tetaplah berat baginya.
"Augh... Bagaimana aku bisa memberitahu mereka?" bingung Lisa, memikirkan nasib rekan-rekannya. Meski sebenarnya, semua orang ditim itu sudah tahu bagaimana nasib mereka sekarang— Donghyun mungkin akan dipindah ke tim lain, sedang Sandara dan Jisoo cepat atau lambat pasti akan diberhentikan, sebab tidak ada lagi acara yang harus mereka tulis.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Traffic Light
FanfictionAku sudah menentukan tujuanku, tetapi sesuatu menghentikanku, padahal jalanku masih panjang. Di atas jalan yang terlihat seperti piano, ada banyak benda bundar, bergerak dan berhenti mengikuti rambu, tapi mereka bukan urusanku. Jeda tiga detik di an...