***
Rumor beredar dengan cepat dalam industri ini. Orang-orang di kantor, juga di lokasi syuting mulai membicarakan hubungannya. "Akhirnya mereka berkencan? Sungguh?" bisik-bisik terdengar ketika Lisa juga Jiyong datang bekerja. "Sudah aku duga mereka akan berkencan. Mereka dari kampus yang sama, mulai bekerja ditahun yang sama dan sekarang mengerjakan projek yang sama, mereka punya sejarah," gosip tersebar secepat kilat. Sebab suara yang mereka sebut bisikan, nyatanya sampai ke telinga Lisa, juga Jiyong.
"Aku rasa mereka tinggal bersama. Beberapa hari ini aroma sabun dan shampoo mereka terasa sama," gosip para staff. "Mereka juga sering datang dan pulang bersama," susul yang lainnya, tidak mau kalah.
"Donghyun-ah, untuk syuting besok, apa mereka akan memakai satu kamar bersama? Kau yang mengurus penginapan, iya kan?" bahkan hal yang tidak mungkin terjadi pun dibuat seolah-olah masuk akal oleh para penggosip itu.
Tidak. Tentu saja mereka tidak akan berbagi kamar di lokasi syuting. Bahkan meski kencan itu sungguhan, keduanya tetap akan memakai kamar terpisah demi terlihat profesional. Mereka menginap untuk bekerja, bukan untuk berlibur dan berbagi kamar.
Syuting hari kedua sampai selesai, akan dilakukan di satu tempat yang sama. Di sebuah gedung olahraga besar, yang punya beberapa penginapan di sekitarnya. Mentoring menjadi salah satu fokus dalam acara ini, jadi mereka ingin mengumpulkan semua orang di tempat yang sama, membuat mereka belajar dan berlatih bersama.
Beberapa villa disewa untuk acara ini. Selain di gedung olahraga, puluhan kamera juga di pasang di dua villanya. Villa para juri, juga villa untuk para peserta. Sedang villa lain yang ditempati para staff, tidak di rekam sama sekali. "Haruskah kita memasang kamera di dalam kamar juga?" heran Lisa, sebab baginya, memasang kamera di sudut ruang tengah, dapur dan beranda saja sudah cukup. "Ini bukan acara menginap seperti 1 Night 2 Days, untuk apa kita merekam kamar mereka?" tanyanya, di ruang monitor yang ada di villa para staff. Villa paling besar, yang bisa menampung paling banyak orang.
"Fokus saja pada pekerjaanmu, ini urusanku," ketus Jiyong, yang sedari awal mengatakan kalau ia tidak suka pekerjaannya dipertanyakan. Syuting sudah di mulai sekarang, di gedung olahraga.
Dari tiga puluh enam peserta yang videonya lolos seleksi, hanya akan ada 24 peserta yang dapat nomor ranjang— alias masuk ke babak selanjutnya. Masing-masing juri di beri 4 nomor ranjang dan mereka disuruh memilih 4 peserta favorit. Tiga puluh enam peserta itu berdiri di tengah-tengah gedung olahraga, lantas memamerkan kemampuan rapp mereka setiap kali juri memintanya. Persis seperti babak penyisihan dalam Show Me The Money.
Lisa yang awalnya ingin beristirahat di ruang monitor, akhirnya kembali menghampiri Donghyun. Kembali menemani asistennya itu untuk merekam semua situasi di dalam gedung olahraga. Jiyong benar-benar tidak membiarkan gadis itu beristirahat. Tipikal seorang bos keji yang harus mendapatkan semua keinginannya.
Syuting di gedung olahraga selesai setelah mereka mendapatkan 24 peserta— 18 laki-laki, dan 6 perempuan. IU pun termasuk di dalamnya. Meski belum tentu ditayangkan, juri sempat berebut, menginginkan IU untuk ada di tim mereka nanti.
"Kalian bisa beristirahat di villa, staff akan mengantar kalian," kata Lisa pada semua juri yang lebih dulu berkumpul di ruang istirahat. "Sekitar satu jam lagi, kami akan mulai interview sebentar, tentang semua yang sudah kita lakukan sampai sekarang," susulnya, memberi informasi kemudian memanggil Hanbin, menyuruh pria itu untuk memandu para juri ke villa mereka.
Selanjutnya, setelah para juri pergi, giliran para peserta yang diantar ke villa mereka. Kali ini Donghyun yang bertugas, mengantar semua mahasiswa itu ke villa mereka sekaligus memberi tur singkat di villa itu. Begitu semua juri dan peserta meninggalkan gedung olahraga, kini giliran Lisa mengumpulkan para staff, mulai mendekorasi ulang tempat itu menjadi sebuah panggung yang menghadap ke tribun penonton. Tiga buah sofa panjang juga disusun sebagai tempat para juri duduk.
"Buat semuanya tampak rapi," kata Lisa kepada para staff yang bekerja untuknya. Gadis itu memantau segalanya, sampai walkie talkie-nya berbunyi.
"Sutradara Jung, datanglah ke ruang monitor," suara Jiyong terdengar dari walkie talkie itu.
Meski jaraknya tidak terlalu jauh, Lisa tetap perlu waktu untuk sampai di ruang monitor, di dalam villa para staff. Dengan mobil, mereka perlu keluar dari gerbang utama gedung olahraga, mengambil jalan memutar ke villa di sebelah gedung olahraga itu. Namun mereka juga bisa memotong jalan, melewati pagar kecil di sebelah gedung olahraga dengan berjalan kaki.
"Ada apa?" tanya Lisa begitu tiba. "Jangan menyuruhku kesana kemari sesukamu, berjalan kaki juga melelahkan," gerutunya, yang kini mengambil tempat di sebelah Jiyong. Duduk di kursi dengan roda sembari ikut menonton layar-layar monitor di depan mereka.
"Beristirahat lah disini, biar penulis Lee dan penulis Park yang bekerja di sana," santai Jiyong, membuat Jisoo yang ada di sana lantas menaikan alisnya, menatap Lisa curiga sembari menebak-nebak kebenaran dari rumor yang beredar diantara mereka. "Mereka lebih teliti daripadamu," susul Jiyong, seolah menyadari tatapan curiga dari Jisoo. Awalnya Jiyong berada di ruang kontrol itu berempat, bersama para penulisnya. Namun ia mengirim dua penulisnya pergi sebelum menyuruh Lisa kembali.
Jisoo menutup mulutnya, sedang Lisa hanya menghela nafasnya. Ingin rasanya ia bantah rumor itu, sayangnya ia khawatir BIBI akan mendengar bantahannya. Saat ini mereka tidak butuh masalah baru sampai syuting itu selesai nanti. "Hanbin mulai interview para juri, dan Donghyun interview para peserta," perintah Jiyong, melalui walkie talkie yang tidak pernah lepas dari pegangannya.
Tidak ada yang boleh menyebut Jiyong suka mengatur, karena memang itu pekerjaannya. Sepanjang berada di dalam ruang monitor itu, ia terus memerintah, menyuruh orang lain melakukan ini dan itu lewat walkie talkie-nya. Mungkin sekitar lima menit sekali pria itu memerintahkan orang lain untuk mewujudkan keinginannya. Sampai, di tengah kesibukan itu handphone Lisa berdering. Panggilan dari Park Bogum, Jiyong melirik— karena mengira itu dering handphonenya.
Pria itu kemudian berpaling, seolah tidak peduli. Sedang Lisa masih menatap handphonenya yang berdering. "Angkat atau matikan, suaranya mengganggu," komentar Jiyong, membuat Lisa langsung menolak panggilan itu. Sekali lagi gadis itu menghela nafasnya, lantas ia matikan handphonenya. Enggan menerima panggilan lainnya, meski dirinya ragu Bogum akan menelepon lagi.
Gadis itu mencoba untuk baik-baik saja. Ia mencoba untuk terlibat biasa, memperhatikan monitor seperti yang Jiyong lakukan. Sayangnya, semakin ia berusaha semakin sulit juga untuk terlihat biasa. Gadis itu jadi resah, luar biasa penasaran tentang alasan Bogum meneleponnya. Ketenangan baru saja direnggut dari hatinya.
"Butuh bantuan?" tanya Jiyong, dengan suara pelan agar tidak menarik perhatian Jisoo.
"Apa?"
"Pergilah ke villa, bantu asistenmu dengan interviewnya," suruh Jiyong, mencoba mengalihkan perhatian Lisa dari handphonenya.
Lisa bekerja sangat keras hari itu. Ia menjadi sangat rajin, demi menghilangkan Park Bogum dari ingatannya. Waktu berputar, sampai akhirnya malam datang dan semua pekerjaan mereka dihentikan. Sudah waktunya untuk makan malam dan beristirahat. Sampai ditengah hiruk pikuk acara makan malam yang ramai, Jiyong menjatuhkan nampan serta handphonenya. Tangannya gemetar dan pria itu menatap linglung pada semua orang yang melihatnya menjatuhkan barang-barang.
"Sutradara Kwon, kau baik-baik saja?" tegur Hanbin, yang berdiri dibelakang Jiyong, baru saja selesai mengambil sup dan akan rencananya akan berbagi meja dengan Jiyong.
"Tidak," pelan Jiyong, luar biasa bingung. Isi kepalanya lenyap begitu saja.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Traffic Light
FanfictionAku sudah menentukan tujuanku, tetapi sesuatu menghentikanku, padahal jalanku masih panjang. Di atas jalan yang terlihat seperti piano, ada banyak benda bundar, bergerak dan berhenti mengikuti rambu, tapi mereka bukan urusanku. Jeda tiga detik di an...