11

390 87 1
                                    

***

Lalisa memang tidak selalu ceria. Seperti manusia normal pada umumnya, ada hari-hari dimana ia kelihatan murung. Seperti kemarin juga hari ini, ia tiba di kantor dengan wajah murungnya. Kepalanya tertunduk dalam-dalam, helaan nafasnya terdengar berat sekaligus kasar. Bahkan ketika dirinya berpapasan dengan Jiyong di lorong kantor.

"Bukankah harusnya aku yang murung?" ketus Jiyong, yang menghalangi langkah Lisa. Sama seperti gadis itu yang menghalangi langkahnya.

"Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak saling mengejek? Oppa yang bilang untuk bersikap profesional," balas Lisa, yang sejak kemarin tidak punya tenaga untuk bermain dengan Jiyong.

"Nanti sore ada meeting menentukan juri," kata Jiyong. "Aku sutradara utamanya, haruskah aku yang memberitahumu, juga?" ia masih terdengar ketus.

"Lalu siapa yang harusnya memberitahuku? Aku? Bagaimana? Oppa yang menentukan waktu meetingnya, bukan aku," gadis itu membuat Jiyong hampir tidak bisa berkata-kata. "Baiklah, baiklah, aku akan datang nanti sore. Sekarang, beri aku jalan, aku masih harus melaporkan beberapa hal pada Direktur," katanya, yang sengaja menepuk-nepuk dada Jiyong dengan kertas-kertas yang ia bawa.

"Terserah," acuh Jiyong, yang sudah tidak lagi bisa berdebat. Ia melangkah ke samping, menghindari Lisa kemudian meninggalkannya.

Tidak sampai di sana, bahkan di waktu makan siang Lisa masih saja murung. Tidak ada seorang pun yang tahu alasannya murung. Mereka menebak raut negatif yang manusiawi itu muncul karena Campus Rapper, karena Jiyong, namun Lisa sendiri tidak pernah mengkonfirmasinya.

Sampai di meja kafetaria, Donghyun meletakan pudingnya di nampan Lisa. Sikap pria itu baru saja mengejutkan Lisa, Sandara bahkan Jisoo yang siang ini makan bersama. "Apa?" bingung Donghyun sebab ketiga wanita di depannya, menatap heran padanya. "Noona mau puding juga? Aku hanya punya satu, mau aku belikan lagi?" tawar pria itu, bingung sebab ditatap tanpa alasan.

"Kenapa kau memberikan pudingmu padaku?" tanya Lisa kemudian.

"Karena noona kelihatan membutuhkannya?"

"Aku?" bingung Lisa, bergantian menatap teman makan siangnya sekarang.

"Hm..." Donghyun mengangguk. "Apa hanya aku yang memperhatikannya? Kalau Lisa noona kelihatan murung beberapa hari ini?" tanyanya kemudian, pada Sandara juga Jisoo yang sayangnya tidak bisa memberikan jawaban apapun padanya. "Noona kelihatan murung, jadi aku mencoba menghiburmu dengan puding itu, noona tidak mau pudingnya?" tanya Donghyun, dan kali ini Lisa yang menganggukan kepalanya, dengan canggung gadis itu berterima kasih lantas terkekeh sebab Donghyun memperhatikannya.

"Ah... Benar juga," Sandara akhirnya ikut mengangguk. Meski terlambat, ia mencoba untuk membaca suasana di sana. "Makan milikku juga dan bersemangat lah, Sutradara Jung," kata Sandara, yang juga mengoper pudingnya ke nampan makanan Lisa.

"Bersemangat lah, Sutradara Jung," susul Jisoo, melakukan hal yang sama pada Lisa. "Semua ini pasti akan berlalu, Campus Rapper pun akan segera berlalu, kita harus tetap kuat," katanya, bersamaan dengan Lisa yang sekarang punya empat puding di nampannya.

Perlahan-lahan, Lisa kemudian tersenyum. Berterimakasih pada puding yang diberikan untuknya. Tentu bukan puding-puding itu yang membuatnya tersenyum, semangat dari rekan-rekannya lah yang terasa menghibur. Tanpa menjelaskan alasannya murung, gadis itu memompa semangatnya.

Lantas, ia beritahu rekan-rekannya kalau sore nanti Jiyong mengajak meeting untuk penentuan juri Campus Rapper. Mereka bertiga sudah tahu. Kim Hanbin, asisten Sutradara Kwon yang lain, sudah memberitahu mereka. Bahkan mereka sudah di masukan ke dalam grup acara itu. Beberapa pengumuman sudah dibagikan di grup, namun Lisa belum membacanya. Gadis itu tidak punya semangat untuk mengecek semua pesan yang masuk ke sana.

"Ah? Jadi sudah ada grupnya? Pantas dia kesal," komentar Lisa setelah mendengar tentang informasi itu.

Meski kesedihannya belum pergi, namun semangat pun mulai datang. Selesai menghabiskan puding-pudingnya, gadis itu mulai membuka berkas yang menumpuk di mejanya. Berkas yang ia buka adalah data diri beberapa musisi hip hop, yang direncanakan akan jadi juri dalam acara barunya. Ia baca lembar per lembar data itu, menandai bagian-bagian yang baginya penting lantas mengernyit ketika melihat biodata Kim Namjoon diantara data lainnya.

"Donghyun-ah!" panggilnya, menegur Donghyun yang tengah mencetak beberapa file.

"Ya?"

"Kenapa ini ada di sini?" tanyanya, menyinggung tentang biodata Kim Namjoon.

"Uhm... Aku kurang tahu," pria itu mengangkat bahunya. "Itu semua file yang dibagikan timnya Sutradara Kwon. Bukan aku yang menyusunnya," jawab Donghyun.

"Kami belum diberi tugas apapun," Sandara menyahut. "Nanti Sore meeting yang pertama," susulnya, mengingatkan Lisa kalau-kalau gadis itu lupa.

Mendengarnya, Lisa mengangguk. Gadis itu kemudian bangkit, meninggalkan ruang kerjanya dan menghampiri Jiyong ke mejanya. Ia mengetuk pintu ruang kerja Jiyong dan masuk sebelum di persilahkan. Semua orang dalam ruangan itu— 6 orang termasuk Jiyong— menoleh ke arah pintu ketika Lisa masuk.

"Bisa bicara sebentar?" ajak Lisa, tersenyum pada lainnya, kemudian menatap pria yang ia butuhkan, Kwon Jiyong.

Mereka lantas pergi meninggalkan ruangan itu. Melangkah ke ruang meeting yang kosong. Lisa memimpin langkah itu, ia juga yang mencari ruangan kosong untuk bicara, membukakan pintunya lantas mempersilahkan Jiyong untuk masuk dan duduk bersamanya. "Ada apa?" tanya Jiyong, yang memilih untuk duduk di atas meja sedang Lisa masih melangkah untuk menutup tirai ruang meeting itu.

"Bukankah kita perlu membagi tugas sebelum memulai segalanya?" tanya Lisa. "Dari timmu, siapa yang akan berkerja untuk Campus Rapper?" tambahnya.

"Kau akan mulai bekerja sekarang?" balas Jiyong, jelas bukan bertanya tapi menyindirnya. Sudah beberapa hari setelah mereka ditugaskan untuk bekerja sama, namun baru hari ini Lisa menyinggung pekerjaan mereka.

"Aku minta maaf, aku kurang fokus beberapa hari ini," jawab Lisa, mengakui kekurangannya. "Jadi, bagaimana oppa akan mengaturnya?" tanyanya kembali.

"Aku, Kim Hanbin dan Lee Chaerin yang akan bekerja untuk Campus Rapper, yang lainnya akan membantu Bobby. Sisanya timmu," jawab Jiyong, sebab ia punya satu lagi acara berkemah yang belum berakhir. Tim eksternal yang biasa bekerja untuk Jiyong, kini bekerja bersama Bobby untuk acara berkemah mereka. "Tapi, aku sutradara utamanya dan beberapa hal sudah ditentukan. Jadwal dan tempat syuting, semuanya sudah ditentukan," tegas pria itu, membangun dinding yang jelas tidak boleh Lisa lewati.

"Kalau begitu aku dan timku hanya perlu mengikutinya. Baiklah," angguk Lisa. "Berarti, tentang juri untuk acaranya masih belum ditentukan, iya kan? Masih bisa berubah, iya kan?"

"Kau sudah melihat daftarnya?"

"Ya."

"Nanti sore mereka semua akan datang untuk casting."

"Casting?!" kini Lisa yang sebelumnya tenang, tiba-tiba saja terkejut. Sampai beberapa detik lalu, yang ia ketahui mereka akan meeting, bukan casting. Terlebih acara ini hanyalah acara ragam, Lisa tidak percaya Jiyong akan membuat musisi-musisi terkenal datang untuk casting.

***

Traffic Light Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang