***
Jennie menginap di rumah Lisa sebab ia tengah merenovasi rumahnya. Jennie sedang meningkatkan keamanan di rumahnya dan ia butuh setidaknya satu minggu untuk melakukannya. Setibanya di rumah Lisa, sebuah rumah dua lantai dengan halaman, Jennie berlari lebih dulu meninggalkan Lisa di mobil. Lisa masih harus mengunci pintu gerbang dan mengambil paket di kotak surat.
Jennie menekan kode pintu rumah temannya, berlari masuk sembari membiarkan pintu rumahnya tetap terbuka. Gadis itu harus ke toilet, ia sudah menahannya sejak mulai mengemudi tadi. Tidak berselang lama, Lisa menyusul masuk, lantas gadis itu berteriak di ruang tengah rumahnya. "Ya! Kim Jennie! Air apa ini?! Augh! Kenapa kau jorok sekali?!" teriak Lisa, sebab melihat sebuah celana basah tergeletak begitu saja di depan kamar mandi.
"Sorry!" Jennie berteriak dari dalam kamar mandi. "Aku tidak bisa menahannya!" katanya kemudian.
"Augh! Dasar anak nakal!" omel Lisa, yang memakai kakinya, menjepit celana itu dengan jari-jari kakinya kemudian membawanya ke mesin cuci, meninggalkan celana basah itu di sana dengan membiarkan tutupnya tetap terbuka. Kini Lisa sadar, kenapa Jennie tidak bisa menginap di rumah sepupunya apalagi kekasihnya.
"Lisa-ya! Celana!" teriak Jennie kemudian, membuat Lisa sekali lagi menggerutu. Ia naik ke lantai dua, ke dalam kamarnya untuk mengambilkan temannya itu pakaian, lengkap dengan pakaian dalam.
"Mandi! Yang bersih!" suruh Lisa kemudian, setelah ia meninggalkan pakaian tidur Jennie tergantung di knop pintu kamar mandi. "Setelah itu bersihkan lantaiku!" katanya kemudian.
Setelahnya Lisa pergi ke sofa, berbaring di sana sembari menyalakan TV di depannya. Gadis itu harus menunggu Jennie selesai, sebab hanya ada satu kamar mandi di rumahnya. Selang dua puluh menit, Jennie keluar, rambutnya yang basah ia gelung dengan handuk lantas membawa pakaiannya ke mesin cuci.
"Ahh! Segarnya," seru Jennie, sedang Lisa yang melihatnya hanya menggeleng heran. Temannya itu cantik, luar biasa cantik dengan bentuk tubuh yang juga mempesona. Saat mereka masih sekolah, ada banyak pria yang menyukainya. Hanya saja, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. "Dimana pembersih lantainya?" tanya Jennie kemudian, dan Lisa hanya menunjuk dapurnya tanpa menoleh. Ia masih menatap layar TV di depannya.
Sementara Jennie mulai membersihkan lantai juga mencuci, Lisa tetap berbaring di sofa. Ia tonton acara-acara TV yang tayang sebelum jam tidurnya. Lantas berterima kasih saat Jennie membawakannya semangkuk anggur yang sudah di cuci. Selesai dengan lantainya, Jennie bergabung dengan Lisa di sofa. Menunggu mesin cuci selesai bekerja, sembari menonton TV dan menikmati camilan malam mereka.
"Hari ini Jiyong oppa memberiku tiramisu cake," cerita Lisa kemudian.
"Lalu? Kau berdebar-debar?"
"Tidak," katanya sembari mengunyah sebutir anggur. "Setelah mengobrol sebentar dia bertanya, apa aku takut digosipkan dekat dengannya. Kemudian aku jadi berfikir... Kenapa selama ini dia tidak pernah mengaku pernah berkencan denganku?" tanyanya kemudian. "Sudah bertahun-tahun kami jadi rekan kerja, tapi dia tidak pernah mengakuiku sebagai mantan kekasihnya. Dia tidak pernah bilang, ah Lisa? Tentu aku mengenalnya, kami pernah berkencan saat kuliah dulu. Dia juga tidak pernah memperlakukanku seperti mantan kekasihnya. Kenapa dia begitu? Apa dia malu karena aku mantan kekasihnya? Karena rating acaraku jelek?"
"Saat orang bertanya padamu, bagaimana Jiyong oppa saat kuliah dulu? apa kau bilang kalau dia mantan kekasihmu?"
"Tentu saja tidak," geleng Lisa. "Dia tidak pernah membicarakan hubungan kami. Bagaimana kalau aku bilang dia mantan kekasihku tapi dia tidak mengakuinya? Hanya aku yang akan malu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Traffic Light
FanfictionAku sudah menentukan tujuanku, tetapi sesuatu menghentikanku, padahal jalanku masih panjang. Di atas jalan yang terlihat seperti piano, ada banyak benda bundar, bergerak dan berhenti mengikuti rambu, tapi mereka bukan urusanku. Jeda tiga detik di an...