24

366 83 1
                                    

***

Sudah terlambat untuk pulang. Saat itu jam sudah menunjuk pukul lima dan mereka berdua masih berada di dalam ruang monitor. Di depan laptop masing-masing keduanya duduk, mereka harus menyesuaikan lagi konsep syuting mereka. Menghapus nama Kim Namjoon dan menggantinya dengan BIBI.

"Oh!" seru Lisa tiba-tiba. Jiyong yang memakai kacamata di depannya, menaikan pandangannya, melirik Lisa. "Bagaimana dengan Lee Chanhyuk? Kita harus memberitahunya," katanya kemudian.

"Dia punya masalah dengan BIBI?"

"Tidak tahu, karena itu kita harus memberitahunya," jawabnya.

"Lalu? Kalau Lee Chanhyuk menolak, apa kita bisa mengganti BIBI? Untuknya?" tanya Jiyong yang jelas jawabannya tidak. "Biar saja. Dia akan tahu saat syuting nanti," susulnya, terdengar acuh.

"Augh! Menyebalkan! Kerjakan saja semuanya sendiri! Aku mau pulang saja!" sebal Lisa yang lantas bangkit dari duduknya, mendorong kursinya ke belakang lalu menutup kasar laptopnya.

"Apa kau tidak lelah?" tanya Jiyong, tetap pada nada bicaranya yang sama. Tenang cenderung malas. "Berhentilah marah, aku lelah melihatmu," susulnya, ikut mengeluh.

"Marah? Aku membuatmu lelah? Lalu oppa sebut apa perlakuanmu padaku?" balas Lisa. "Oppa tidak hanya membuatku lelah, oppa membuatku lelah lahir dan batin sampai rasanya aku ingin kabur dari sini dan pulang ke rumah orangtuaku dihari pertama-"

"Aku hanya meminjam namamu untuk menjaga hubunganku dan BIBI, tidak perlu berlaga seolah aku benar-benar akan menikahimu. Aktingmu tidak diperlukan," potong Jiyong, menyiram lagi bahan bakar ke kepala Lisa yang sudah meledak berkali-kali malam ini.

"Sepertinya aku harus benar-benar mengundurkan diri," balas Lisa, yang akhirnya meraih kunci mobilnya di meja, akan melangkah kembali ke mobilnya.

Gadis itu melangkah pergi dengan tenang, ia membuka pintu ruangan itu dengan lembut, membuat Jiyong terbuai dalam rasa aman. Menipu pria itu dengan sikapnya yang pasrah, penuh kesabaran. Tipuannya hanya beberapa detik, belum sempat Jiyong memulai lagi pekerjaannya, Lisa yang bediri di ambang pintu ruang monitor itu kemudian menjerit.

"Kwon Jiyong sinting! Sialan! Bajingan kurang ajar! Bahkan anjing masih lebih waras darimu! Kau pikir kau hebat?! Kau hanya iblis gila yang harusnya diikat ke kereta lalu diseret semalaman, kau tahu itu?! Bertemu denganmu benar-benar sebuah mimpi buruk! Aku sangat bodoh karena mau bekerja denganmu!" teriaknya di depan pintu, mengejutkan Jiyong hingga pria itu membeku dikursinya, tidak berani menoleh. Tidak berani bergerak, bahkan menghembuskan nafasnya.

Barulah setelah pintu dibanting tertutup, Jiyong bisa kembali bernafas. Terengah-engah sebab ia menahan nafasnya sampai langkah kaki Lisa tidak terdengar lagi. "Kenapa dia jadi menakutkan sekali? Augh... Gadis seram," komentar Jiyong, bergidik ngeri di kursinya. Bahkan setelah dimaki seperti itu, ia tetap kembali mengerjakan tugasnya. Mengetik beberapa detail yang saat syuting nanti harus diubah. Ia juga perlu memberitahu bintang-bintang yang ia pekerjakan kalau syutingnya di tunda satu jam.

Sedang Jiyong beristirahat di ruang monitor itu, terlalu malas untuk beranjak, Lisa justru menginap di sebuah motel, di sebrang lokasi syuting. Tanpa sempat mandi bahkan membasuh wajah dan melepaskan sepatu ketsnya, Sutradara Jung langsung terlelap begitu menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Seolah pingsan, ia tertidur begitu kulitnya menyentuh selimut dingin yang tidak seberapa halus itu.

Meski kesal, Lisa masih cukup profesional dengan menghubungi Jennie juga Donghyun dalam langkahnya menuju motel itu. Ia minta Jennie mengantarkan pakaian ke motel tempatnya menginap di pukul tujuh pagi. Ia pun meminta Donghyun menjemputnya di motel itu pada pukul tujuh pagi nanti. Meski kesal, ia pastikan dirinya akan tetap bangun sebelum syuting dimulai.

Tepat pukul tujuh, Jennie dan Donghyun tiba hampir bersamaan. Donghyun yang lebih dulu mengetuk kamar motel itu, dan Jennie tiba beberapa menit kemudian, sebelum Lisa membukakan pintu untuk Donghyun. Karena tidak kunjung dibukakan pintu, Jennie menelepon Lisa. Dalam motel murah itu, mereka bisa mendengar suara handphone Lisa berdering di dalam kamarnya. Tidak berapa lama, dering itu berakhir dan pintu kamarnya di buka.

"Jennie!" seru Lisa, langsung memeluk temannya ketika melihat tamu-tamunya datang. "Aku ingin membunuh orang, ingin sekali menenggelamkan Kwon Jiyong si iblis itu!" rengeknya, bahkan sebelum bertukar sapa dengan tamunya.

Ia ingin menceritakan detailnya pada Jennie, berharap bisa mendapatkan lebih banyak motivasi dari temannya itu. Sayangnya, waktunya pendek. Ia harus kembali bekerja, ia harus bersiap untuk merias BIBI— yang bahkan bukan bagian dari beban kerjanya. Jadi, setelah meninggalkan semua barang yang Lisa butuhkan, Jennie berpamitan pergi. Ia biarkan Lisa untuk mandi dan bersiap-siap, bersama Donghyun yang menunggu di lorong motel. Lisa butuh pria itu untuk membawakan barang-barangnya ke lokasi syuting. Beberapa pakaian bermerk, kotak-kotak alat rias juga beberapa sepatu.

"Noona, kau bisa membeli semua ini dengan gajimu?" Donghyun bertanya, setelah tangannya penuh dengan barang bawaan. Padahal Jennie bisa membawa semua itu dari mobilnya sampai ke kamar motel Lisa, tapi Lisa yang terlalu lelah, butuh Donghyun untuk membawanya.

"Hmm..." angguk Lisa. "Karena kebetulan, aku tidak punya orang-orang yang harus aku hidupi. Orangtuaku masih berpenghasilan, aku tidak punya anak, tidak punya beban selain si sialan Kwon Jiyong," keluhnya, setengah berbisik. Ia tidak keberatan kalau hanya Donghyun yang mendengarnya. Namun sedikit terganggu jika ada staff lain yang ikut mendengarkan keluhannya.

Sembari melangkah meninggalkan kamar motelnya, Lisa memberitahu apa yang terjadi semalam. Mulai dari Jiyong yang tiba-tiba memecat Kim Namjoon sampai akhirnya mereka berhasil meminta BIBI datang. "Bagaimana bisa BIBI datang?" tanya Donghyun, setelah mendengar cerita Lisa.

"Aku pun tidak tahu," geleng Lisa. "BIBI menolak ketika aku meminta bantuannya, tapi dia menelepon Sutradara Kwon dan tiba-tiba bersedia membantu. Mungkin mereka sudah bicara sebelum aku datang, mungkin saat aku pikir Sutradara Kwon tidur, dia sedang menunggu keputusan BIBI," tebaknya.

Tiba di lokasi syuting, Lisa bisa menebak kalau Jiyong masih tidur. Pria itu masih berbaring di sofa, berselimut kain pantai tipis yang entah milik siapa. Saat tiba diruang monitor, Sandara juga Chaerin dan Jisoo sudah di sana, menatap bingung pada lembar pemberitahuan di atas meja. Mereka buat Lisa harus menjelaskan lagi situasinya. "Detailnya nanti, tapi sekarang kalian hanya perlu tahu kalau manusia di sana itu mengganti Kim Namjoon dengan BIBI tengah malam tadi. Dia membuatku bekerja sampai pagi jadi beritahu semua orang agar aku tidak perlu menjelaskan apapun. Aku sudah sampai dibatas kewarasanku sekarang. Karena manusia di sana itu," tegas Lisa, memakai posisinya sebagai seorang sutradara. Meski bukan sutradara utama, secara struktural perusahaan, posisinya sama tinggi dengan milik Jiyong.

Bukan hanya Lisa, semua orang di sana pun terkejut, menatap punggung Jiyong yang membelakangi mereka dengan laser tajam. Tidak seorang pun percaya, ada seorang sutradara yang mengganti bintang acaranya pada tengah malam sebelum syuting hari pertama. "Tidak ada gunanya mengutuknya sekarang," kata Lisa, menepuk bahu Sandara juga Chaerin yang kebetulan ada di depannya. "Tidak ada yang berubah selain Kim Namjoon dan BIBI. Ruang istirahat untuk Kim Namjoon akan dipakai BIBI, pakaian dan semua alat rias itu, taruh ke ruang istirahat BIBI. Jangan lupa mengganti label nama di pintunya. Beritahu juga semua orang agar tidak ada masalah lain. Carikan juga selimut bersih kalau-kalau BIBI datang dengan rok, taruh semua di ruang istirahatnya. Lalu Hanbin, siapkan semua berkas untuk BIBI, kontrak dan sebagainya," atur Lisa, melakukan apa yang seharusnya Jiyong lakukan sembari menahan dirinya agar tidak menjambak dan menyeret Jiyong dari sofanya di depan semua orang.

***

Traffic Light Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang