***
Pada pukul setengah tujuh pagi tadi, Jiyong masih mengirim pesan pada beberapa staffnya. Ia beritahu mereka kalau syuting ditunda sampai pukul sembilan tapi semua staff tetap harus datang tepat waktu. Ia pun memberitahu Hanbin tentang perubahan juri yang terjadi, menyuruh pria itu untuk menuruti perintah Lisa nanti. Baru setelah memberitahu Hanbin, pria itu berbaring dan langsung terlelap.
Lisa baru menyadarinya setelah ia melihat pesan di handphonenya. "Terimakasih sudah lembur, aku akan membayar uang lemburmu tadi malam. Semua detail sudah ada di meja, lakukan saja seperti itu. Rekam semuanya, aku yang akan mengeditnya. Hanbin akan membantumu. Aku tidur sebentar," tulis Jiyong dalam pesan yang ia kirim pada Lisa, namun diabaikan. Lisa baru membaca pesan itu setelah ia selesai mengatur ulang beberapa hal. Setelah ia lelah berkeliling kemudian duduk di ruang monitor sembari menunggu anak magang membawakan kopi pagi untuknya.
Setelah membaca pesan Jiyong, gadis itu menghela nafasnya. Ia menoleh, menatap punggung Jiyong yang baru 70 menit terlelap kemudian berdecak. "Tentu saja kau harus membayar uang lemburku!" cibir gadis itu, yang kemudian menelepon anak magangnya, meminta Wonyoung— yang ditugaskan membeli kopi— juga membeli beberapa roti untuk sarapan.
"Sutradara Jung, di sini ada food truck," kata Wonyoung, yang baru tiba di luar gedung itu, di tempat parkir, dimana Donghyun tengah memastikan para petugas keamanan bisa menjaga tempat itu dari para penggemar yang sudah berkumpul.
"Food truck?" tanya Lisa. "Siapa yang mengirimnya?"
"Tidak tahu, tidak ada nama siapapun. Permisi, food truck-nya sungguhan untuk staff Campus Rapper?" tanya Wonyoung. "Kwon Jiyong? Oh! Sutradara Kwon yang katanya memesan food truck-nya, baru saja," susul Wonyoung setelah mendapatkan jawaban dari karyawan food truck itu. "Ada kopi dan toast, tapi masih harus menunggu sekitar sepuluh menit, mereka baru saja tiba, bagaimana Sutradara Jung?"
"Kalau begitu, bawakan delapan kopi dan delapan toast ke ruang monitor, beritahu juga semua staff kalau ada sarapan di bawah," jawab Lisa, yang kemudian mengakhiri panggilan itu. Kini, baru Lisa baca berkas-berkas yang Jiyong tinggalkan di atas meja. Baru ia lihat di sana, kalau Jiyong menulis ia sudah memesan food truck untuk sarapan. Ia bahkan menulis nama serta nomor telepon pemilik food truck itu di sana, kalau-kalau food trucknya terlambat.
Jiyong sudah menulis dan menyiapkan segalanya sebelum tidur. Namun, meski Lisa terlambat menyadarinya, apa yang Lisa lakukan pagi itu hampir sama dengan pesan-pesan yang Jiyong tinggalkan. Membaca detail-detail yang sudah Jiyong siapkan sebelum tidur, membuat Lisa jadi merasa buruk karena telah memakinya. "Hhh... Menyebalkan," keluh Lisa, mencibir karena sedikit, hanya sedikit, rasa bersalah yang Jiyong torehkan.
Pukul sembilan kurang tiga puluh menit, Lisa membangunkan Jiyong. Melalui walkie talkie, Donghyun yang ada di bawah memberitahunya kalau BIBI sudah datang. Donghyun bertugas merekam para juri yang datang, karenanya ia berjaga di bawah. Sama seperti yang mereka bicarakan di telepon, BIBI datang tanpa riasan.
Sementara Lisa membangunkan Jiyong, Donghyun diminta untuk mengantarkan BIBI ke ruang monitor. Mereka harus menemui BIBI yang sudah bersedia membatalkan liburannya untuk ikut serta dalam acara itu. "Sebentar lagi, punggungku sakit," kata Jiyong, masih berbaring sementara Lisa berdiri di sebelahnya, berdecak, mengatakan punggung pria itu pasti sakit kalau tidur di sofa.
Jiyong tetap berbaring, berkedip menatap langit-langit ruangan. Melamun, mengumpulkan nyawanya yang berterbangan kemana-mana hanya setelah beberapa menit terlelap. Mereka masih berada di posisi yang sama, ketika pintu kemudian diketuk dan Donghyun membuka pintunya. BIBI sudah datang, dipersilahkan masuk namun Jiyong belum bergerak.
"Kembalilah ke posisimu," kata Lisa, menyuruh Donghyun pergi setelah ia menyapa dan berterimakasih pada BIBI yang sudah menyempatkan untuk datang.
Donghyun kembali ke posisinya merekam juri yang datang, ditemani Sandara sedang Chaerin, Hanbin dan Jisoo masih mengecek ulang studio yang mereka gunakan untuk syuting. Harus memastikan ruangannya layak direkam, juga memastikan layar mereka menunjukan video audisi seluruh peserta tidak akan bermasalah.
Selanjutnya hanya ada mereka bertiga di dalam ruang monitor itu, Lisa, BIBI juga Jiyong yang tetap berbaring meski sudah melambai, menyadari kehadiran BIBI. "Kalian sungguh berkencan?" tanya BIBI, langsung tanpa berbasa-basi.
"Hm..." Lisa menggumam, tidak ingin mengiyakannya namun khawatir masalah kembali datang jika ia menyanggahnya. "Tapi tidak seorang pun staff mengetahuinya," susulnya.
"Kenapa?"
"Belum lama, nanti kami akan memberitahu mereka, setelah semua masalah di sini selesai," asal Lisa, melirik pada Jiyong yang entah sudah bangun atau justru sedang tidur dengan mata terbuka. "Aku benar-benar berterimakasih kau bisa datang, BIBI. Kau baru saja menyelamatkanku, menyelamatkan kami semua," tambah Lisa.
"Kalau begitu, suatu saat nanti kau akan membalas budi padaku, kan Sutradara Jung?"
"Kenapa dia harus membalas budi padamu? Kau sedang membalas budi padaku, bukan begitu?" sela Jiyong, membuat Lisa kembali menelan kata-kata yang hampir ia keluarkan. Kini pria itu bangkit dari sofa.
"Tsk... Oppa, kau bilang kau akan memberitahuku kalau kau putus," cibir BIBI. "Tapi apa ini? Kapan kau putus dari perempuan waktu itu? Kenapa sudah mengencani orang lain tanpa menepati janjimu padaku?" susulnya, menatap sebal pada Jiyong yang tengah meregangkan otot-otot kakunya.
"Maaf, semuanya terjadi begitu saja," enteng Jiyong. "Kau sudah membaca kontrak yang aku kirim tadi pagi kan?" susulnya, mulai membicarakan pekerjaan setelah ia mengusap wajahnya dengan tissue basah yang kebetulan ada di meja. Tissue basah yang Lisa keluarkan dari tasnya sebab ia butuh sesuatu untuk membersihkan tangannya dari remah-remah toast tadi.
Pembicaraan tentang kontrak dan segala syarat-syaratnya, baru dibicarakan setelah manager BIBI datang. Hanya beberapa menit setelah BIBI tiba, sebab sang manager datang dengan mobil yang berbeda. Begitu selesai membicarakan kontraknya— hanya beberapa menit sebab BIBI sepakat dengan semua pasal yang Jiyong ajukan. Gadis itu berada di sana benar-benar untuk membalas budi, sebab beberapa tahun lalu Jiyong pernah menyelamatkan hidupnya.
Lepas membicarakan bagian terpenting dari hubungan mereka— kontrak kerja— keempatnya bangkit. Lisa hanya punya beberapa menit untuk membantu BIBI berdandan, sedang Jiyong perlu menyapa juri-juri lainnya di ruang istirahat mereka masing-masing. Pria itu perlu mengalihkan perhatian, perlu berbasa-basi demi memberi waktu untuk Lisa menyelesaikan tugasnya mendandani BIBI.
Sembari berbincang dengan Lee Chanhyuk juga R.Tee di lorong, Jiyong bicara pada Hanbin lewat walkie talkienya, ia minta Hanbin untuk merekam BIBI di ruang istirahat. Merekam Lisa tengah mendadani BIBI sekaligus membantu gadis itu memilih pakaian.
Lantas, setelah semua berada pada jalur yang seharusnya, syuting di mulai. Acara itu akan direkam selama sepuluh jam dengan jeda dua jam istirahat ditengah-tengahnya. "Dari seribu pendaftar kami sudah memilih seratus video terbaik, video-video yang memenuhi syarat. Lalu sekarang, masing-masing dari kalian akan memilih enam peserta yang berhak lolos ke babak selanjutnya. Di masing-masing meja sudah ada tablet yang bisa kalian gunakan, itu produk sponsor jadi tolong untuk sering-sering memakainya. Untuk makanan, minuman semuanya bisa kalian nikmati. Kalau butuh yang lainnya, kami akan mengusahakannya. Cukup tonton saja semua videonya, bicarakan videonya, lakukan semuanya dengan santai," pesan Lisa, sebelum syuting benar-benar di mulai. Ia sutradara yang bertugas di studio itu, sedang Jiyong menonton dari ruang monitor.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Traffic Light
FanfictionAku sudah menentukan tujuanku, tetapi sesuatu menghentikanku, padahal jalanku masih panjang. Di atas jalan yang terlihat seperti piano, ada banyak benda bundar, bergerak dan berhenti mengikuti rambu, tapi mereka bukan urusanku. Jeda tiga detik di an...